- Pengarang : Helen Dunmore
- Genre : Fantasy, Adventure
- Tebal : 376 hlm ; 20 cm
- Penerbit : Gramedia
- Harga : 43.000 IDR
- Pertama terbit : 2008
- Cetakan : Agustus 2010
- Tanggal Beli : 18 September 2010
Dalam buku terakhir dari tetralogi Ingo ini, Sapphire, Conor, serta teman-teman Mer mereka—-Faro dan Elvira—-telah siap melakukan Penyeberangan Ingo yang akan membantu mendamaikan dunia Manusia dan Mer. Penyeberangan ini akan menjadi perjalanan panjang dan berbahaya, dan belum pernah ada manusia yang mencobanya. Sementara itu, Ervys beserta para pengikutnya berniat menghalangi Sapphire dan Conor dengan segala cara ─hidup ataupun mati.
Review :
Akhirnya, tibalah kita di penghujung cerita, petualangan terakhir Sapphire dan Conor yang seru dan berbahaya. Cerita dibuka oleh Ervys yang sedang mengunjungi Saldowr di Hutan Aleph, diluar goa tempat tinggal Saldowr. Ya ampun.. Makin jahat aja ni tokoh Ervys. Kini dia berhasil menghimpun masa banyak yang dengan iming-iming muluk akhirnya mau menjadi pengikutnya. Kaum Ingo terpecah. Ervys juga makin sering merendahkan Saldowr. Namun Saldowr dengan wibawanya tetap menanggapi pancingan Ervys tanpa amarah sedikitpun. Yang jengkel setengah mati malah Faro yang saat itu bersembunyi di balik karang dekat goa Saldowr. Seharusnya saat itu Faro sedang jauh dari Hutan Aleph atas perintah Saldowr, namun Faro melanggar perintah. Mendengar percakapan Ervys dan Saldowr, Faro jadi semakin geram pada keduanya. Geram karena Ervys yang semakin kebangetan dan geram karena Saldowr hanya diam saja tanpa perlawanan.
Akhirnya, terompet kerang tanda bahwa saatnya perkumpulan Penyeberangan Ingo pun ditiup. Tapi kali ini bukan hanya Saldowr yang meniup, melainkan juga Ervys. Ckck.. Nah, Penyeberangan Ingo ini sendiri adalah sebuah tradisi yang diadakan setiap lima tahun sekali, yaitu saat dimana para remaja Mer diseluruh Ingo melakukan sebuah perjalanan hingga ke ujung dunia. Selain sebagai tantangan sebuah petualangan, Penyeberangan Ingo juga semacam tanda transisi dari kehidupan anak-anak menjadi dewasa, mulai menjadi seorang Mer yang mandiri dan tangguh. Gitu.. Tapi, nggak semua remaja Mer bisa ikut dalam Penyeberangan Ingo ini. Hanya remaja-remaja terpilih saja yang bisa ikut. Jadi, setelah Panggilan itu, para remaja akan berkumpul ke balairung Rapat Besar untuk mejawab Panggilan. Termasuk Faro, Sapphy, dan Connor. Darah campuran Mer mereka tidak menghalangi mereka untuk mengikuti Penyeberangan ini namun Ervys lah yang menghalangi mereka.
Disisi lain kehidupan, hampir sebulan sejak ibunya dan Roger berangkat ke Australia. Kini Sapphy dan Conor lah yang harus mengurus segala kepentingan rumah, bahkan memasak dan bersih-bersih. Pagi itu, hari Sabtu di bulan Oktober yang cerah, Sapphy keluar untuk membawa Sadie jalan-jalan. Lagi-lagi sebuah camar menyambarnya. Rupanya sejak ibunya dan Roger pergi ke Australia, semakin banyak burung camar yang bertengger di atas genteng rumahnya. Ternyata ada sebuah sarang yang dibuat oleh camar-camar itu, Conor pun membersihkannya. Menurut Sapphy, camar-camar itu pasti mata-mata Ervys dan mengamati segala tindak tanduk Sapphy dan Conor, tapi Conor tidak beranggapan sejauh itu hingga akhirnya ia menemukan apa yang tersimpan di dalam sangkar camar-camar itu. Terdapat banyak telur ikan sebesar kuku didalamnya. Conor bahkan merasa ngeri. Apa tujuan para camar ini? Belum lagi camar-camar ini menyerang Sadie hingga anjing itu harus mendapatkan jahitan yang besar. Kini mereka berdua berkeyakinan bahwa Ervys lah dalang dibalik semua ini. Yah, memang di buku ini kita bakalan dihadapkan dengan sifat tamak dan sok berkuasa Ervys sih. Bener-bener nyebelin..
Disaat Sapphy bingung menetapkan keputusan akan menjawab panggilan Penyeberangan Ingo atau tidak, akhirnya muncul jalan keluar. Yah, gimana nggak bingung. Pasalnya, walaupun Sapphy dan Conor tetap tinggal di Senara sedangkan Ibunya ke Australia, setiap hari Ibunya ngecek keadaan kedua anaknya dengan menghubungi mereka. Kalau Sapphy dan Conor memutuskan untuk ikut Penyeberangan, otomatis mereka akan pergi dalam waktu yang lama dan Ibunya akan panik saat tidak ada anaknya yang menjawab telepon. Belum lagi dengan warga desa yang menjadi mata Ibunya, dan sekolah yang jelas-jelas tidak bisa ditinggalkan. Ditambah lagi dengan Sapphy yang tidak mungkin meninggalkan Sadie sendiri. Karena memikirkan masalah ini, sampai-sampai Sapphy bingung dan sedih. Tapi untungnya Granny Carne datang dan bersedia merawat Sadie. Ia memberikan sebuah alternatif yang sangat mungkin menjadi jawaban atas segala perdebatan batin mereka, ditambah dengan sebuah kebetulan yang membuat Ibunya tidak perlu menghubungi kedua anaknya untuk sementara waktu. Jadi intinya nih, Sapphy dan Conor pun akhirnya bisa ikut Penyeberangan Ingo 😀 Ya, iyalah.. kalo nggak ada pemecahan masalahnya nggak bakal ada cerita ini dong.. hhe..
Sebelum berangkat, Sapphy menyempatkan diri untuk membuka sebuah peta tua warisan keluarga Trewhella. Peta itu selama ini disimpan oleh ayahnya dan dulu saat kecil Sapphy sering mengamati peta ini bersama sang ayah. Saat membukanya Sapphy menemuka sebuah kertas yang terselip dan berisi coretan tangan ayahnya, isinya berupa beberapa deret dan baris angka dan Sapphy tidak bisa mengartikan angka-angka itu. Tapi hei, waktu aku lihat angka-angka itu, entah kenapa aku langsung merasa kalau angka-angka itu menunjukkan waktu lhoo. Hhehe.. Asik juga nih kalau ada teka-tekinya kayak gini 😀 Belum lagi ternyata Sapphy menemukan sebuah kata bertuliskan Ingo yang sebelumnya Sapphy yakin belum pernah melihatnya. Di peta tua itu Sapphy juga menemukan gambar baru dengan bentuk seorang wanita Mer. Akhirnya Sapphy hanya bisa menebak arti dari deret angka, tulisan, dan gambar tambahan yang dibuat ayahnya itu.. Tapi teman-teman, sesungguhnya ini hanya semacam intermezo sih, toh nggak akan terungkit lagi hingga akhir cerita kok 😉
Lalu segalanya menjadi lebih sulit dan berbahaya bagi Sapphy dan Conor. Dari saat mereka masih di teluk untuk memenuhi Panggilan, hingga mereka di balairung Rapat Besar dan selama perjalanan awal mereka untuk memulai Penyeberangan. Ervy bertindak sangat berlebihan untuk mencegah Sapphy dan Conor melakukan Penyeberangan. Bahkan kini pengikut Ervys semakin banyak. Haduh, kacau lah.. Akhirnya, untuk menyambut tantangan Ervys dan membuktikan bahwa mereka ─Sapphy, Conor, Faro, dan Elvira─ mampu, mereka memutuskan untuk mengambil jalur Utara yang terkenal berbahaya dan sejauh yang mereka tahu belum pernah ada yang melaluinya, walaupun Sapphy yakin pasti dahulu kala pernah ada yang mencoba melaluinya. Well¸ini memang melenceng dari tradisi dimana untuk melakukan Penyeberangan Ingo biasanya kaum Mer melalui jalur Selatan. Akhirnya rombongan kecil ini memutuskan untuk menuju Utara dengan bantuan teman lumba-lumba mereka.
Setelah perjalanan beberapa hari, barulah mereka bisa lebih tenang dan santai karena merasa terbebas dari ancaman Ervys. Lalu ternyata mereka mendengar sebuah panggilan yang ditujukan pada Sapphy. Yap, ternyata ayah Sapphy dan Conor ─yang berubah menjadi Mer─ menyusul mereka. Dia bermaksud menghentikan kedua saudara ini dan membawa pulang mereka. Tapi tentu saja tekad mereka tidak bisa dihentikan sang ayah. Dan, ya ampun, situasi pertemuan keluarga ini sangat canggung, apalagi kalau mengingat ayahnya meninggalkan Sapphy, Conor dan Ibunya demi seorang wanita Mer dan punya anak Mer dengannya, yah, adik tiri Sapphy lah istilahnya. Tapi kan tetep aja bikin canggung. Aku jadi ngebayanginya tu kehidupan kita, kehidupan manusia, dimana seorang suami selingkuh dan punya anak dengan selingkuhannya. Astagaa.. Kasihannya keluarga yang ditinggalkannya.. Huft.
Yah, pokoknya yang jelas mereka pun tetap melanjutkan perjalanan. Dan di perjalanan inilah akhirnya Sapphy mengetahui seluk beluk kehidupan Faro yang selama ini tidak pernah ia ketahui. Saat itu Faro dan Conor berenang didepan untuk mendiskusikan rute mereka, sementara Elvira dan Sapphy mengikuti dibelakang. Elvira lah yang bercerita. Rupanya Elvira dan Faro kembar! Hhe.. dan ternyata Ibu mereka sudah meninggal saat mereka berusia tujuh tahun sementara mereka tidak punya ayah, jadi Saldowr lah yang menjadi wali mereka. 🙂
Kini perjalanan Sapphy, Conor, Faro dan Elvira semakin menarik dan serem. Mereka memasuki dan mengikuti jalur arus yang cukup kuat. Sayangnya arus itu membuat mereka terpisah, Sapphy dan Faro sedangkan Conor dan Elvira. Padahal hari mulai malam dan malam di Utara jauh lebih lama daripada siang hari. Sapphy dan Faro takut dan cemas. Beberapa hari mereka menunggu dan bertemu makhluk-makhluk kelaparan yang ingin memangsa mereka. Akhirnya kesabaran mereka berbuah hasil. Conor dan Elvira muncul! Mereka pun berkumpul kembali dan melanjutkan perjalanan dengan pelan karena Conor dan Elvira tampak sangat kelelahan. Tapi entah kenapa Sapphy merasakan suasana yang berbeda. Terjadi sesuatu antara Conor dan Elvira. Saat Sapphy berdua saja dengan Conor, ia menyuarakan kebingungannya. Conor pun bercerita perihal perubahan sifat dan sikap Elvira.
Setelah itu perjalananpun berlanjut dengan segala petualangan mereka. Kini mereka sudah mulai melaju ke arah Selatan setelah beberapa saat ‘menunggangi’ arus kuat ke arah Utara yang kemudian berputar balik ke arah Selatan. Sepanjang perjalanan ke arah Selatan, juga terjadi beberapa hal yang menarik walaupun kini laju cerita menurutku terjadi lebih cepat. Mereka kemudian mencapai ujung Selatan, yaitu Benua Australia sebelum mereka kemudian kembali lagi mengarah ke Utara, ke arah rumah. Saat mereka hampir mencapai tujuan akhir mereka, yaitu ‘kampung halaman mereka’, muncul sebuah halangan yang harusnya tidak mereka lupakan, Ervys. Lagi-lagi dia dan para pengikutnya menghalangi Sapphy dan rombongannya untuk menyelesaikan misi Penyeberangan Ingo. Pertempuran pun terjadi dan Sapphy harus kehilangan sosok yang sangat ia sayangi dan cintai. Ayahnya. Hhu.. Beliau berkorban demi anak-anaknya. Memang sudah sewajarnya. Tapi kini adik tiri Sapphy yang harus menangguh akibat tidak akan pernah mengenal ayahnya. 😦
Well, secara keseluruhan perjalanan Sapphy dan kawan-kawan ini sangat menarik dan selalu terselip pesan-pesan pengingat buat kita ─manusia─ yang sedikit banyak telah menimbulkan teror pada kehidupan laut. Digambarkan bagaimana makhluk-makhluk laut menderita, takut, dan membenci manusia. Mereka menderita akibat seringnya perlakuan semena-mena manusia pada mereka, takut karena segala teror yang ditimbulkan manusia, dan membenci karena manusia meninggalkan begitu banyak kepedihan hati bagi mereka. Aku baca buku ini dan, ya ampun, kasihannya mereka 😦 Entah kenapa nyatanya kehidupan laut begitu tergambarkan melalui novel ini. Namun jujur, selesai baca buku ini sayangnya aku tidak merasa ‘wah’. Aku tidak merasakan sebuah kesan akhir yang mendalam seperti halnya beberapa novel lain yang suda aku baca sebelumnya, yang sanggup menimbulkan perasaan enggan untuk mengakhiri cerita dan menutup buku. Aku tidak mendapatkannya di buku ini :-]