RSS

Category Archives: Fantasy

Fantasy is a genre that uses magic and other supernatural forms as a primary element of plot, theme, and/or setting. Fantasy is generally distinguished from science fiction and horror by the expectation that it steers clear of technological and macabre themes, respectively, though there is a great deal of overlap between the three (collectively known as speculative fiction or science fiction/fantasy).
In its broadest sense, fantasy comprises works by many writers, artists, filmmakers, and musicians, from ancient myths and legends to many recent works embraced by a wide audience today.

Inheritance 4 ─ Inheritance


inheritance cycle 4-inheritance

  • Pengarang               :    Christopher Paolini
  • Genre                      :    Fantasy
  • Tebal                       :    920 hlm ; 23 cm
  • Penerbit                   :    Gramedia
  • Harga                      :    135.000 IDR
  • Pertama terbit          :    8 November 2011
  • Cetakan                   :    Juni 2012
  • Tanggal Beli             :    30 Juni 2012

Semua berawal dengan Eragon…

Dan berakhir dengan Warisan.

Beberapa waktu lalu, Eragon––Shadeslayer, Penunggang Naga––bukanlah siapa-siapa, hanya bocah petani miskin. Naganya, Saphira, cuma batu biru di hutan. Sekarang, nasib seluruh umat manusia berada di tangan mereka.
Latihan dan pertempuran selama berbulan-bulan yang panjang membawa kemenangan dan harapan, tapi juga duka mencekam. Namun, pertempuran yang sesungguhnya belumlah terjadi: mereka harus berhadapan dengan Galbatorix. Mereka mesti cukup kuat untuk mengalahkannya. Dan kalau mereka tidak mampu, berarti yang lain tidak punya peluang.
Tidak ada yang menyangka sang Penunggang dan naganya akan mampu sampai sejauh ini. Tetapi, sanggupkah mereka menggulingkan si raja jahat dan mengembalikan keadilan ke Alagaësia? Dan kalaupun sanggup, seberapa besarkah pengorbanan yang harus dilakukan?

Review :

Asiiiiik, akhirnya sampai juga ngereview Inheritance 4 ─ Inheritance! Buku terakhir niiii 😀 Yah, walaupun butuh waktu hampir 4 bualan sejak aku beli sebelum akhirnya kebaca. Hhu.. Tapi it’s ok lah 😛

Hmm, buat kalian yang mau memulai baca novel ini, tenang guys, walaupun jarak buku ketiga dan keempatnya cukup panjang, tapi Paolini menyertakan kisah singkat tentang perjalanan Eragon, Eldest, dan Brisingr kok. Jadi kita ngga usah takut lupa gimana cerita-cerita sebelumnya. Walau singkat, tapi cukup mengambarkan ^.-d

Buat kali ini cerita dimulai dengan situasi perang yang sedang dijalani Eragon, Sapphira, Roran, Arya dan segenap kaum Varden lainnya. Situasi perang ini merupakan penyerbuan Eragon ke Kota Belatona untuk diambil alih, dan mereka selangkah lagi lebih dekat pada Galbatorix. Sapphira bahkan terkena lembing yang sangat langka dan sangat kuat, senjata yang sebenarnya di ciptakan oleh para Elf dahulu kala, dan merupakan senjata yang memiliki satu tujuan, yaitu untuk membunuh Naga. Senjata itu adalah Dauthdaert, dan namanya adalah Niernen ─Anggrek. Dauthdaert hanya ada 12, dan semua bernama bunga, tidak sesuai dengan fungsinya.

Lalu saat perang juga terjadi hal yang menakutkan Eragon, bahwa Roran hampir mati karena tertimbun reruntuhan. Ia sangat menyayangi sepupunya itu, dan jelas, tidak ingin sesuatu yang buruk menimpa Roran.

Setelah itu,  mereka berkumpul di dalam aula utama benteng. Nasuada ─pemimpin kaum Varden, duduk di antara Eragon dan Jӧrmundur ─komandan senior Varden. Saat kedatangan Grimrr Halfpaw diumumkan, ada sesuatu yang bikin geli, sesuatu mengenai gelar sang Kesatria Werecat itu. Aku aja sampai nahan tawa. Hhe.. Tapi disini Grimrr dan para werecat digambarkan seperti membenci Angela, si ahli obat-obatan. Entah kenapa??

Nah, setelah urusan afiliansi antara bangsa werecat dengan kaum varden tercipta, Eragon pergi mencari makan dengan Saphira. Mereka kembali ke camp dan bertemu dengan Katrina yang menanyakan keadaan Roran. Sementara Eragon dan Saphira makan dan melanjutkan untuk kembali mempelajari Eldunarí milik Glaedr, Roran kembali ke camp dan bertemu dengan istrinya tercinta. Tak lama kemudian mereka mendapat kabar mengenai Elain yang akan melahirkan. Elain dan suaminya ─Horst, beserta kedua putra mereka yang telah dewasa ─Albriech dan Baldor─ dahulu adalah penduduk Carvahal yang telah dikenal baik oleh Eragon sejak ia kecil. Berita mengenai kehamilan Elain memang membawa kecemasan tersendiri, mengingat usia Elain yang tidak muda lagi. Proses kelahiran pun berjalan lama, bahkan setelah berhasil lahir, putri Elain membawa kepedihan yang semakin berat. Ia memiliki cacat. Bibirnya sumbing. Bagi mereka, bayi yang lahir sumbing jarang dibiarkan hidup karena ia akan menjalani hidupnya dengan penderitaan, akan diejek, dijauhi, dan tidak mampu mendapat pasangan untuk menikah. Bagi mereka, di sebagian besar kasus lebih baik anak itu lahir tidak bernyawa saja. Kasihan 😥

Kemudian Eragon lah yang menyelamatkan bayi malang itu dari takdirnya. Di lain pihak, Roran mendapat perintah dari Nasuada untuk menggantikan Kapten Brigman memimpin pasukannya yang sedang berjuang menaklukkan Aroughs. Sementara pasukan utama mempersiapkan diri untuk perjalanan ke Utara, menuju Dras-Leona sebelum kemudian menaklukkan Urȗ’baen, Roran melakukan perjalanan 4 hari menuju Selatan, kearah Feinster kemudian Aroughs. Eragon sangat cemas karena tidak sempat bertemu dengan Roran dan memperbarui pertahanan sihir milik Roran.

Sesampainya di Aroughs setelah melalui berbagai tantangan, Roran dan kelima rekannya ─Carn, Mandel, Baldor, Delwin, dan Hamund─ menemukan fakta bahwa Brigman tidak seramah yang aku kira, dan lagi ternyata Aroughs memiliki pertahanan yang hampir mustahil ditembus. Apalagi hanya dengan sisa 800 pejuang saja dan waktu yang diberikan Nasuada hanya bersisa dua setengah hari lagi. Setelah beristirahat seharian, Roran kemudian melakukan inspeksi kesana kemari. Akhirnya ia memiliki ide gila untuk menembus pertahanan Aroughs, yang didukung teman-temannya, namun mendapat keraguan dan cemooh dari Brigman.

Perjalanan Roran dan kawan-kawan membuahkan hasil. Mereka berhasil menaklukkan Aroughs. Segera, dalam kondisi kelelahan, Roran berkuda kembali menuju perkemahan kaum Varden karena pengepungan Dras-Leona berlangsung lamban dan membuat frustasi Nasuada. Benar saja, sesampainya Roran disana, masih melewatkan banyak hari-hari lagi sebelum akhirnya tercetus gagasan bagaimana mereka akan menyusup ke dalam pertahanan Dras-Leona. Pasalnya, kota ini dijaga oleh Murtagh ─saudara tiri Eragon, dan naga merahnya, Thorn. Pada peperangan kali ini, awalnya Eragon dan Saphira terpaksa harus berpisah karena taktik yang mereka gunakan untuk mengecoh Dras-Leona. Namun kemudian akhirnya mereka bertempur bersama lagi untuk menghadapi sang saudara tiri sebelum akhirnya Murtagh menyuarakan ancamannya pada Eragon dan pergi meninggalkan Dras-Leona.

Wew, terlepas dari cerita yang sedang berlangsung, dan mencapai titik tengah dari buku, aku merasa buku ini jelas lebih banyak perang dari pada sisi drama. Hha.. Membayangkan bagaimana Eragon terus mengayunkan Brisingr dan melakukan berbagai macam taktik perang sangat menyenangkan 😀 Belum lagi ditambah dengan keberadaan Saphira, Roran ─yang kini gagah berani, Arya dan para pejuang lainnya. Hmm.. Asik mengikutinya.. Belum lagi ada kisah cinta di beberapa titik, walaupun digambarkan sangat samar 😛

Segera setelah pengepungan Dras-Leona berhasil, Eragon langsung memimpin pasukan menuju Urȗ’baen. Kenapa Eragon?? Karena Nasuada ─sayangnya─ berhasil di culik Murtagh dan Thorn! Heuu.. Dalam segala kondisi yang tidak menguntungkan terutama karena prajurit kelelahan, pemberontakan di Urȗ’baen serasa hampir mustahil. Terutama kini Eragon yang memimpin, ia jadi gelisah.

Kemudian ia teringat tentang sebuah nasihat yang dahulu pernah disampaikan Solembum ─werecat yang dekat dengan Angela, dahulu sekali. Saat itu si werecat mengatakan dua hal penting. Ketika tiba waktunya kau membutuhkan senjata, carilah di bawah akar-akar pohon Menoa. Kemudian, ketika semua terasa kacau dan kekuatanmu tidak memadai, pergilah ke Karang Kuthian dan sebut namamu ke Ruang Jiwa-Jiwa yang terbuka. Nah lhooo.. Untuk yang pertama sih terbukti, karena saat itu Eragon membutuhkan senjata dan ia menemukan sebuah material yang kemudian kini menjadi Brisingr. Tapi Eragon ingin memahami pesan kedua. Eragon langsung memanggil Solembum si werecat. Tapi entah kenapa si werecat tidak tahu dimana itu Karang Kuthian dan Ruang Jiwa-Jiwa. Kemudian terjadi hal yang aneh karena Solembum seperti kesurupan dan memberi petunjuk Eragon bagaimana ia bisa menemukan apa yang dicarinya.

Setelah menemukan apa yang dicari, Eragon mendapat semangat baru. Ia berharap akan menemukan sesuatu di Ruang Jiwa-Jiwa. Sesuatu yang bisa membantu Varden mengalahkan Galbatorix. Tapi saat ia menyampaikan gagasannya pada Glaedr dan Arya, mereka kurang setuju dengan pendapat Eragon bahwa ia harus pergi untuk menemukan Karang Kuthian. Namun setelah berbagai pertimbangan, Glaedr setuju, bahkan menyertai kepergian Eragon dan Saphira. Sebelum pergi, tentu saja ia harus mengkoordinasikan sebuah kondisi dulu dengan para petinggi Varden, terutama raja-raja yang kini tergabung dalam aliansinya, seperti raja Orik dan raja Orrin. Ia juga berkoordinasi dengan para panglima perang seperti Jӧrmundur dan Roran yang kini berkedudukan sebagai Kapten. Para Elf kemudian menciptakan citra Saphira dan Eragon untuk mengecoh para mata-mata atau menenangkan pasukannya agar meyakini bahwa Saphira dan Eragon terus menyertai mereka dalam perjalanan ke Urȗ’baen. Dan akhirnya berangkatlah Eragon, Saphira, dan Glaedr untuk mencari Karang Kuthian, sementara para pasukan menuju Urȗ’baen.

Nah, disisi lain nanti kita bakal mengikuti jalan cerita dari sisi Nasuada yang kini menjadi tawanan Galbatorix. Tapi yang menarik disini, sosok Murtagh entah kenapa berhasil mendapatkan simpatiku. Hhuhu.. Tapi terlepas dari cerita mengenai perjalanan Eragon, kisah mengenai penawanan Nasuada juga menarik. Astaga. Kurasa aku menikmati kali Inheritance ini. Seruu 😉 Belum lagi nanti setelah kita mendapati apa yang ditemukan Eragon dalam perjalanannya, dan bagaimana perang Urȗ’baen berlangsung. Hmm.. Aku cinta tokoh-tokoh Inheritance 😀

Secara keseluruhan jelas aku sangat menikmati novel ini. Apalagi buku ini adalah akhir dari perjalanan Eragon dan kawan-kawan. Aku bahkan cukup takjub dengan karakter Angela yang misterius. Hhe.. Mantap lah 😀 Aku pribadi ngga nyesel ngikutin serial ini ^.-d Untuk beberapa komentar memang ngga terhindarkan. Ada saat memang aku sedikit bosan, terutama saat Eragon dan Saphira harus menemukan nama sejati mereka 😉 Lalu, di awal-awal kisah, entah kenapa aku merasa karakter Roran lebih kuat daripada Eragon. Makanya aku kemudian sangat suka dengan Roran, terutama dengan semangat dan dedikasinya 😀 Untuk kesalahan penulisan ─atau pengetikan─ memang cukup banyak ditemukan disana sini. Tapi ya ga papa laaaah. Masi dalam batas wajar kok, ngga sampai mengganggu menurutku. Hhehe..

Ratingku buat novel ini : 8,6

 
Leave a comment

Posted by on June 4, 2013 in Dragons

 

Vampire Academy 3 ─ Shadow Kiss


  • Pengarang               :    Richelle Mead
  • Genre                      :    Fantasy
  • Tebal                       :    508 hlm ; 20 cm
  • Penerbit                   :    Matahati
  • Harga                      :    64.500 IDR
  • Pertama terbit          :    13 November 2008
  • Cetakan                   :    Februari 2011
  • Tanggal Beli             :    7 Februari 2012

Rose tahu dia tak bisa mencintai sesama pengawal. Sahabatnya, Lissa—putri Dragomir terakhir yang akan dikawalnya kelak—harus selalu diutamakan. Sayangnya, Rose tak bisa berkutik dalam perasaannya terhadap Dimitri Belikov, pengawal yang disiapkan menjadi partner Rose untuk menjaga Lissa. 

Tetapi sejak membunuh Strigoi untuk pertama kalinya, Rose kerap uring-uringan. Sesuatu yang gelap tumbuh dalam pikirannya, dan berulang kali dia didatangi hantu, yang memperingatkannya akan bahaya yang mengancam Akademi. 
Karena hubungannya dengan Dimitri, kini persahabatan Rose dan Lissa dipertaruhkan. Dalam pertarungan besar menghadapi kaum Strigoi, Rose harus memilih antara nyawa, cinta, dan dua orang paling penting dalam hidupnya. Tapi, apakah pilihannya berarti harus mengorbankan nyawa yang lain?

Review :

Buku kali ini butuh waktu yang panjang buat aku bacanya. Pertama, karena memang daftar buku yang harus aku baca cukup panjang, dan yang kedua karena aku belum punya waktu bener-bener bebas buat bikin reviewnya. Nah, kali ini akhirnya aku punya waktu itu dan kucoba buat paparkan sepotong review tentang Shadow Kiss.

Mengingat novel ini uda aku nantikan sejak lama, aku cukup antusias bacanya. Awal cerita cukup lucu menurutku. Seperti biasa, Rose terhisap ke pikiran Lissa, dan saat itu Lissa lagi ‘hmm’ ma Christian. Haha.. Jelas aja Rose jengkel dan menyelinap keluar dari asrama. Nah,nah.. dia malah ketemu Dimitri. Mereka mengobrol sebentar karena kemudian Rose harus bersembunyi. Ada yang datang. Ternyata Alberta, kapten pengawal Akademi. Rose mendengarkan pembicaraan Alberta dan Dimitri mengenai Victor Dashkov yang ternyata belum juga dijatuhi hukuman akibat ulahnya. Well, kalian ingat cerita buku sebelumnya kan, tentang kejahatan Dashkov? Nah, tentu saja berita ini juga mengejutkan teman-teman Rose saat berhari-hari kemudian ia menceritakannya pada mereka. Oke, yang ini kita skip dulu.

Kembali ke saat Rose akan kembali ke dalam asrama malam itu. Setelah ia berpisah jalan dengan Dimitri dan ia akan masuk gedung, ia melihat bayangan di antara semak pohon. Yups, saat itulah ia melihat hantu kali pertama. Ia melihat Mason yang hanya berdiri dan tampak pucat. Tapi jelas, Rose tidak percaya hantu, terlepas dari keberadaan vampir yang memang nyata. Akhirnya malam itu ia tidak bisa tidur. Hari berikutnya, saat pengumuman praktik lapangan yang seharusnya membuat dirinya bersemangat, malah membuat segalanya makin buruk. Ternyata ia dipasangkan pada Christian Ozera, bukannya dengan Lissa Dragomir yang kelak bakal jadi tanggung jawabnya. Yaaaa.. Selama enam minggu kedepan, Rose harus menjadi pengawal Christian, dan ini jelas bakal jadi enam minggu yang sangat panjang. Hmm, awalnya tentu saja terjadi kekacauan karena Rose memberontak akibat ia mendapat nama Christian, sedangkan Lissa di jaga oleh Eddie Castile, sahabat Mason. Dulu.

Yah, setelah mengalami pertentangan, akhirnya ia terpaksa menahan ego nya dan menerima fakta bahwa ia akan mengikuti Christian kemanapun cowo itu pergi. Harinya makin berat saat ia bertemu dengan Adrian Ivashkov yang terus menggodanya. Hhaha.. Ampun deh.

Naaah, akhirnya hari-hari Rose dan Christian dimulai nii. Awalnya jadwal Lissa dan Christian sama, jadi mereka berempat masi bisa ngumpul-ngumpul bareng. Tapi kemudian mereka berpisah. Terpaksa Lissa dan Eddie pergi ke kelas Lissa sementara Christian dan Rose pergi ke kelas ilmu kuliner pilihan Christian 😛 Rose mencak-mencak tahu pilihan pelajaran Christian. Hhaha.. Tapi saat inilah ujian pertama bagi anak-anak Dhampir dimulai. Di ujung selasar, Shane Reyes diserang oleh Strigoi palsu yang tak lain adalah salah seorang instruktur mereka. Namun saat keadaan makin pelik karena tidak hanya Shane yang diincar, Eddie turun tangan dan Rose harus menjaga Christian dan Lissa. Saat drama berakhir, mereka berdua mendapat pujian karena kesigapan mereka. Kemudian mereka pun berpisah, dan Rose dan Christian pergi ke kelas ilmu kuliner.

Di sini Christian dan Rose mulai membuka diri. Mereka mengobrol sementara Rose mengawasi sekeliling dan Christian memasak. Ternyata hasil masakan Christian tidak parah-parah kali. Hha.. Akhirnya kelas berakhir dan saat mereka akan pergi ke asrama Christian, mereka bertemu dengan Brandon Lazar yang berwajah memar. Rose menanyakan penyebabnya, tapi cowo itu ngga mau bahas. Saat itulah ujian pertama buat Rose dimulai. Wajah Stan muncul dari kegelapan saat ia menerjang mereka. Rose pun langsung bereaksi dan siap menghadapi Stan. Tapi sial, terjadi sesuatu yang membuat tubuhnya membeku. Ia melihat Mason. Lagi. Transparan, berkilau, dan sedih. Rose terpaku menatap Mason yang mengangkat satu tanggannya yang transparan dan menuding sisi lain kampus, yang tidak dimengerti Rose apa maksudnya. Kemudian ia rubuh karena hantaman Stan. Ia kaget setengah mati.

Akibat keteledorannya mengabaikan Moroi nya, Rose harus menghadapi sidang di depan komite yang menanganinya. Ia tidak mengungkapkan akar masalah sebenarnya yang menyebabkan ia hilang konsentrasi. Dan ia mendapat hukuman tentu saja. Kemudian ia juga harus menghadapi kemarahan Lissa dan berbagai desas-desus yang ada di sekelilingnya, walaupun Christian tidak terlalu mempermasalahkan dan malah cenderung menanggapinya dengan candaan. Saat mereka berkumpul inilah akhirnya Rose menceritakan tentang masalah Victor Dashkov yang tidak pernah dianggap bersalah. Tentu saja Lissa langsung ketakutan membayangkan Victor yang berkemungkinan bebas. Persidangan resmi Victor baru akan diadakan seminggu kedepan dan mereka memaksa ingin ikut bersaksi, tapi para petinggi kampus tidak setuju.

Weeeell, ada satu saat Adrian menarik Rose ke dalam mimpi rancangan Adrian, hmm, cukup romantis oey. Hhaha.. Habisnya Adrian keliatan tergila-gila beneran sama Rose siiih, walaupun si Rose selalu menanggapinya dengan enteng dan cenderung kesal karena Adrian terus mengikutinya. Tapi kurasa ini daya tarik tersendiri dari novel ini. Selain cinta Rose pada Dimitri, kini ada sosok Adrian yang membuat cinta segitiga ini lebih asyik 😀 Di mimpi ini, Adrian terus berusaha membuat Rose terkesan, bahkan berjanji akan membawa Rose dan kawan-kawan untuk bersaksi di persidangan Victor. Tentu saja Rose menyepelekannya 😛

Terlepas dari Adrian yang sering menggoda Rose, tenyata Christian cemburu melihat kedekatan Adrian dan Lissa yang selalu membicarakan masalah sihir. Rose yang kini jadi tempat curhat Christian. Hha.. Saat Christian akan minum darah donor, sialnya mereka berdua bertemu dengan Jesse dan Ralf yang menyebalkan. Kedua cowo ini mengajak Christian untuk bergabung dengan kelompok rahasia mereka. Ampun deh. Seolah Christian mau aja diajak begituan.

Weekend.  Rose harus melakukan pelayanan masyarakat sebagai hukuman keteledorannya tempo hari. Kemudian ia pun pergi ke Gereja. Di sanalah ia melakukan hukumannya. Dan ternyata Dimitri membantunya. Asiik 😀 Tapi hari berikutnya, jelas ia mulai mengawal Christian lagi. Tapi ada yang membuatnya senang. Tenyata Rose, Christian, Lissa, Eddie, dan Adrian pergi ke persidangan Victor. Dan ini berkat campur tangan Adrian, ntah bagaimana caranya. Tapi nanti terungkap kok penyebabnya. Hha..

Nah, kembali ke cerita. Dalam penerbangan, entah kenapa Rose pusing setengah mati. Membuat Alberta serta Dimitri cemas. Ia pun makan, minum obat, dan ia tertidur. Saat bangun, mereka sudah mendarat di Istana Kerajaan Moroi.

Mereka berpisah masuk ke kamar masing-masing, namun Lissa mendapat undangan dari sang ratu. Seorang diri. Terpaksa Rose hanya mengawasinya dari pikiran Lissa saja. Setelahnya, Rose dan kawan-kawan bertemu dengan Mia Rinaldi, cewek yang setahun lebih muda dari Rose, yang di cerita sebelumnya pernah menjadi mimpi buruk Lissa dan Rose, namun kini sejak ia juga menjadi korban Dashkov, ia berubah. Mereka mengobrol untuk sesaat, hingga kemudian Mia menyampaikan pesan kepada Rose dari salah seorang petugas keadilan. Dan ternyata isi pesan itu dari Victor Dashkov yang mengancam dengan halus akan membongkar perihal hubungan Rosa dan Dimitri di depan persidangan. Segera Rose mendatangi Dimitri, dan mereka pun mengunjungi Victor di tahanan. Kali ini Dimitri yang gantian mengancam Victor.

Hari berikutnya persidangan Victor. Seusai pembacaan dakwaan, ratu memanggil Lissa. Ia memberi Lissa penawaran akan rencana kuliah Lissa kelak. Setelah urusannya dengan Lissa kelar, ratu kemudian  memanggil Rosa. Mengejutkan memang. Dan yang lebih mengejutkan, ratu memerintahkan agar Rosa menghentikan ‘hubungannya yang menjijikkan’ dengan keponakan buyutnya yang tersayang, Adrian. Alamak -.-a Jelas-jelas ini membuat Rosa kaget. Apalagi mendengar rencana ratu yang ingin menjodohkan Adrian dan Lissa. Wow.. Tapii, mau ngga mau ia harus diam. Ia tidak ingin merunyamkan hubungan Lissa dan Christian yang akhir-akhir ini sedang panas karena Christian sedang dibakar cemburu akibat kedekatan Lissa dan Adrian. Biar bagaimanapun, kebahagiaan Lissa ada pada Christian, begitu pula sebaliknya.

Setelah perbincangan dengan sang ratu, Rosa tidak menceritakan yang sesungguhnya pada Lissa dan mereka pun pergi bersenang-senang, sebelum harus mengejar penerbangan kembali ke Akademi. Namun sayang, seperti keberangkatan sebelumnya, kali ini penerbangan kepulangan Rosa juga tidak berjalan mulus. Bahkan rasa pusing Rosa lebih parah hingga menyebabkan ia jatuh pingsan. Ia merasa sedang dikeroyok banyak hantu sebelum ia tidak sadarkan diri.

Terpaksa, saat ia tersadar, ia mau tidak mau mengaku bahwa ia melihat hantu. Well, bukan keputusan tepat rupanya. Karena Dr.Olendzki, Alberta, dan Dimitri yang mendengar pengakuan Rosa dan malah menganggap anak itu sedang mengalami stress berat. Rosa terpaksa ikut konseling atau pilihannya ia ditarik dari praktik lapangan nya. Hmm.. Sial.

Tapi terlepas dari masalah ini, ia mulai teringat kembali pada misteri tentang klub tarung bangsawan yang banyak menyebabkan para moroi di Akademi babak belur. Saat mengobrol dengan Adrian, akhirnya misteri ini sedikit tersingkap. Akhirnya, semakin waktu berlalu Rosa mengerti kenapa ia sering melihat Mason, bagaimana itu bisa terjadi, dan apa yang coba di peringatkan oleh Mason. Strigoi. Menyerbu Akademi dan meninggalkan duka yang amat mendalam bagi Akademi, terutama Rosa yang harus kehilangan orang yang sangat ia cintai. Aaarg.. Bahkan diakhir kisah pun Adrian yang clenge’an bisa tampak merana 😦

Huft. Pingin langsung lanjut baca Blood Promise. Tapi masi banyak antrian review yang lain nii.. Harus bersabar ikutin alur deh. Hhehe.. Buat kalian, selamat membaca yaa. Pokoknya jauh lebih asyik deh baca novelnya ^.^d

Ratingku buat novel ini : 8,4

 
6 Comments

Posted by on October 29, 2012 in Dark Fantasy

 

The Immortals 4 – Darkflame


  • Pengarang               :    Alyson Noel
  • Genre                      :    Drama, Fantasy
  • Tebal                       :    400 hlm ; 20 cm
  • Penerbit                   :    Mizan
  • Harga                      :    54.000 IDR
  • Pertama terbit          :    22 Juni 2010
  • Cetakan                   :    Oktober 2011
  • Tanggal Beli             :    30 Desember 2011

Damen mengerutkan kening. Dia mendesah dan menggeleng. Tatapannya muram. Tak pernah kulihat dia seperti itu sebelumnya. “Kenapa kamu memercayai Jude, Ever? Kenapa kamu menceritakan kelemahan-kelemahan kita kepadanya?”

Ever rela melakukan apa pun demi menyelamatkan Damen, cinta sejatinya, dari kutukan akibat ramuan yang diminumnya. Mulai dari memanfaatkan sahabatnya sendiri, Haven, sampai mempelajari ilmu sihir. Namun, ketika Ever mempraktikannya, sihir itu justru berbalik menyerangnya. Karena panik dan putus asa, dia meminta bantuan pada Jude, pria yang selama ratusan tahun selalu mengejar dan berusaha mendapatkan cintanya.

Kerumitan bertambah saat Damen mengetahuinya. Dia merasa cemburu, marah, serta kecewa terhadap Ever. Sementara itu, Ever yang semakin larut dalam ilmu sihir tanpa sadar malah berisiko mencelakakan Damen.

Review :

Astagaaa. Baru baca sinopsisnya aja aku uda dibikin kesel kali ma karakter Ever. Taulah guys, baru novel seri Immortals ini yang bikin aku bisa membenci sang tokoh utama karena, well, umumnya kita bakal mencintai atau at least, menyukai tokoh utama. Tapi entah kenapa sejak aku pertama baca seri Immortals ini aku ngga suka kali ma karakter Ever. Suer. Nah, sekarang saat aku memulai baca novel keempatnya, Darkflame, aku pikir seolah aku bicara, “Nah Ever, apa lagi kali ini ulahmu, nak?” Hhahhahaha..

Oke, kalo gitu kita mulai aja yaa.. Sebagai pembukaan, kita akan bertemu dengan Haven, sahabat Ever yang sekarang juga seorang Immortal. Tapi sayang, Haven baruuu saja mengetahui perihal perubahannya. Dan yaa, perubahan Haven jadi Immortal ini juga berkat Ever. Itulah kenapa kali ini Ever merasa bertanggung jawab untuk memberitahu Haven kenyataannya. Tapi jauh dari yang Ever kira, ternyata Haven menyambut kondisinya sekarang dengan suka cita. Menurutnya, hal ini sangat keren. Hhaha.. Tapi tentu saja Ever mengajari Haven segala aturan menjadi seorang Immortal yang harus dipatuhi.

Terlepas dari masalah dengan Haven, Ever melakukan praktik sihir lagi di kamar mandinya, daaaan, sesuatu yang buruk telah terjadi. Sihir itu malah berbalik arah, tidak sesuai dengan keinginan ever. Kemudian, saat Ever ingin menyelesaikan masalahnya dengan Roman dan tiba di depan toko milik Roman, ternyata muncul Jude. Karena masih marah karena merasa dikhianati Jude, Ever pun menyerang Jude dan melukainya cukup parah.

Oke, kita kembali mundur. Kenapa Ever marah pada Jude?? Kembali ke buku sebelumnya ─Shadowland─ dimana Ever menemukan fakta bahwa Jude memiliki tato Ouroboros yang menjadi ciri khas sindikat Roman yang jahat. Karena itulah Ever mengira kalau Jude adalah salah satu anggota Roman. Tik tok. Menurut kalian iya ngga Jude jahat?? Hmm.. Sayangnya, ngga seperti dugaan Ever sebelumnya, bahwa ia akan menusuk Jude dan lukanya akan kembali sembuh seketika. Tidak, Ever salah besar. Ternyata Jude tetap berdarah-darah, dan itu akibat sikap sok tahunya. Well, okelah kalau itu merupakan sistem pertahanan Ever dari musuhnya, tapi ya kira-kira dong. Kan ada kemungkinan Jude memang manusia biasa. Hadeeh..

Lanjut lagi. Kemudian ada masalah komplikasi terhadap Haven. Bukan komplikasi dalam artian yang sebenarnya, tapi komplikasi perubahan sikap yang membuat Ever dan Damen ngeri. Haven bukan lagi cewek minoritas yang biasanya tidak menarik perhatian. Sekarang ia jadi sosok yang tergoda oleh popularitas dan ingin menonjolkan diri karena kini ia merasa sempurna. Bahkan ia mengatakan pada Ever bahwa Ever iri padanya. Belum lagi ia berkata ia tidak membutuhkan ramuan Damen karena ada seseorang yang akan dengan senang hati menyuplai kebutuhan Haven, yaitu Roman, bebuyutan Ever. Ckck.. Ever menciptakan monster -.-a

Saking bingungnya dengan situasi sulit yang ia timbulkan terhadap Damen, terhadap sosok Haven yang berbalik mengancam kehidupannya, ketidak-akuran antara dirinya dengan si kembar ─Romy dan Rayne, belum lagi dengan kenyataan adanya sejarah cinta antara Jude dan dirinya di kehidupan yang lampau, dan yang paling berat adalah adanya efek magis dari sihir yang malah berbalik menyerangnya, membuat dirinya terikat pada Roman, membuat dirinya tergila-gila setengah mati pada sosok yang sebelumnya notabene adalah musuk yang ia benci hingga ubun-ubun tersebut, membuat Ever kecanduan pergi ke Summerland untuk melupakan sejenak masalah-masalahnya.

Selain itu, terpaksa Ever juga curhat pada Jude dan Jude pun mencoba untuk menolongnya. Namun disaat hubungan Ever dan Damen sedang retak, Damen mendapati Ever sedang pergi ke Summerland dengan Jude. Tentu saja hal ini membuat Damen marah dan kecewa. Hadeh, kasiannya lah orang inii 😦

Tapi terlepas dari itu semua, Ever menemukan sebuah fakta bahwa ternyata Ava ─sosok wanita yang pernah berkhianat darinya─ adalah reinkarnasi dari bibi si kembar ─Romy dan Rayne. Well, ada kepentingan apa yaa nanti Ava kebelakangnya?? Hhe..

Secara keseluruhan (di banding ke-3 novel sebelumnya) , aku lebih suka Ever di buku ini, walaupun, yaah, hanya di bagian belakang-belakang cerita aja. Hha.. Disini sifat Ever mendingan lah. Sikapnya ngga semenyebalkan sebelumnya, tapi ya itu ─kalian tau lah─ cuma di bagian belakang-belakang cerita aja, soalnya dibagian awal kisah menurutku sikapnya masih bikin jengkel 😛 Terlepas dari Ever, secara garis besar ceritanya sebenarnya udah bisa kelar karena tokoh antagonis telah teratasi. Tapi kalo gitu ya selesai dong seri novelnya?? Ngga, masih ada lanjutannya kok, karena akhirnya terlahir sosok jahat yang baru, dan kali ini bakal makin menarik karena sang musuh adalah si mantan sahabat. Wew..

Ratingku buat novel ini : 7,2

 
Leave a comment

Posted by on October 8, 2012 in Magic

 

Sookie Stackhouse 6 – All Together Dead


  • Pengarang        :    Charlaine Harris
  • Genre               :    Fantasy, Drama
  • Tebal                :    468 hlm ; 18 cm
  • Penerbit            :    Esensi
  • Harga               :    75.000 IDR
  • Pertama terbit   :    1 Mei 2006
  • Cetakan            :    2010
  • Tanggal Beli      :    7 Oktober 2010

Dikhianati oleh cinta lamanya yang seorang vampir, Sookie Stackhouse sekarang mempunyai laki-laki yang baru dalam hidupnya—si makhluk pengubah wujud yang tampan bernama Quinn. Tapi kegembiraannya tak berlangsung lama, karena Sookie terpaksa menghadiri konferensi vampir menemani sang ratu vampir Louisiana. Dengan basis kekuatan yang telah dilemahkan oleh kerusakan akibat badai Katrina di New Orleans, sang ratu amat rentan mengalami kudeta. Sookie harus memutuskan dia berada di pihak yang mana. Dan pilihannya bisa berarti perbedaan antara hidup dan bencana yang tak dapat dibayangkan….

Review :

Minggu ketiga di bulan November, malam hari, Sookie Stackhouse datang ke bar Fangtasia. Ia menghadiri sebuah pertemuan dimana ada Eric Northman ─seorang Sheriff Area Lima, Pam ─tangan kanan Eric, Clancy ─sang manager bar, Felicia ─bartender baru, Indira dan Maxwell Lee, dan seorang yang sekarang keberadaannya diingkari Sookie, Bill Compton, sang mantan kekasih. Malam itu ternyata turut hadir dua tamu yang salah satunya berpangkat lebih tinggi dari Eric. Adalah Andre, pengawal pribadi Sophie-Anne Leclerq. Ratu Lousiana. Sejak badai Katrina melanda New Orleans, Sang Ratu mengungsi di Area Empat Baton Rouge. Kemudian tamu kedua adalah Jake Purifoy, seorang mantan Were. Jake terlahir sebagai Were, namun suatu ketika ia diserang vampir dan berdarah hingga nyaris tewas. Namun sepupu Sookie, yang bernama Hadley ─seorang vampir─ merasa kasihan pada Jake dan merubahnya menjadi vampir. Sebelumnya tidak ada Were yang berubah menjadi vampir. Belum lagi kenyataan bahwa masing-masing tidak mempercayai kaum yang lain. Makanya posisi Jake sangat sulit dan akhirnya Sang Ratu pun memberinya posisi sebagai pelayannya.

Ternyata tujuan diadakannya pertemuan ini adalah karena Sookie diminta untuk mendampingi Sang Ratu di sebuah konferensi vampir. Disini Sookie harus terus memantau pikiran orang-orang disekitarnya dan menemukan suatu keganjilan karena sejak peristiwa kematian Peter Threadgill, Raja Arkansas, Sang Ratu lah yang dituduh sebagai pembunuhnya dan mendapatkan tuntutan hukum.

Kemudian, Sookie harus menghadiri acara wedding shower untuk pernikahan ganda keluarga Bellefleur, Halleigh dan Andy, Portia dan akuntannya. Sebenarnya Sookie tidak terlalu akrab dengan keluarga itu, terutama dengan kakak adik Bellefleur, Andy dan Portia. Namun karena keramahan Halleigh, maka Sookie hadir. Lalu saat pulang, Sookie mendapat kejutan. Sang kekasih, Quinn, si weretiger, ada di rumahnya.

Hari berikutnya lebih mengejukan lagi karena kakaknya, Jason, menelepon dan mengatakan bahwa ia akan menikah malam ini juga. Alamak.. Ia sudah tergila-gila pada Crystal dan ya, Crystal adalah seorang werepanther, sama seperti Jason yang sekarang juga seorang werepanther. Hanya bedanya kalau Crystal masih keturunan langsung sementara Jason adalah were ‘ciptaan’. Di dalam komunitas Hotshot yang korban pernikahan sedarah antar warganya, maka tidak mengejutkan apabila terjadi kelainan genetik pada warganya. Itulah kenapa kehadiran darah baru di komunitas ini sangat membawa angin segar. Di pernikahan ini ada tradisi dimana keluarga terdekat dari masing-masing penganting harus menjamin pengantin, dalam artian, di penjamin ini harus bersedia menanggung hukuman atas perbuatan yang dilakukan si pengantin kelak apabila timbul masalah. Maka Sookie lah yang menjadi penjamin Jason dan Calvin ─sang pimpinan Hotshot sekaligus paman Crystal─ yang menjamin Crystal.

Lalu di hari-hari berikutnya, ada beberapa masalah sepele yang harus Sookie hadapi. Sookie juga mendapat kunjungan dari sang ibu peri, Claudine. Peri itu dengan sedih meminta Sookie agar merubah keputusan mengenai keikutsertaannya di konferensi. Namun Sookie tidak bisa mengabulkannya karena Sookie membutuhkan uang yang dibayarkan Sang Ratu. Kemudian ada Pam yang datang ke Merlotte’s. Di saat yang sama, Amelia Broadway, teman serumah Sookie, juga mengunjungi bar. Lalu ada teman Sookie yang bernama Arlene, dan entah kenapa ia bertingkah aneh dengan terus menyalahkan Sookie karena sudah berdekatan dengan kehidupan vampir. Hal ini tentu mengesalkan bagi Sookie.

Hari-hari berganti dan keberangkatan untuk konferensi pun tiba. Teman seperjalanan Sookie adalah Tn. Cataliades, Diantha, dan Johan Glassport ─spesialis di hukum vampir yang nantinya akan menjadi pengacara Ratu. Selama perjalanan dengan pesawat Anubis ini Johan terus mewawancari Sookie terkait kejadian yang menimpa Ratu.

Mereka tiba di Rhodes menjelang sore dan segera menuju Pyramid of Gizeh, tempat mereka akan menginap dan diadakan konferensi. Sookie juga telah melakukan kontak batin dengan Barry Bellboy, seorang telepatis kenalan Sookie. Kemudian Sookie menemui Ratu untuk mendapatkan instruksi apa yang harus Sookie lakukan, yaitu terus mendampingi Ratu baik itu selama proses pengadilan ataupun pertemuan-pertemuan yang akan Ratu hadiri. Saat Sookie masih berada di ruangan Ratu, datang Si Raja Texas, Stan Davis. Nah, kepada Stan lah Barry bekerja. Ia berfungsi seperti Sookie, sebagai ‘telinga’ dari atasan mereka 😛

Saat Sookie dan Barry sedang jalan berdua, datang Quinn. Sookie senang bertemu dengan sang kekasih. Lalu, kalian juga akan mendapat satu lagi karakter baru, yaitu Britlingen, seorang pengawal super yang berasal dari dimensi lain. Karena Britlingen dianggap sebagai pengawal terbaik, maka dibutuhkan biaya yang besar untuk menyewa seorang penyihir yang akan membawa Britlingen ini ke dimensi kita dan saat pekerjaan selesai, penyihir harus mengirimnya kembali karena hukum dunia Britlingen sangat berbeda dengan disini. Nah disini, Britlingen itu bernama Batanya yang bekerja untuk Raja Kentucky. Hal ini mengejutkan karena untuk apa Raja Kentucky begitu ketakutannya hingga ia menyewa Britlingen?? -.-a

Sekembalinya pada Sang Ratu, Sookie bercerita mengenai Britlingen yang ditemuinya. Sookie juga bertemu dengan Jennifer Cater, vampir Arkansas yang menuntut Ratu atas kematian Rajanya, Peter Threadgill. Namun kemudian Jennifer beserta beberapa anggota Arkansas yang lain ditemukan mati di kamar hotelnya. Entah apa yang terjadi.

Lalu, dalam perjalanan menuju konvensi, Sookie mengungkapkan sebuah ide mengenai pengangkatan Andre sebagai Raja dari Lousianna dan Ratu sangat menyetujui ide itu. Momen ini sangat manis menurutku 😀 Kemudian ada berita lain yang mengejutkan, bahwa Raja Mississippi ─Russell Edgington─ dan Raja Indiana ─Bartlett Crowe─ akan menikah dan Eric yang bertindak sebagai si Pendeta. Pernikahan pun di langsungkan malam itu juga.

Ada satu hal mengenai Quinn yang meresahkan Sookie. Beberapa kali ia bertemu dengan seseorang yang mengenal reputasi Quinn, orang itu akan mengatakan sesuatu yang membuat Sookie tidak mengerti. Lalu Sookie bertemu dengan Jake Purifoy dan meminta Jake menjelaskan mengenai latar belakang Quinn yang belum Sookie tahu. Dan ternyata cukup banyak hal yang Sookie tidak tahu mengenai Quinn. Ia menyesal tidak menunggu Quinn bercerita sendiri. Namun satu hal dari Quinn membuat Sookie merasa tidak nyaman, bahwa Quinn terlibat di dunia bawah tanah.

Saat Sookie pergi untuk mengambil sebuah koper milik salah satu rombongan Lousianna yang tertinggal, Andre menghampirinya. Yang mengejutkan dan membuat Sookie kesal adalah karena tiba-tiba Andre memaksa Sookie untuk meminum darahnya. Ini dilakukan karena Ratu dan Andre menganggap Sookie terlalu berharga dan ingin Sookie memiliki ikatan yang lebih erat baik kepada Ratu maupun Andre. Namun Sookie menolak mentah-mentah karena tidak ingin hidupnya diatur oleh kedua vampir berkuasa tersebut. Beruntung kemudian Eric muncul dan berhasil menyelamatkan Sookie dari paksaan Andre. Sayang, disaat semuanya dalam posisi kurang nyaman, Quinn muncul dan menyaksikan drama tersebut. Sookie dibuat pusing oleh ketiga lelaki ini dan berusaha ‘melarikan diri’.

Sekembalinya Sookie dari mengambil koper yang tertinggal, ia malah menemukan sebuah bom. Ia tidak mau bergerak sebelum tim penjinak bom yang mengambil bom  tersebut. Keadaan kembali tenang hingga kemudian persidangan Ratu diadakan dan terjadi kekacauan karena matinya seorang saksi di depan para hadirin dan Quinn yang terkena panah karena berusaha melindungi Sookie. Kehebohan pun terjadi. Well, selalu saja terjadi hal-hal yang membahayakan nyawa dimana Sookie berada. Seru! 😛

Di seri ini kehadiran Eric makin sering dan kebanyakan terkait dengan Sookie. Eric makin ngejar Sookie, dan lucunya, seolah Eric sedang jatuh cinta tapi tidak mengerti bahwa perasaan yang dia alami itu karena ia menyukai seseorang. Hmm, semacam ‘polos’ mungkin yaa ^.-a Tapi yang jelas, karakter favoritku hingga seri ini masih Eric 😀

Ratingku buat novel ini : 8,4

 
Leave a comment

Posted by on October 3, 2012 in Dark Fantasy

 

Books of Faerie 2 – Ballad


  • Pengarang               :    Maggie Stiefvater
  • Genre                      :    Fantasy
  • Tebal                       :    452 hlm ; 20 cm
  • Penerbit                   :    Ufuk
  • Harga                      :    59.900 IDR
  • Pertama terbit          :    1 Oktober 2009
  • Cetakan                   :    Agustus 2011
  • Tanggal Beli             :    29 September 2011

James Morgan dianugerahi kemampuan bermain musik yang luar biasa. Itulah yang menarik perhatian Nuala, sesosok peri pencuri jiwa yang membangun lalu memakan energi kreatif manusia sampai mereka mati. James punya cukup banyak alasan untuk takut kepada peri. Namun, ketika dia dan Nuala berkolaborasi dalam sebuah komposisi musik yang sangat indah, James mulai menaruh hati pada Nuala. Ketika Halloween hampir tiba, James harus bertempur melawan Ratu Peri yang jahat untuk menyelamatkan hidup Nuala dan jiwanya sendiri.

Review :

James dan Dee kini menjadi murid di Thornking-Ash. Namun karena perbedaan jadwal dan lingkungan sekolah yang luas, mereka sangat jarang berjumpa. Cerita diawali oleh James yang menceritakan tentang masa orientasi di sekolah itu. Kini ia juga tinggal di asrama. Di sekolah baru ini, ada seorang guru yang disebut namanya, entah tar kebelakangnya ia punya andil dalam cerita ato ngga q kurang tahu 😛 Guru itu bernama Eve Linnet. Suatu ketika James tertarik oleh suara alunan musik dan ia mengikuti musik itu hingga ke sumbernya. Tentu saja peri yang memainkannya. Nah, disitulah ia bertemu dengan Linnet yang menurut dugaan James, beliau juga tertarik oleh alunan musik itu.

Lalu James mendapat tugas untuk menemui seorang guru musiknya di sebuah toko alat musik. Setelah selesai dan akan pulang, ia melihat seorang gadis yang duduk sangat dekat di mobilnya. Niatan James hanya menyuruhnya pergi sebelum tertabrak oleh mobil James, namun tampaknya gadis itu bukan gadis biasa. Lagi-lagi seorang peri dan ia nebeng James sampai ke sekolah. Kemudian diketahui nama gadis itu adalah Nuala. Di jalan, Nuala memberi penawaran pada James tentang mengajari dan membuat James, wow, di karir musiknya. Tapi segera James menolak dan itu membuat Nuala kesal.

Cerita beralih ke sudut pandang Nuala. Ternyata Nuala bukan hanya sekedar kesal, tapi juga marah karena untuk waktu yang lama Nuala tidak pernah ditolak oleh manusia. Sore itu, Nuala membuntuti James. Dia merasa tertantang untuk mendapatkan James setelah cowok itu menolak karir gemilang yang telah ditawarkan Nuala. Pasalnya dibalik penawaran itu pasti ada balasan yang diminta oleh Nuala, dalam kasus ini umur dari manusia lah yang dimintanya. Kemudian, Dee datang menemui  James. Dari sudut pandang Nuala inilah kita bisa tahu tentang bagaimana sikap dan perasaan Dee serta James terhadap satu sama lain. Well, kalau menurutku sangat menyedihkan kisah kedua sahabat ini. Entah kenapa mereka yang sebelumnya sangat akrab bisa menjadi canggung gini kalau berjumpa 😦 Saat senja mulai menjelang, Dee berpamitan, dan Nuala melihat James berlari kearah sebuah musik yang sedang mengalun, ke arah raja bertanduk yang lagunya mengalun lambat tentang kematian.

Kemudian, kita akhirnya tahu bahwa Nuala adalah leanan sidhe, peri penyendiri, terendah di antara yang paling rendah. Nyaris manusia. Ternyata, dia termasuk peri yang selalu direndahkan diantara peri-peri yang lain. Kasihan juga sih 😉 Sore itu, Nuala juga tanpa sengaja menghadiri semacam acara dansa yang didatangi para peri.  Disitu ia bertemu dengan manusia kekasih sang Ratu peri yang dikenal kelak menjadi Raja peri.  Sang kekasih Ratu mengajak Nuala berdansa dan tentu saja hal itu menjadi perbincangan para peri disekitar Nuala.

Lalu perjuangan Nuala mendekati James terus berlanjut dan entah kenapa James juga mulai terbiasa dengan kehadiran Nuala. Akhirnya, Nuala menawari James sebuah lagu tanpa harus James memberikan sesuatu pun sebagai imbalan, dan James menyetujuinya. Namun bukan berarti James akan menuruti segala keinginan Nuala. Di novel ini, beberapa kali digambarkan bagaimana Nuala cemburu terhadap Dee karena James masih saja menginginkan dan mencintai cewek itu. Hhe..

Oia, ada tokoh baru yang disini sering muncul, yaitu Mr. Sullivan, guru bahasa James namun karena bakat James di bagpipe dinilai para gurunya sudah expert, maka ia akan menjadi guru piano James. Yups, James diminta untuk mempelajari alat musik laen selain yang terbuat dari pipa, dan James lebih memilih gitar namun Mr. Sullivan menyarankan piano. Nah, kayaknya nih, Mr. Sullivan ini juga bisa melihat peri gituu, soalnya beliau memakai cincin besi di jemarinya, sama dengan James yang memakai gelang besi di pergelangan tangannya, hanya untuk memastikan bahwa ia cukup aman dari kejaran peri karena peri terkenal tidak tahan terhadap besi 😛

Suatu pagi James dipanggil untuk menghadap presiden dari Thornking-Ash, Gregory Normandy. Ternyata Normandy ingin membicarakan tentang bakatnya dan bakat Dee. Tentu saja James langsung waspada karena sang presiden terus saja mengisyaratkan tentang keberadaan peri. Bertahan karena tidak berani mempercayai orang baru begitu saja maka James pura-pura tidak mengerti apa yang dibilang lelaki itu. Sang presiden terus memperingatkan James untuk berhati-hati terhadap mereka dan jangan sampai tergoda oleh mereka. Wew..

Kehidupan James di asrama terus berlanjut. Hanya saja kehidupan cintanya tidak juga membaik. Hatinya semakin tersiksa dengan cinta bertepuk-sebelah-tangannya dengan Dee, sedangkan Dee sedang tersiksa dengan perasaan rindunya terhadap Luke. Suatu kali, James dan Dee berciuman, hanya saja Dee dengan jujurnya mengatakan bahwa ia membayangkan dirinya sedang mencium Luke. Ampuuun -.-“ Tentu saja James sakit hati. Sejak saat itu hubungan James dan Dee semakin renggang dan aneh. Disinilah sosok Nuala mulai menguat, bahkan Nuala pun tampaknya mulai merasakan kasih terhadap James. Wew..

Kisah berlanjut. Sudah bisa ditebak kan kalau hubungan James dan Nuala tidak berhenti begitu saja. Kini ada benih cinta diantara mereka, padahal waktu hidup Nuala hanya tinggal beberapa hari saja. Saat Halloween tiba, Nuala akan terbakar dan terlahir kembali menjadi sosok pribadi yang baru, dengan sebuah memori baru, sehingga ia tidak akan ingat kehidupannya sebelumnya. Siklus ini terjadi setiap enam belas tahun sekali. Ckck..

Namun, suatu ketika Eleanor, sang Ratu peri, mendatangi James dan memberitahu bahwa ada cara agar Nuala tidak melupakan pribadinya sebelum terbakar. Selalu ada maksud terselubung dibalik informasi itu. Rupanya hal ini berkaitan dengan Dee yang kemudian diketahui menghilang.

Well, well, well.. Kalian sudah baca novel ini? Kalo menurutku pribadi novel kedua ini kurang bikin greget. Kurang semangat dan di beberapa bagian kadang bikin bosan. Mungkin pendapat kalian beda, tapi kalau aku lebih suka menantikan cerita dari sudut pandang Nuala. Saat kemunculan Dee yang hanya secuil-cuil malah ga aku nantikan. Disini sosok Dee serasa semakin hilang, padahal waktu baca novel pertama aku berharap karakter Dee bisa lebih kuat, tapi ternyata ngga 😉 Oke, memang kali ini sosok James yang ditonjolkan, itulah kenapa pihak kedua yang kusuka malah Nuala, bahkan dibandingkan James aku lebih suka karakter Nuala. Hhe ^.-v

Ratingku buat novel ini : 7,2

 
Leave a comment

Posted by on April 26, 2012 in Fairies

 

The Mortal Instrument 4 – City of Fallen Angels


  • Pengarang               :    Cassandra Clare
  • Genre                      :    Fantasy, Adventure
  • Tebal                       :    580 hlm ; 20 cm
  • Penerbit                   :    Ufuk
  • Harga                      :    89.900 IDR
  • Pertama terbit          :    5 April 2011
  • Cetakan                   :    Agustus 2011
  • Tanggal Beli             :    29 September 2011

Perang Mortal telah berakhir. Clary Fray kembali ke New York, bersemangat menghadapi berbagai kemungkinan di hadapannya. Dia berlatih untuk menjadi Pemburu Bayangan dan menggunakan kemampuan uniknya. Ibu Clary, Jocelyn Fray, akan menikah dengan pria yang dicintainya. Penghuni Dunia Bawah dan para Pemburu Bayangan akhirnya berdamai. Dan—yang terpenting dari semuanya—Clary akhirnya bisa menyebut Jace pacarnya. Tetapi, semua ada harganya.

Seseorang membunuhi Pemburu Bayangan, menyulut ketegangan yang bisa berujung perang berdarah kedua. Sahabat Clary, Simon, tidak bisa membantunya. Ke mana pun Simon menoleh, seseorang menginginkannya di pihak mereka—beserta kekuatan kutukan yang mulai merusak hidupnya. Selain itu, dia mengencani dua gadis yang cantik dan berbahaya—yang saling tidak mengetahui tentang yang lain.

Ketika Jace mulai menjauhi Clary tanpa menjelaskan alasa­nya, Clary dipaksa untuk menggali ke dalam inti misteri yang pemecahannya menyingkapkan mimpi terburuknya. Dia telah menggerakkan rantai peristiwa mengerikan yang dapat mem­buatnya kehilangan semua yang dia cintai. Bahkan Jace.

Review :

Saat aku mulai membaca novel ini, aku menduga, “Wah, kayaknya cerita kali nii lebih banyak fokus ke Simon nih..” Kenapa? Well, bukan semata karena cerita dibuka oleh Simon, tapi karena seiring perjalanan cerita, Simon banyak muncul. Hhe..

Awal cerita kita memang disuguhi dialog Simon Lewis dan Isabelle Lightwood di sebuah restoran tempat Simon dan Clary dulu sering nongkrong. Saat itu pertengahan Oktober, menjelang Halloween. Mereka sedang asyik mengobrol ketika dua manusia abdi vampir mendatangi mereka. Mr. Walker dan Mr. Archer adalah abdi vampir paling berkuasa di New York City, pemimpin klan terbesar di Manhattan. Otomatis Simon dan Izzie langsung menyangka Raphael Santiago, “ayah” dari Simon. Tapi ternyata mereka salah. Kedua abdi ini membawa Simon kepada Camille Belcourt, atasan Raphael dulu sebelum Raphael melakukan pembelotan dan menusuk Camille dari belakang. Camille pun menghilang dan Raphael lah yang mengambil alih kepemimpinan klan.

Kini Camille menghilang dan memanggil Simon untuk meminta pertolongannya. Camille meminta Simon untuk bergabung dengan klannya dan melawan Raphael karena Camille tahu, Simon lah yang ditakuti Raphael. Berkat anugrahnya sebagai Pengembara Siang, yaitu satu-satunya vampir yang mampu bertahan di bawah sinar matahari tanpa terbakar. Camille juga menawarkan akan memberikan beberapa pelajaran kepada Simon mengenai bagaimana hidup diantara manusia sebagai vampir karena, sungguh, inilah yang sekarang sangat dibutuhkan Simon. Camille pun memberi waktu lima hari untuk Simon mempertimbangkan penawarannya tersebut.

Kemudian, Simon curhat pada sahabat baiknya, Clary, bukan tentang pertemuannya dengan Camille karena Simon sudah berjanji tidak akan membicarakan pertemuannya dengan Camille pada siapapun. Simon hanya perlu pendapat Clary tentang bagaimana caranya untuk memberitahu kedua wanita yang sedang ia kencani bahwa masing-masing ada pihak ketiga diantara mereka. Lagipula, yang bikin Simon bingung, ia sebenarnya belum bener-bener menetapkan siapa yang jadi kekasihnya. Tapi tampaknya kedua wanita itu menganggap Simon adalah kekasihnya. Ckck.. Isabelle Lightwood yang jelita adalah seorang Pemburu Bayangan sementara Maia adalah seorang Manusia Serigala.  Tentu saja keduanya bertentangan.

Lalu untuk sejenak cerita beralih ke Clary dan Jace yang sedang berkencan saat latihan. Hhe.. Mereka ngobrol tentang banyak hal, terutama juga tentang kabar Alec Lightwood yang sedang berlibur dengan kekasihnya, Magnus si Warlock. Saat Clary akan pulang dan Jace mengantar Clary hingga ke lift Institut, perpisahan mereka entah kenapa terasa aneh. Jace seolah menyembunyikan sesuatu.

Lalu cerita kembali pada Simon yang sekarang punya anggota band baru bernama Kyle. Saat Simon pulang dari mengantar Clary, dia dihadang orang yang ingin menusuknya. Saat itulah ia melihat fungsi dari Tanda berupa kutukan tertua yang ditorehkan Clary padanya saat tragedi Alicante. Orang yang akan menusuk Simon tiba-tiba berubah menjadi ribuan keping berkilau dan.. wuss, menghilang. Simon syok. Inilah kutukan yang ada pada dirinya. Siapapun yang akan membunuhnya pasti mati terlebih dahulu. Pembalasan tujuh kali lipat.

Belum cukup kejadian yang membuatnya depresi, sesampainya dirumah ternyata sang ibu telah menantinya. Well, akhirnya kehidupan rahasia Simon terbongkar. Sang Ibu menemukan berbotol-botol darah yang Simon sembunyikan dalam lemarinya. Terpaksa Simon pergi dari rumah dan rumah Kyle lah yang jadi tempat ia bernaung untuk sementara ini. Kehidupan pun berlanjut..

Clary masih sibuk membantu Ibunya, Jocelyn ─yang akan menikah dengan kekasihnya, Luke─ mempersiapkan tetek bengek pernikahan itu. Kemudian ada saat Jace menolong Simon saat cowok itu kembali dihadang dua orang tak dikenal yang ingin membunuhnya. Disaat yang sama, Clary dan Luke sedang pergi bersama Maryse Lightwood ke Kota Hening untuk menemui Saudara-Saudara Hening. Clary punya ide untuk membuat yang mati untuk berbicara. Nah lhoo.. Well, semakin bertambahnya Pemburu Bayangan yang mati karena dibunuh, maka Clary menawarkan alternatif itu untuk mengungkap pembunuhan ini. Mereka pun menemui Saudara Zachariah, dan beliau membawa Maryse dan yang laen ke Ossuarium, semacam ruang mayat menurutku 😉

Yang terakhir dari yang mati terbunuh sudah disiapkan untukmu. Apa kau siap?” Dan mau nggak mau Clary harus siap karena ini idenya. Clary menggambar rune kuno yang menghidupkan kembali ia yang mati. Tentu saja menakutkan bahwa yang mati tercabik kembali terbangun dan merintih kesakitan. Namun dengan interogasi Maryse yang tajam, mereka berhasil mendapatkan satu nama, yang kemungkinan besar bertanggung jawab atas kematian para Pemburu Bayangan, yaitu Camille.

Sangat manis saat Jace dan Simon bisa ngobrol berdua di apartemen tempat Simon tinggal. Lalu, saat Jace bertemu dengan Kyle, semuanya menjadi jelas, bahwa ternyata selama ini Simon tinggal dengan seorang manusia serigala. Hmm.. Ternyata Kyle adalah serigala dari sebuah aliansi bernama Praetor Lupus, semacam ‘Pengawal Serigala’, yaitu sebuah organisasi yang sangat menyembunyikan diri yang punya tujuan operasional sebagai ‘ibu’ yang mendidik dan mengarahkan Penghuni Dunia Bawah ─termasuk Serigala, Vampir, bahkan Warlock─ yang baru saja ‘lahir’ dan ‘yatim piatu’, mencoba membantu mereka untuk mengendalikan kekuatan-kekuatan mereka.

Yang lucu, awalnya Jace dan Kyle memang kayak orang musuhan. Tapi kemudian, karena mendadak mereka punya misi yang sama yaitu melindungi Simon maka, boom, mereka pun jadi teman. Hha.. Tapi manis kali lihat tiga orang ini bekerja sama untuk mengungkap, siapa dalang sebenarnya yang menginginkan kematian Simon, dan apakah semua ini berhubungan dengan kematian para Pemburu Bayangan 😉

Langkah pertama mereka, Simon menjadi semacam umpan. Ia manggung bersama bandnya di semacam kafe. Kyle sebagai vokalis sementara Jace mengamati dari balik panggung. Kemudian, di tengah penampilan, Simon merasa semakin tidak enak badan karena untuk waktu yang lama ia belum minum darah lagi. Ia kekurangan nutrisi. Ia pun akhirnya merasakan nikmatnya meminum darah manusia untuk kali pertama. Heuu.. Naluri ke-vampir-annya  menguasai dirinya 😉

Sementara itu, Maryse dan Luke mengadakan pertemuan dengan Raphael. Cerita yang disampaikan dari sudut pandang Raphael sama dengan cerita dari sudut pandang Cammile mengenai masing-masing. Waktu itu Camille menceritakan keburukan Raphael pada Simon, dan kini, Raphael menceritakan keburukan Camille yang sama persis, kepada Maryse dan Luke. Well, jadi belum tahu siapa sesungguhnya tokoh jahatnya disini, apa memang Raphael ataukah Camille?? 😉

Kalau dari cerita mengenai asmara Clary dan Jace sendiri, tampaknya hubungan mereka bener-bener mulai renggang. Aku masih belum ngerti alasan Jace kenapa ia ga bisa bicara, bersama, atau bahkan hanya menatap Clary? Haiss.. Selalu Jace yang menghindar dan nggantungin Clary. Payah.. Namun, saat mereka mulai merasakan api asmara mereka kembali membara, sayang sekali harus ada interupsi dari Izzie, dan lagi-lagi Jace seolah merasa bersalah terhadap Clary dan kabur ─lagi─ meninggalkan gadis itu dalam kebingungan.

Saat Simon masih menikmati darah Maureen, gadis cilik yang mengidolakan band Simon, beruntung Kyle datang dan menyelamatkan Maureen. Lalu masalah demi masalah terjadi. Saat Simon sedang bersama Izzie, muncul Maia yang mempergoki mereka. Kini keduanya tahu kalau mereka masing-masing diduakan. Lalu saat wanita-wanita muda ini siap ‘menyerang’nya, muncul Kyle dan Simon merasakan kelegaan yang sangat. Namun sayang, giliran Kyle yang diserang ─benar-benar diserang dengan membabi buta, oleh Maia. Ternyata Kyle adalah mantan Maia yang dulu merubah Maia menjadi manusia serigala dan meninggalkan Maia begitu saja tanpa penjelasan. Akhirnya ketahuan kalau Jordan lah nama depan Kyle.

Kini situasi Kyle dan Simon jadi aneh. Namun akhirnya Kyle ─atau Jordan─ membuka diri. Ia bercerita panjang lebar tentang kehidupannya dulu dengan Maia. Nah, saat sedang curhat itulah ada seseorang yang membunyikan bel pintu Jordan. Seseorang meninggalkan ancaman untuk Simon bahwa pacarnya sedang disandera dan kalau Simon tidak datang ke alamat yang diperintahkan, maka si pacar akan dibunuh. Nah lhoo, pacar yang mana nii?? Pasalnya cewek-cewek yang ada di kehidupan Simon setelah dihubungi, baik-baik saja.

Hanya saja, di saat yang sama Clary malah diserang di bangunan yang mirip Gereja, dan alamatnya sesuai dengan alamat yang didapatkan Simon. Awalnya, Clary mendapatkan alamat ini setelah ia menulis sebuah rune di secarik kain yang berasal dari bayi iblis yang sebelumnya Clary dan Jocelyn lihat di kamar mayat rumah sakit. Setelah rune tertoreh, muncullah alamat ini, dan Clary seorang diri masuk ke bangunan tersebut. Tentu saja Clary menemukan sebuah petunjuk yang sangat penting, bahwa ternyata ada seseorang yang sedang ‘menciptakan’ banyak bayi seperti Jonathan dulu.

Wew.. Kayamana lah ni arah masalahnya? Cukup banyak tampaknya. Belum lagi ditambah dengan Camille, yang berkat Simon dan Jace, berhasil ditangkap dan sayangnya Camille hanya mau menjawab pertanyaan interogasi yang diajukan oleh Magnus Bane, sang mantan kekasih. Hmm, nambah lagi kan masalah. Tentu saja Alec jadi sering uring-uringan karena mengingat riwayat percintaan Magnus selama ratusan tahun ini :O Ngeri 😛 Tapi heii, ternyata di belakang Camille, masih ada seorang pengendali yang lebih hebat dan lebih kuat lagi. Dan tampaknya inilah ancaman terbesarnya karena ia jelas menginginkan kehancuran keseimbangan penghuni dunia ini. Ouch 😉

Ratingku buat novel ini : 8,8

 
Leave a comment

Posted by on April 16, 2012 in Magic

 

Dream Catcher 3 – Gone


  • Pengarang               :    Lisa McMann
  • Genre                      :    Fantasy
  • Tebal                       :    216 hlm ; 20 cm
  • Penerbit                   :    Gramedia
  • Harga                      :    37.000 IDR
  • Pertama terbit          :    2010
  • Cetakan                   :    Oktober 2010
  • Tanggal Beli             :    22 November 2010

Janie mengira ia tahu masa depannya. Dan ia merasa bisa menerimanya meskipun muram.

Namun ia tidak ingin menyeret Cabel.
Janie tahu cowok itu akan setia mendampinginya meskipun tahu apa yang akan terjadi. Cabel memang menakjubkan. Karena itu Janie justru harus pergi.

Lalu seseorang hadir dalam hidup Janie─dan segalanya jadi kacau. Masa depan yang sudah diketahuinya sekarang berubah. Sendirian, ia harus memutuskan mana pilihan terbaik di antara yang buruk.

Dan sementara itu waktu terus berjalan….

Review :

Juni 2006, sidang dengar perkara kasus Durbin. Kini seluruh Fieldridge mengetahui bahwa Janie Hannagan adalah seorang agen rahasia. Ia terekspos. Juli 2006, sebuah cuplikan singkat pembicaraan Janie dengan seorang wanita. 1 Agustus 2006, Janie melakukan perjalanan selama 3 jam yang menyiksa, namun Cabel selalu menyertainya.

3 Agustus 2006, mereka berada di pondok sewaan Charlie ─kakak Cabel─ dan Megan di Fremont Lake. Janie senang dengan lingkungan baru ini karena tidak banyak orang bertanya-tanya tentang dirinya, tidak ada yang mengenal Janie. Tapi, malam hari tetap menjadi saat yang menyiksa bagi Janie. Terutama dengan adanya mimpi buruk Cabel yang terus mengiris hari Janie. Cabel tak pernah bisa mengungkapkan perasaannya, namun mimpi itu mengambarkan bagaimana Cabel menghadapi semua masalah ini. Mengenai fakta menyakitkan bahwa Janie akan kehilangan penglihatan dan kemampuan motoriknya kelak, suatu hari, akibat dari kemampuan dreamcatch nya ini. Aku bacanya, wew, menyedihkan 😦

Sore itu saat Janie dan Cabel sedang bersantai, Janie mendapat kabar dari Carrie ─sahabat dan tetangga Janie─ mengenai ibu Janie yang mabuk ─seperti biasa─ dan berteriak-teriak memanggil Janie di depan rumah. Kabar berikutnya, Carrie membawa ibu Janie ke IGD. Tentu saja Janie langsung panik. Segera, Cabe dan Janie berkendara 3 jam kembali ke Fieldridge.

Mereka langsung menuju rumah sakit dan mencari-cari keberadaan Carrie serta ibu Janie. Mereka menemukan Carrie duduk di depan ruang ICU. Janie ketakutan. Namun Carrie memberinya berita yang lebih membuat syok, ternyata yang berada di ICU adalah ayah kandung Janie, Henry Feingold, yang tidak pernah Janie tahu keberadaannya dan sekarang dalam kondisi koma. Setelah meminta sahabat dan kekasihnya pulang, Janie berdiam diri dan merenung untuk waktu yang lama. Ia menunggu ibunya di ruang tunggu.

Hari berikutnya, ditemani Cabel, Janie mengunjungi ayahnya. Namun aneh, mimpi pria itu hanya seperti TV yang terputus salurannya, statis, dengan suara yang memekakkan telinga Janie. Sesaat, setelah pelangi warna menghilang dari pandangan Janie, ia sekilas melihat sesosok wanita entah siapa. Janie tidak tahu harus berkata apa pada lelaki yang terbaring lemah itu. Ia pun mengajak Cabe pulang. Malamnya, dari sang ibu, Janie mendapat sepotong cerita mengenai pertemuan kedua orang tuanya dan bagaimana mereka berpisah dan tidak pernah berjumpa lagi.

6 Agustus 2006. Cabe membawa Janie ke sebuah alamat di luar kota. Rumah yang mereka temukan sangat terpencil. Ternyata rumah Henry Feingold. Tidak ada seorangpun di rumah itu dan Cabe menyarankan untuk mendobrak masuk. Namun karena takut tertangkap, Janie memaksa Cabe untuk pergi saja. Kemudian karena adanya kemungkinan bahwa Henry juga seorang dreamcatcher, maka Cabe bersikeras dan membawa Janie kembali ke rumah Henry. Tentu saja disana mereka tidak menemukan bukti bahwa Henry memang seorang dreamcatcher.

Malam harinya, Janie tidak bisa tidur. Ia memutuskan untuk pergi kerumah sakit dan mencari tahu. Lagi-lagi disana Janie masuk ke mimpi Henry yang statis. Namun kali ini mimpinya cukup berarti, bahkan ia berjumpa lagi dengan Mrs. Stubin yang telah meninggal. Dari mimpi, Henry meminta bantuan Janie dengan berteriak-teriak, tapi Janie tidak tahu apa yang dimaksud Henry dan tidak tahu harus berbuat apa. Mimpi ini sangat menyerap kekuatan Janie.

7 Agustus 2006. Janie memutuskan untuk lebih mengenal Henry dengan mendatangi rumah Henry sendirian. Ia mempelajari seluk beluk tentang Henry dan bisnis online yang dijalani ayahnya itu. Tengah hari, Henry mendapat tamu, seorang supir truk pengiriman paket. Cathy ─wanita itu─ si sopir mengaku telah lama mengenal Henry dan ia turut prihatin mengetahui keadaan Henry. Dari Cathy lah Janie mendapat sedikit lagi gambaran mengenai sang ayah. Malamnya, ia bermimpi dan Henry hadir di dalamnya. Mereka mengobrol.

8 Agustus 2006. Henry Feingold meninggal. Tanggal 9 Agustus dilakukan upacara pemakanan yang diatur oleh Janie. Biar bagaimanapun Henry adalah ayahnya, dan ia mengerti kenapa lelaki itu harus meninggalkan ibu Janie dulu. Belum lagi ternyata ayahnya tidak tahu menahu kalau ia punya seorang putri. Ckck..

Keputusan Janie sudah bulat, ia akan meninggalkan kehidupan lamanya. Ia mulai membuat agenda apa saja yang akan ia lakukan dan yang pasti ia akan menempati rumah ayahnya. Kehidupan barunya. Menyendiri. Seperti sang ayah. Namun, benarkah ini yang terbaik? Morton’s Fork 🙂

Buku terakhir dari trilogy dreamcatcher ini menurutku tidak banyak memberikan kesan. Cerita selalu disampai dengan konstan dari buku pertama hingga yang ketiga, tidak ada sesuatu yang spesial. Hanya mungkin aku sedikit suka dengan ide penyampaian cerita dengan menggunakan waktu sebagai indikator. Jadi semacam membaca journal seseorang. Bukan berarti aku suka membaca journal seseorang ya 😛 Tapi, secara keseluruhan, hmm, boleh lah buat ngisi waktu luang. Tapi kalo ada novel lain sebagai second choice kamu, bagus ambil yang itu. Kalau pendapat aku pribadi, novel ini buka tipe novel yang suatu ketika bakal ku baca ulang. Cukup sekali ni aja 😉

Ratingku buat novel ini : 7,8

 
Leave a comment

Posted by on February 16, 2012 in Paranormal

 

Skulduggery Pleasant 3 – The Faceless Ones


  • Pengarang               :    Derek Landy
  • Genre                      :    Fantasy
  • Tebal                       :    296 hlm ; 20 cm
  • Penerbit                   :    Gramedia
  • Harga                      :    45.000 IDR
  • Pertama terbit          :    2 April 2009
      • Cetakan                   :    Juli 2011
  • Tanggal Beli             :    5 September 2011

Valkyrie menjerit, berderap ke arah Skulduggery. Skulduggery mendongak dan menggapai ke arah Valkyrie, namun sudah terlambat…

Gerbang berhasil dibuka dan para Sosok Tanpa Wajah kembali ke dunia. Dunia memang tidak langsung berakhir. Terlebih dulu para Sosok Tanpa Wajah akan menguasai tubuh manusia, menghancurkan kota dan desa, membakar daerah pinggiran, membunuh miliaran orang, memperbudak miliaran lainnya, mempekerjakan mereka sampai mati, lalu barulah dunia akan berakhir.
Seharusnya Skulduggery dan Valkyrie mengalahkan para Sosok Tanpa Wajah sebelum mereka menguasai dunia. Seharusnya mereka mengusir para Sosok Tanpa Wajah dan menutup gerbang selamanya. Beberapa orang akan terluka, tapi pada akhirnya dunia akan selamat. Seharusnya seperti itu. Tapi, yah, mungkin bukan itu yang terjadi kali ini.

Review :

Valkyrie dan Skulduggery sedang berada di TKP pembunuhan seorang Ahli Teleportasi bernama Cameron Light. Hingga saat ini telah terjadi 4 pembunuhan yang semua korbannya adalah Ahli Teleportasi. Tentu saja hal ini membuat keduanya penasaran apa sebenarnya motif pembunuhan ini hingga akhirnya mereka memiliki beberapa teori. Kemudian, muncul Remus Crux, seorang detektif utama Tempat Suci yang sangat -sangat- menyebalkan.

Skulduggery dan Valkyrie menggunjungi Tempat Suci untuk bertemu dengan si Ahli Sihir Utama yang juga sangat -sangat- menyebalkan, Thurid Guild. Skulduggery dan Valkyrie masih beranggapan bahwa Guild adalah pengkhianat, mata-mata Baron Vengeous di Tempat Suci. Makanya saat pertemuan itu muncul perdebatan sengit antara Skulduggery dan Guild. Kacau.

Saat keluar dari gedung Tempat Suci, seorang Ahli Teleportasi bernama Emmett Peregrine menemui Skulduggery dan Valkyrie. Dari Peregrine, mereka mendapat informasi mengenai pembunuhan seorang Ahli Terleportasi 50 tahun yang lalu, Trope Kessel. Selain itu ada seorang Ahli Teleportasi baru dari Inggris bernama Fletcher Renn. Renn adalah seorang anak laki-laki yang tidak terlatih, tak memiliki disiplin, dan menurut Peregrine adalah seorang anak yang menyebalkan. Hmm 😉

Nah, nah.. Seperti kebiasaan Derek Landy terhadap novel-novel Skulduggery Pleasant sebelumnya, buku kali ini pun tidak pernah ketinggalan leluconnya. Selalu saja ada bagian dari cerita yang bikin aku ketawa saat membacanya. Misal saat Valkyrie sedang kelaparan dan ingin makan sereal tapi kehabisan susu dan malah terlibat percakapan dengan ayahnya yang meminta saran Valkyrie tentang hadiah pernikahan untuk sang ibu. Hhaha..

  “Dad?”
                 “Ya, Sayang?”
                 “Dad tahu kan betapa aku menyayangimu?”
                 “Ya.”
                 “Apakah Dad mau keluar untuk membelikanku susu?”
                 “Tidak.”
                 “Tapi aku sayang padamu.”
                 “Dan aku sayang padamu. Tapi tidak sesayang itu untuk membelikanmu susu. Makan roti panggang saja.”
 

Serius, aku ngakak waktu baca bagian itu. Hhahaha.. Konyol kali. Aku bener-bener suka dengan cara Landy membuat lelucon yang sarkastis gini. Hhe..

Hari berikutnya Skulduggery dan Valkyrie pergi ke Danau Upper untuk menemui seorang yang mungkin adalah saksi atas pembunuhan Ahli Teleportasi 50 tahun yang lalu. Nenek Lautan sebutannya. Dengan cara pemanggilan yang cukup lucu, kemudian muncullah seorang nenek dari dalam danau. Menurut Valkyrie, nenek itu seperti ikan duyung yang sangat tua, dan benar-benar jelek. Hhaha.. Lalu, untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan Skuduggery, si Nenek Lautan memanggil Trope Kessel, atau setidaknya sisa tubuh Trope Kessel. Well, lucu juga sih. Tapi tar Kessel memberi Skulduggery banyak informasi. Bahwa dugaan motif pembunuhan dulu dan sekarang adalah sama melihat cara korban-korban ini mati −ditusuk di punggung− semakin kuat. Ternyata Kessel dulu dibunuh oleh lelaki bernama Batu karena Kessel tahu bagaimana cara membuka Gerbang yang akan membuka dan menggembalikan Sosok Tanpa Wajah ke sini. Batu membunuh Kessel untuk menghapus jejak orang yang tahu cara membuka Gerbang.

Hanya saja, untuk mengembalikan Sosok Tanpa Wajah, ada dua hal yang dibutuhkah, yaitu Jangkar Isthmus, benda yang diikat benang tak kasatmata yang menghubungkan dunia ini ke dunia lain. Namun fungsi Jangkar ini sia-sia saja tanpa ada seseorang yang membukakan gerbang, dan hanya seorang Ahli Teleportasi yang mampu melakukannya. Kalau gitu, sebenarnya Ahli Teleportasi dibutuhkan dong? Tapi kenapa dibunuhi satu persatu? Nah, kini hipotesis Skulduggery dan Valkyrie adalah bahwa si pembunuh ini bukan orang yang benar-benar jahat. Ia hanya orang baik yang pemikirannya keliru 😉

Tujuan Akuldeuggery dan Valkyrie berikutnya adalah perpustakaan China Sorrows. Bersama China mereka berdiskusi dan menemukan titik cerah kemungkinan dimana Fletcher Renn berada. Segera Skulduggery dan Valkyrie menghampiri tempat itu. Tentu saja mereka menemukan Renn, hanya saja pemuda ini juga sedang menjadi incaran Sanguine. Beruntung akhirnya lepas dari Sanguine, mereka membawa Renn ketempat yang aman, laboratorium tersembunyi milik Profesor Kenspeckle Grouse.  Disini guys, sosok Renn ini digambarkan sebagai pemuda pemberontak yang gaya dan menyebalkan. Pokoknya soksok-an tapi ujung-ujungnya nurut aja sama Skulduggery 😛

Tanith Low mendapat tugas untuk mengawasi Emmett Peregrine sementara sang Ahli Teleportasi beristirahat. Tapi karena lengah, Peregrine berhasil dibunuh, dengan cara yang sama seperti para Ahli Teleportasi lain mati. Sayangnya Tanith harus lari karena ia menghadapi tiga orang, dengan dirinya yang terluka dan tanpa senjata.

Skulduggery dan Valkyrie mengunjungi Finbar Wrong. Seorang Sensitif. Skul membutuhkan Finbar untuk berada dalam keadaan trans dan mencari lokasi pintu gerbang untuk para Sosok Tanpa Wajah. Setelah berhasil mendapatkan perkiraan tempatnya, Skulduggery dan Valkyrie lanjut menemui Solomon Wreath, seorang Ahli Nekromansi. Perjalanan pun berlanjut dan kemudian ia menyadari apa yang sesungguhnya ia cari dan yang jadi incaran musuh-musuhnya juga, yatu sisa tubuh Grotesquery. Ia tahu siapa yang menyimpannya, maka ia dan Valkyrie segera menuju TKP, yaitu Tempat Suci.

Setelah melakukan beberapa siasat, Skulduggery dan Valkyrie berhasil mencapai ruangan dimana sisa tubuh Grotesquery disimpan, walaupun, wew, pertahanannya cukup ketat. Sisa tubuh itu dikerangkeng dan tergantung di atas tanah dengan selusin rantai, bahkan di kerangkengnya terdapat banyak simbol yang cukup bahaya kalau tersentuh. Bisakah Skulduggery dan Valkyrie membawa pergi kerangkeng itu?? Sayang, saat baru mencari cara untuk membawa pergi Grotesquery, rombongan Gruesome Krav muncul. Mereka juga akan mencuri sisa tubuh Grotesquery. Ckck.. Skulduggery dan Valkyrie kurang cepet..

Tentu saja Skul dan Valkyrie harus menghadapi Krav, Diablerie dan Sanguin terlebih dahulu. Perkelahian pun tak terhindarkan. Tapi sayangnya Skulduggery dan Valkyrie harus kalah dan malah jadi buronan Tempat Suci. Wew..

Skulduggery membawa Valkyrie ketempat Profesor Kenspeckle Grouse untuk mendapat pengobatan terhadap giginya yang patah akibat hantaman Sanguine. Tak butuh waktu lama bagi Kenspeckle mengganti gigi Valkyrie, namun lelaki tua itu semakin geram pada Skulduggery yang dinilainya tidak bertanggungjawab karena membahayakan nyawa seorang anak-anak. Saat Skulduggery dan Valkyrie akan melanjutkan perjalanannya, ada kabar bahagia. Ghastly Bespoke kembali menjadi sosok manusia setelah dua tahun membatu! 😀 Well, tentu saja Valkyrie girang setengah mati setelah tahu lelaki mirip petinju itu telah pulih.

Ghastly, Skulduggery, Valkyrie, Tanith dan Fletcher berkumpul di Toko Jahit Bespoke. Mereka mengobrol dan bahkan Fletcher melontarkan rayuan pada Tanith hingga membuat Valkyrie memutar bola matanya. Hhaha.. Ghastly membuatkan Valkyrie sepatu boot baru. Hingga kemudian tiba-tiba Skulduggery mengumumkan bahwa mereka harus segera pergi ke Pertanian Aranmore milik Paddy Hanratty karena si pemilik melaporkan ada orang-orang aneh yang mendatangi pertaniannya. Rupanya pertanian itu adalah tempat dimana Gerbang untuk membebaskan para Sosok Tanpa Wajah berada, maka tidak heran kalau Diablerie dan kawan-kawan mendatangi tempat ini. Hanya Fletcher lah yang bisa menemukan lokasi pastinya. Maka berangkatlah rombongan ini ke Aranmore.

Setelah menemukan lokasi pasti Gerbang itu, rombongan Skulduggery kembali ke Dublin. Skulduggery dan Valkyrie melanjutkan petualangan dengan mencari Kristal Hitam untuk Tongkat Tetua yang merupakan satu-satunya senjata yang cukup kuat untuk membunuh para Sosok Tanpa Wajah. Skul dan Valkyrie mencoba mempertimbangkan kemungkinan terburuk kalau makhluk-makhluk itu berhasil bebas. Demi mendapatkan informasi mengenai Kristal Hitam, Skulduggery dan Valkyrie pergi kerumah Gordon Edgley, paman Valkyrie yang telah meninggal dua tahun yang lalu. Di rumah ini mereka mendapat petunjuk bahwa Kristal yang mereka cari ada di dalam gua bawah tanah rumah Gordon dan hanya Valkyrie yang dapat mendekatinya.

Perjalanan mereka mendapatkan Kristal ini cukup lancar hingga saat mereka akan kembali ke permukaan, Valkyrie tertahan dan ditawan oleh Anathem Mire, si penjaga Kristal yang ‘merindukan’ makhluk hidup. Terpaksa, Valkyrie kejar-kejaran dengan si hantu dulu. Begitu berhasil terbebas dari si hantu, Valkyrie dan Skulduggery langsung kabur dan kembali ke permukaan. Selanjutnya tujuan mereka adalah Perpustakaan milik China dimana mereka akan mendapatkan Tongkat Tetua.

Sementara itu, terjadi pengepungan di Bioskop tempat Laboratorium Profesor Kenspeckle Grouse berada. Tentu saja pengepungan itu untuk mencari Fletcher, namun untungnya pemuda itu sudah kabur duluan.

Esok harinya saat Valkyrie kembali kerumah untuk mengantar keberangkatan orangtuanya ke Paris, Remus Crux, si detektif Tempat Suci, mengunjungi rumah Valkyrie dan memberitahukan perihal penahan Valkyrie. Tentu saja Valkyrie menolak dan kabur. Tapi sayang, kali ini Valkyrie kalah cepet karena Crux membawa bantuan para Panjagal. Valkyrie pun tertangkap dan dikirim ke sel tahanan. Heuu. Kali ini si tokoh menyebalkan menurutku ya si Crux ini. Sumpa, bikin gondok dia nii. Gaya bener orangnya. Soksok-an. Brr..

Walaupun suasana serasa mulai membahayakan, beberapa kali Derek Landy tetap menyisipkan guyonan segar dan selalu mengundang tawa dalam ceritanya. Tidak jarang aku terbahak karenanya. Tetap, gaya bahasa yang santai dan menyenangkan menjadi salah satu hal yang aku sukai dari seri Skulduggery Pleasant ini. Ga mengecewakan lah 😀

Ratingku buat novel ini : 8,2

 
2 Comments

Posted by on February 2, 2012 in Magic

 

Lumatere Chronicles 1 – Finnikin of the Rock


  • Pengarang               :    Melina Marchetta
  • Genre                      :    Fantasy
  • Tebal                       :    580 hlm ; 20 cm
  • Penerbit                   :    Ufuk
  • Harga                      :    79.900 IDR
  • Pertama terbit          :    2008
  • Cetakan                   :    Juli 2011
  • Tanggal Beli             :    5 September 2011

Finnikin dan pembimbingnya, Sir Topher, sudah sepuluh tahun tidak pulang ke Lumatere yang sekian lama diselimuti kutukan dan pembantaian. Sepupu Raja yang kejam telah menyatakan dirinya sendiri sebagai penguasa baru. Suatu hari, Finnikin mendapat perintah untuk bertemu dengan Evanjalin, seorang perempuan muda yang menyatakan kalau Pangeran Balthazar, sang pewaris takhta Lumatere, masih hidup. Evanjalin harus pulang ke Lumatere karena dialah satu-satunya orang yang bisa membawa mereka kepada sang pewaris takhta.

Dalam perjalanan mereka menuju Lumatere, Finnikin terpesona oleh semangat dan keangkuhan perempuan itu. Lalu, mampukah mereka membebaskan Pangeran Balthazar dan orang-orang yang terperangkap di dalam kerajaan itu? Dan, mampukah Finnikin melepaskan ayahnya yang telah dijebloskan ke penjara dan mengembalikan kedamaian di negerinya?

Review :

Jujur, hal pertama dari novel ini yang menarik perhatianku adalah covernya. Ku pikir, wah, cakep ni cowok. Hhaha.. Barulah aku baca sinopsisnya, dan aku cukup tertarik. Akhirnya masuk wistlistku deh. Baru beberapa minggu kemudian keturutan beli 😛

Konyol memang. Tapi waktu pertama buka buku ini buat aku baca, aku membalik halamannya dengan  perlahan. Tiap halaman aku cermati. Di lembar pertama, kita ketemu sama foto si cowok cakep lagi, mirip dengan cover depan 😛 Baru di lembar ketiga kita menemukan sebuah puisi ─atau lirik lagu?─ yang berjudul If This Is A Man karya Primo Levi. Saat kita balik halamannya lagi, kita menemukan sebuah peta SKULDENORE secara umum dan peta LUMATERE secara khusus. Nah, disini lagi-lagi aku berhenti buat mencermatinya. Hhe.. Aku paling suka sih kalo ada novel yang disertai gambar peta, seperti seri Inheritance-Eragon ataupun The Lord Of The Rings 😀

Untuk prolog buku ini merupakan sebuah cerita singkat tentang masa kecil dari Finnikin of the Rock beserta kedua sahabatnya, Pangeran Balthazar dan Lucian of the Monts. Tentang mimpi Finnikin yang tak terlupakan, bahwa dia akan mengorbankan nyawa demi menyelamatkan istana kerajaan Lumatere.

Hingga kemudian terjadilah lima hari nestapa yang tak terperikan, ketika keluarga kerajaan terbantai, ketika sepupu raja terdahulu masuk ke kerajaan dan membakar Penghuni Hutan di rumah mereka, ketika Kapten Pasukan Keamanan Trevanion, ayah Finnikin, ditangkap atas tuduhan berkhianat dan dijebloskan ke sebuah penjara di luar kerajaan, ketika Lady Beatriss, ibu tiri Finnikin, meninggal saat melahirkan bayinya di sel bawah tanah istana, dan ketika Seranonna, seorang pemuka Penghuni Hutan, meneriakkan kutukan berdarah saat dipanggang hidup-hidup di tiang hukuman.

Sepuluh tahun kemudian, Finnikin dan pembimbingnya, Sir Topher ─yang dulu adalah Tangan Kanan Raja─ dalam perjalanan kembali ke Lumatere setelah Finnikin terus bermimpi tentang Balthazar. Namun tidak secepat dan semudah itu. Mereka pergi ke biara Sendecane yang terpencil dimana mereka menemui seorang pendeta wanita Lagrami yang dipanggil Sir Topher dengan sebutan Kiria. Pendeta ini memperkenalkan mereka kepada seorang pendeta wanita muda bernama Evanjalin yang memiliki kemampuan istimewa, yaitu masuk ke mimpi orang lain dan dalam hal ini Evanjalin masuk ke dalam mimpi sang pewaris tahta yang hilang, Pangeran Balthazar.

Sang pendeta meminta Finnikin dan pembimbingnya untuk membawa Evanjalin ke Sorel ─yang terkenal sebagai tempat yang kejam hingga Finnikin sendiri berpikir lebih baik membawa gadis ini ke neraka daripada ke Sorel─ untuk mendapatkan jawaban tentang sang pewaris tahta yang hilang. Finnikin tentu saja jengkel karena ini bukan rencana mereka untuk kembali ke Lumatere. Apalagi ia sangat meragukan ‘kemampuan’ gadis ini. Tapi ia harus menggigit lidahnya agar tidak melontarkan pendapat sarkastisnya dan membuat gurunya marah.

Berhari-hari mereka dalam perjalanan, Evanjalin terus membisu. Ia memang sudah bersumpah tidak akan bicara lagi untuk menghukum diri karena ia telah melanggar sebuah sumpah sebelumnya. Kini mereka tiba di Sarnak dan menuju Charyn.

Di Sarnak, Evanjalin di rampok. Saat ia dan Finnikin hampir terhimpit, Evanjalin memperlihatkan aksinya, bertarung menggunakan pedang. Melihat pertarungan Evanjalin, Finnikin pun semakin yakin bahwa gadis ini bukan gadis biarawati biasa yang sedang menjalankan sumpah untuk membisu. Karena Evanjalin kehilangan sebuah cincin yang tampaknya sangat berharga, ia pun mencari-cari si pencuri dan berhasil menemukannya. Disini aku cukup geli dengan Finnikin karena ia sungguh-sungguh berusaha menahan amarah dan rasa jengkelnya terhadap Evanjalin. Selain itu, terkadang Finnikin dan Sir Topher juga melontarkan lelucon sarkastis yang bikin aku mendengus geli. Hhihi..

Karena sikap si pencuri yang menyebalkan dan kemungkinan besar akan menjual informasi tentang Finnikin pada siapapun yang membayarnya dengan mahal, maka Finnikin dan Sir Topher terpaksa membawa pemuda pembangkang itu bersama mereka hingga ke Sorel, dan tentu saja, akhirnya pemuda ini pun mulai terlihat ketakutan setelah tahu dirinya akan dibawa pergi ke Sorel.

Kemudian mereka tiba di Charyn. Mereka menyusuri salah satu sungai di Charyn dan empat hari kemudian mereka menemukan kemah-kemah pengungsi Lumatere. Mereka di sambut hangat oleh para pengungsi. Tampaknya kehidupan lima puluh pengungsi di kemah ini selama sepuluh tahun belakangan mulai berkembang. Kini mereka hidup berkecukupan. Di perkemahan ini, Finnikin pun menjadi seorang pencerita yang menceritakan kembali kisah cinta Kapten Trevanion dan Lady Beatriss yang terkenal. Banyak warga yang suka dengan kisah ini. Bagi mereka yang sudah tua, kisah ini merupakan campuran antara kenangan indah dan kesedihan karena ingat bahwa mereka telah kehilangan dunia yang dulu mereka miliki.

Perjalanan pun berlanjut. Namun Finnikin dan Evanjalin sempat memisahkan diri dari Sir Topher dan tahanan mereka. Finnikin dan Evanjalin harus mengunjungi seorang pejabat Lumatere yang sekarang bekerja pada Raja Belegonia, di Belegonia. Pejabat itu bernama Lord August. Yang membuat Finnikin marah, disini Evanjalin akhirnya membuka mulut dan berbicara dengan bahasa Lumatere dan Belegonia sama lancarnya dengan dirinya. Evanjalin berkata bahwa Raja gadungan yang sekarang memimpin Lumatere hanya batu loncatan bagi kerajaan Charyn yang licik untuk merebut Belegonia.

Setelah berkumpul lagi dengan Sir Topher, Finnikin menumpahkan kekesalannya. Namun sejak itu, entah kenapa ia merindukan suara Evanjalin, terutama saat ia berbicara dengan bahasa Lumatere yang ia rindukan.

Mereka melanjutkan perjalanan dan akhirnya tiba di Sorel yang suram.Di perkemahan, mereka di datangi oleh lima prajurit dan mereka menanyakan “mana penghianat yang mengaku-ngaku sebagai pangeran Lumatere yang telah mati?” dan yang paling membuat Finnikin bingung dan merasakan darahnya berhenti mengalir adalah saat biarawati itu mengangkat tangan dan mengarahkan telunjuknya pada Finnikin. Ya ampun.. Penghianat..

Lalu cerita beralih ke sebuah penjara di bawah pertambangan Sorel. Seorang lelaki kekar dan bisa jadi buas saat ada yang memancing amarahnya, namun tidak pernah membuka mulut untuk berbicara, menjadi sorotan utama. Datang para sipir yang membawa seorang tahanan baru yang masih muda. Penjara ini memiliki tradisi pertarungan antar-tahanan untuk memperebutkan tahanan baru dimana pemenangnya bisa memperbudak pendatang baru ini.

Malam itu, si lelaki yang ternyata adalah Kapten Trevanion ini mendapat kunjungan dari Evanjalin. Evanjalin memberi instruksi-instruksi kepada Kapten untuk melarikan diri dari tambang, dan kemana lelaki itu harus pergi. Kemudian saat Evanjalin mengatakan bahwa tahanan baru itu adalah putra dari sang Kapten, Kapten pun langsung marah. Mau nggak mau ia harus ikut pertarungan itu untuk menyelamatkan putranya.

Hampir dua minggu Finnikin dan ayahnya mempersiapkan pelarian mereka, dan waktu yang sama bagi Evanjalin dan Sir Topher yang menunggu mereka di sebuah pondok, tempat mereka akan berkumpul. Wah, pelarian yang berbahaya. Tapi yang terpenting, aku suka dengan bagaimana hubungan ayah-anak ini digambarkan. Sang ayah yang terlalu berusaha melindungi anaknya dan anaknya yang kesal karena diperlakukan seperti anak kecil. Hhehe.. Manis 🙂

Akhirnya mereka berhasil bertemu lagi. Bahkan kini Evanjalin kembali mendapatkan cincinnya yang hilang dan si pencuri ─yang kemudian diketahui bernama Froi─ kembali setelah sebelumnya sempat menjual si pencuri pada pedagang budak. Kemudian, Evanjalin membawa mereka pada sebuah kelompok pengungsi yang kondisinya sangat mengenaskan. Melihat Sir Topher ─sang Tangan Kanan Raja─ dan Kapten Trevanion ─sang Kapten Pasukan Keamanan─ menimbulkan secercah harapan dalam mata para pengungsi. Heuu.. Kasian kondisi mereka 😦

Rombongan kecil ini juga menemui seorang Pendeta Kerajaan Lumatere yang masih hidup dan mengabdi dengan merawat para pengungsi yang sakit di satu tempat dan tempat lainnya. Disini, tiga petinggi kerajaan ini berkumpul dan melakukan diskusi. Sayangnya Trevanion masih saja tidak mempercayai Evanjalin, bahkan ingin mengingkari keberadaan gadis itu. Namun apa yang kemudian di lakukan Evanjalin membuat lelaki itu mengambil keputusan sebaliknya. Dan ini jelas membuat Evanjalin sangat bahagia, bahkan hampir ia memeluk Trevanion karena saking senangnya.

Empat hari kemudian mereka memulai perjalanan. Rombongan para pengungsi dan Pendeta pergi ke Belegonia di Barat sedangkan rombongan Finnikin pergi ke Selatan untuk mencari anak buah Trevanion yang kabarnya bermukim di Yutlind. Karena cuaca buruk, mereka berkemah di dalam sebuah gua. Disinilah Evanjalin mendapatkan mimpi-mimpi itu lagi dan kali ini ia menceritakan informasi terbarunya pada rombongan, bahwa ternyata gadis-gadis Lumatere yang terjebak di dalam benteng tidak mati karena suatu sebab, tapi mereka berpura-pura mati karena sebab yang lain. Dan Trevarion membenci hal ini karena ia tidak tahu apa yang menyebabkan para ayah dan ibu itu berpura-pura bahwa putri mereka telah mati. Selain itu, Evanjalin juga mengungkapkan bahwa ternyata Lady Beatriss masih hidup dan tampaknya telah melahirkan satu anak lagi.

Seperti yang sudah kita duga, rombongan ini akan menemukan pasukan Trevarion walaupun butuh pengorbanan dan hampir saja nyawa Finnikin melayang. Nah, kalo yang ini nggak mungkin. Masa Finnikin mati?? Langsung tamat ditempat lah kalo gituu.. hhaha..

Yah, pokoknya, nanti satu persatu rahasia mulai terungkap. Hubungan Finnikin dan Evanjalin semakin meningkat. Finnikin menemukan sahabatnya tercinta. Dan yang terpenting, warga Lumatere akhirnya kembali ke tanah mereka, walaupun dengan sebuah peperangan perebutan wilayah yang digambarkan oleh Melina Marchetta dengan cukup simple namun jelas.

Well, Finnikin of the Rock, sebuah cerita yang bagus dan layak untuk diikuti. Walaupun kalau kita tidak fokus, kita kadang akan kebingungan dengan pola ceritanya, namun terlepas dari itu semua, kita disuguhi dengan sebuah cerita yang kompleks dan mantap. Beberapa typo memang terjadi, namun tidak sampai menganggu kok. Seru.. Dan aku menantikan buku keduanya, Froi of the Exiles.

Ratingku buat novel ini : 7,8

 
Leave a comment

Posted by on September 26, 2011 in High Fantasy

 

Vampire Academy 2 – Frostbite


  • Pengarang               :    Richelle Mead
  • Genre                      :    Fantasy
  • Tebal                       :    380 hlm ; 20 cm
  • Penerbit                   :    Matahati
  • Harga                      :    64.500 IDR
  • Pertama terbit          :    2008
  • Cetakan                   :    Juli 2010
  • Tanggal Beli             :    21 Agustus 2011

Rose Hathaway berada pada tahun terakhirnya di St. Vladimir. Enam bulan lagi dia akan menjadi pengawal penuh dan bertugas melindungi sahabatnyam Lissa, seorang bangsawan Moroi.

Kemudian, serangan besar-besaran Strigoi terhadap sebuah keluarga Moroi menyebabkan Akademi St. Vladimir bersiaga. Para pengawal dikerahkan untuk melindungi sekolah ─termasuk ibu Rose yang berwatak keras, Janine Hathaway. Tetapi pihak sekolah tidak mau mengambil risiko. Mereka memutuskan membawa para murid pergi liburan ski.

Namun, tempat liburan musim dingin yang megah di Idaho itu ternyata tidak sepenuhnya aman. Ketika tiga temannya melarikan diri untuk melawan Strigoi yang mematikan, Rose terpaksa bekerja sama dengan Christian untuk menyelamatkan mereka. Hanya kali ini Rose berada dalam bahaya yang lebih besar daripada yang pernah dibayangkan…

Review :

Cerita buku kedua kali ini dibuka oleh prolog yang merangkum segala informasi dan kejadian yang dipaparkan buku pertamanya, Vampire Academy. Karena cukup lengkap informasi yang disuguhkan, sampai-sampai aku merasa tidak perlu membaca buku pertamanya pun kalian pasti akan mengerti dan tidak bingung saat membaca buku kedua. Tapi bukan berarti aku setuju lho yaa.. Aku tetap menyarankan kalian untuk membaca Vampir Academy karena buku ini memang BAGUS!

Rose Hathaway memang berada pada tahun terakhirnya di St. Vladimir, dan ia harus menjalani sebuah tes yang seharusnya sudah ia jalani sejak setahun yang lalu, namun karena saat itu Rose kabur dari sekolah, terpaksa baru sekarang ia ujian. Pengujinya adalah seorang legenda di dunia pengawal, Arthur Schoenberg. Dia pembantai Strigoi terhebat sepanjang sejarah pengawal dan pernah menjabat sebagai ketua Dewan Pengawal. Dia sudah pensiun dan kini kembali bertugas melindungi salah satu keluarga bangsawan, keluarga Badica.

Butuh perjalanan lima jam untuk mencapai kediaman Badica. Namun sayangnya, setiba mereka disana mereka malah menemukan keluarga, para pengawal, dan para tamu keluarga Badica mati terbantai. Seluruh rumah berisi banyak mayat. Sebuah pukulan yang hebat bagi sejarah vampir. Pasalnya, rumah itu telah dilapisi sihir pertahanan yang hebat, belum lagi dengan pengawal-pengawal yang tangguh, termasuk Arthur. Rose syok melihat mayat sang panutan tergeletak tak bernyawa di depan matanya. Ditambah dengan pesan berisi peringatan bagi para Moroi yang Strigoi tinggalkan di atas permukaan sebuah cermin. Jelas menimbulkan kegemparan diantara kaum Moroi dan dhampir.

Ternyata di kelas teori pengawal Rose kedatangan tamu kehormatan, tiga orang pengawal hebat  yang akan menceritakan pengalaman mereka selama masa tugas, dan salah satunya adalah ibu Rose, Janine Hathaway. Well, disini sangat digambarkan bagaimana tegangnya hubungan ibu-anak ini. Keduanya sama-sama keras kepala dan tangguh, hingga timbul perdebatan sengit diantara keduanya. Ditambah dengan lebam besar di mata kiri Rose akibat pukulan sang ibu. Rose benar-benar membenci ibunya.

Untuk liburan Natal, Rose berlibur dengan Lissa, Christian, bibi Christian yang bernama Tasha Ozera, dan Mason, sahabat dan cowok yang tergila-gila pada Rose. Setelah peristiwa ciuman panas antara Rose dan Dimitri hingga cowok itu semakin menahan diri dan menjaga jarak dengan Rose, akhirnya Rose memutuskan untuk membuka hati pada cowok lain. Dan Mason lah cowok itu.

Lalu ada kabar yang seolah menonjok perutnya dan merengut jantungnya. Bahwa Dimitri diminta untuk menjadi pengawal Tasha. Dan karena Tasha tertarik pada Dimitri dan ingin punya anak-anak dhampir, ada kemungkinan ia bisa jadian dengan Dimitri, dan punya anak darinya. Umm, tidak heran kalau melihat keakraban Tasha dan Dimitri beberapa hari ini karena mereka ─memang─ teman lama. Weeeeell, weeell, kasihan Rose. Semakin terpuruk aja perasaannya.

Tapi paling nggak liburan Rose tidak membuatnya begitu sengsara karena terlalu mewah dan luasnya resort ski itu memberikan kemungkinan kecil padanya untuk bertemu dengan Dimitri dan Tasha. Bahkan bisa dibilang Rose dan Lissa melakukan kencan ganda, Lissa bersama Christian sementara Rose dengan Mason. Saking gila pada tantangan, Rose dan Mason bertanding ski di medan yang cukup berbahaya. Rose berhasil melewatinya, tentu saja. Tapi Mason harus gagal di saat-saat akhir dan membuat kakinya jadi terkilir. Alamak..

Sekembalinya Rose dari gudang setelah meletakkan alat-alat ski mereka, ia berjumpa dengan seorang cowok Moroi yang menggodanya. Adrian Ivashkov, salah satu lelaki dari keluarga bangsawan yang paling kaya dan berkuasa. Mereka terkenal dengan sifat mereka yang arogan, tidak terkecuali sikap yang ditunjukkan Adrian ini. Terang-terangan Adrian menggoda Rose dan, sungguh, menurutku cara cowok ini menggoda Rose sangat… keren 😀 Biar sikapnya menjengkelkan Rose, cewek itu tetap merasa penasaran dengan sosok Adrian. Umm, kurasa kebelakangnya karakter Adrian ini bakal cukup berperan nih 😉

Lalu kabar serangan Strigoi kembali terdengar. Walaupun serangan yang menewaskan satu keluarga  bangsawan Drozdov beserta para karyawan dan pengawal mereka ini terjadi di negara bagian lain, nyatanya cukup membuat kegemparan di resort. Mereka mengadakan rapat besar-besaran. Tapi tetap saja hasilnya tidak membawa pencerahan karena nyatanya, para Moroi tetap saja berpendapat lebih baik ‘bersembunyi’ di belakang para dhampir yang bertarung.

Kemudian Rose mendapat kabar tentang sarang Strigoi di Spokane. Sialnya, Mason, Eddie Castile dan Mia Rinaldi kabur dari Resort dengan tujuan ingin membantai Strigoi di Spokane. Bodoh memang. Dan Rose jadi panik. Pasalnya, kalau bukan karena ia yang bercerita tentang penemuan para pengawal tentang Spokane, teman-temannya tidak akan berambisi untuk membunuh Strigoi saat ini juga. Apalagi Mia yang paling besar ambisinya karena ibunya merupakan salah satu korban Strigoi bersama keluarga majikannya, keluarga Drozdov.

Segera dia menemui Christian dan meminta bantuannya. Ia tidak melaporkan hal ini karena menganggap kawan-kawannya itu pasti akan mendapat masalah di sekolah kalau sampai ketahuan. Bertekad akan menemukan ketiga temannya sebelum mereka bertemu dengan Strigoi, Rose dan Christian kabur dari Resort.

Mereka memang menemukan Mason, Eddie dan Mia dalam keadaan baik-baik saja. Tetapi suasana berubah mencekamkan saat kelima anak ini dalam perjalanan kembali ke terminal bus. Mereka diculik. Oleh manusia. Bawahan Strigor. Dan dikurung di ruang bawah tanah sebuah rumah yang jauh dari keramaian. Si pemimpin Strigor tidak membunuh mereka, tapi berusaha membuat Mia dan Christian yang kaum Moroi membunuh rekan-rekannya yang hanya dhampir. Para Strigor membuat Mia dan Christian sangat kelaparan dan kehausan yang jelas-jelas dapat menghilangkan akal sehat mereka. Kali ini Rose benar-benar tersudut. Bahkan ia harus menyaksikan kematian temannya di depan hidungnya sendiri. Rose menganggap ini semua salahnya.

Oh well, aku suka novel kedua Vampire Academy ini. BAGUS! Nuansa percintaannya jauh lebih banyak, alias lebih mendominasi. Kehadian Adrian pun memberikan warna tersendiri. Apalagi ternyata cowok berusia dua puluh satu tahun ini memiliki kemampuan yang istimewa. Sama seperti Lissa, Adrian juga seorang pengendali Roh. Ia bisa masuk dan berbicara dengan Rose lewat mimpinya. Dan yang jelas, ia cukup tertarik pada Rose 😉 Aah, mau baca buku ketiganyaaa..! Kapan aku bisa beli SHADOW KISS ya?? Hhe..

Ratingku buat novel ini : 8,4

 
2 Comments

Posted by on September 19, 2011 in Dark Fantasy

 

Tags: