RSS

Category Archives: Mermaids

Ingo 4 – The Crossing of Ingo


  • Pengarang               :    Helen Dunmore
  • Genre                      :    Fantasy, Adventure
  • Tebal                       :    376 hlm ; 20 cm
  • Penerbit                   :    Gramedia
  • Harga                      :    43.000 IDR
  • Pertama terbit          :    2008
  • Cetakan                   :    Agustus 2010
  • Tanggal Beli             :    18 September 2010

Dalam buku terakhir dari tetralogi Ingo ini, Sapphire, Conor, serta teman-teman Mer mereka—-Faro dan Elvira—-telah siap melakukan Penyeberangan Ingo yang akan membantu mendamaikan dunia Manusia dan Mer. Penyeberangan ini akan menjadi perjalanan panjang dan berbahaya, dan belum pernah ada manusia yang mencobanya. Sementara itu, Ervys beserta para pengikutnya berniat menghalangi Sapphire dan Conor dengan segala cara ─hidup ataupun mati.

Review :

Akhirnya, tibalah kita di penghujung cerita, petualangan terakhir Sapphire dan Conor yang seru dan berbahaya. Cerita dibuka oleh Ervys yang sedang mengunjungi Saldowr di Hutan Aleph, diluar goa tempat tinggal Saldowr. Ya ampun.. Makin jahat aja ni tokoh Ervys. Kini dia berhasil menghimpun masa banyak yang dengan iming-iming muluk akhirnya mau menjadi pengikutnya. Kaum Ingo terpecah. Ervys juga makin sering merendahkan Saldowr. Namun Saldowr dengan wibawanya tetap menanggapi pancingan Ervys tanpa amarah sedikitpun. Yang jengkel setengah mati malah Faro yang saat itu bersembunyi di balik karang dekat goa Saldowr. Seharusnya saat itu Faro sedang jauh dari Hutan Aleph atas perintah Saldowr, namun Faro melanggar perintah. Mendengar percakapan Ervys dan Saldowr, Faro jadi semakin geram pada keduanya. Geram karena Ervys yang semakin kebangetan dan geram karena Saldowr hanya diam saja tanpa perlawanan.

Akhirnya, terompet kerang tanda bahwa saatnya perkumpulan Penyeberangan Ingo pun ditiup. Tapi kali ini bukan hanya Saldowr yang meniup, melainkan juga Ervys. Ckck.. Nah, Penyeberangan Ingo ini sendiri  adalah sebuah tradisi yang diadakan setiap lima tahun sekali, yaitu saat dimana para remaja Mer diseluruh Ingo melakukan sebuah perjalanan hingga ke ujung dunia. Selain sebagai tantangan sebuah petualangan, Penyeberangan Ingo juga semacam tanda transisi dari kehidupan anak-anak menjadi dewasa, mulai menjadi seorang Mer yang mandiri dan tangguh. Gitu.. Tapi, nggak semua remaja Mer bisa ikut dalam Penyeberangan Ingo ini. Hanya remaja-remaja terpilih saja yang bisa ikut. Jadi, setelah Panggilan itu, para remaja akan berkumpul ke balairung Rapat Besar untuk mejawab Panggilan. Termasuk Faro, Sapphy, dan Connor. Darah campuran Mer mereka tidak menghalangi mereka untuk mengikuti Penyeberangan ini namun Ervys lah yang menghalangi mereka.

Disisi lain kehidupan, hampir sebulan sejak ibunya dan Roger berangkat ke Australia. Kini Sapphy dan Conor lah yang harus mengurus segala kepentingan rumah, bahkan memasak dan bersih-bersih. Pagi itu, hari Sabtu di bulan Oktober yang cerah, Sapphy keluar untuk membawa Sadie jalan-jalan. Lagi-lagi sebuah camar menyambarnya. Rupanya sejak ibunya dan Roger pergi ke Australia, semakin banyak burung camar yang bertengger di atas genteng rumahnya. Ternyata ada sebuah sarang yang dibuat oleh camar-camar itu, Conor pun membersihkannya. Menurut Sapphy, camar-camar itu pasti mata-mata Ervys dan mengamati segala tindak tanduk Sapphy dan Conor, tapi Conor tidak beranggapan sejauh itu hingga akhirnya ia menemukan apa yang tersimpan di dalam sangkar camar-camar itu. Terdapat banyak telur ikan sebesar kuku didalamnya. Conor bahkan merasa ngeri. Apa tujuan para camar ini? Belum lagi camar-camar ini menyerang Sadie hingga anjing itu harus mendapatkan jahitan yang besar. Kini mereka berdua berkeyakinan bahwa Ervys lah dalang dibalik semua ini. Yah, memang di buku ini kita bakalan dihadapkan dengan sifat tamak dan sok berkuasa Ervys sih. Bener-bener nyebelin..

Disaat Sapphy bingung menetapkan keputusan akan menjawab panggilan Penyeberangan Ingo atau tidak, akhirnya muncul jalan keluar. Yah, gimana nggak bingung. Pasalnya, walaupun Sapphy dan Conor tetap tinggal di Senara sedangkan Ibunya ke Australia, setiap hari Ibunya ngecek keadaan kedua anaknya dengan menghubungi mereka. Kalau Sapphy dan Conor memutuskan untuk ikut Penyeberangan, otomatis mereka akan pergi dalam waktu yang lama dan Ibunya akan panik saat tidak ada anaknya yang menjawab telepon. Belum lagi dengan warga desa yang menjadi mata Ibunya, dan sekolah yang jelas-jelas tidak bisa ditinggalkan. Ditambah lagi dengan Sapphy yang tidak mungkin meninggalkan Sadie sendiri. Karena memikirkan masalah ini, sampai-sampai Sapphy bingung dan sedih. Tapi untungnya Granny Carne datang dan bersedia merawat Sadie. Ia memberikan sebuah alternatif yang sangat mungkin menjadi jawaban atas segala perdebatan batin mereka, ditambah dengan sebuah kebetulan yang membuat Ibunya tidak perlu menghubungi kedua anaknya untuk sementara waktu. Jadi intinya nih, Sapphy dan Conor pun akhirnya bisa ikut Penyeberangan Ingo 😀 Ya, iyalah.. kalo nggak ada pemecahan masalahnya nggak bakal ada cerita ini dong.. hhe..

Sebelum berangkat, Sapphy menyempatkan diri untuk membuka sebuah peta tua warisan keluarga Trewhella. Peta itu selama ini disimpan oleh ayahnya dan dulu saat kecil Sapphy sering mengamati peta ini bersama sang ayah. Saat membukanya Sapphy menemuka sebuah kertas yang terselip dan berisi coretan tangan ayahnya, isinya berupa beberapa deret dan baris angka dan Sapphy tidak bisa mengartikan angka-angka itu. Tapi hei, waktu aku lihat angka-angka itu, entah kenapa aku langsung merasa kalau angka-angka itu menunjukkan waktu lhoo. Hhehe.. Asik juga nih kalau ada teka-tekinya kayak gini 😀 Belum lagi ternyata Sapphy menemukan sebuah kata bertuliskan Ingo yang sebelumnya Sapphy yakin belum pernah melihatnya. Di peta tua itu Sapphy juga menemukan gambar baru dengan bentuk seorang wanita Mer. Akhirnya Sapphy hanya bisa menebak arti dari deret angka, tulisan, dan gambar tambahan yang dibuat ayahnya itu.. Tapi teman-teman, sesungguhnya ini hanya semacam intermezo sih, toh nggak akan terungkit lagi hingga akhir cerita kok 😉

Lalu segalanya menjadi lebih sulit dan berbahaya bagi Sapphy dan Conor. Dari saat mereka masih di teluk untuk memenuhi Panggilan, hingga mereka di balairung Rapat Besar dan selama perjalanan awal mereka untuk memulai Penyeberangan. Ervy bertindak sangat berlebihan untuk mencegah Sapphy dan Conor melakukan Penyeberangan. Bahkan kini pengikut Ervys semakin banyak. Haduh, kacau lah.. Akhirnya, untuk menyambut tantangan Ervys dan membuktikan bahwa mereka ─Sapphy, Conor, Faro, dan Elvira─ mampu, mereka memutuskan untuk mengambil jalur Utara yang terkenal berbahaya dan sejauh yang mereka tahu belum pernah ada yang melaluinya, walaupun Sapphy yakin pasti dahulu kala pernah ada yang mencoba melaluinya. Well¸ini memang melenceng dari tradisi dimana untuk melakukan Penyeberangan Ingo biasanya kaum Mer melalui jalur Selatan. Akhirnya rombongan kecil ini memutuskan  untuk menuju Utara dengan bantuan teman lumba-lumba mereka.

Setelah perjalanan beberapa hari, barulah mereka bisa lebih tenang dan santai karena merasa terbebas dari ancaman Ervys. Lalu ternyata mereka mendengar sebuah panggilan yang ditujukan pada Sapphy. Yap, ternyata ayah Sapphy dan Conor ─yang berubah menjadi Mer─ menyusul mereka. Dia bermaksud menghentikan kedua saudara ini dan membawa pulang mereka. Tapi tentu saja tekad mereka tidak bisa dihentikan sang ayah. Dan, ya ampun, situasi pertemuan keluarga ini sangat canggung, apalagi kalau mengingat ayahnya meninggalkan Sapphy, Conor dan Ibunya demi seorang wanita Mer dan punya anak Mer dengannya, yah, adik tiri Sapphy lah istilahnya. Tapi kan tetep aja bikin canggung. Aku jadi ngebayanginya tu kehidupan kita, kehidupan manusia, dimana seorang suami selingkuh dan punya anak dengan selingkuhannya. Astagaa.. Kasihannya keluarga yang ditinggalkannya.. Huft.

Yah, pokoknya yang jelas mereka pun tetap melanjutkan perjalanan. Dan di perjalanan inilah akhirnya Sapphy mengetahui seluk beluk kehidupan Faro yang selama ini tidak pernah ia ketahui. Saat itu Faro dan Conor berenang didepan untuk mendiskusikan rute mereka, sementara Elvira dan Sapphy mengikuti dibelakang. Elvira lah yang bercerita. Rupanya Elvira dan Faro kembar! Hhe.. dan ternyata Ibu mereka sudah meninggal saat mereka berusia tujuh tahun sementara mereka tidak punya ayah, jadi Saldowr lah yang menjadi wali mereka. 🙂

Kini perjalanan Sapphy, Conor, Faro dan Elvira semakin menarik dan serem. Mereka memasuki dan mengikuti jalur arus yang cukup kuat. Sayangnya arus itu membuat mereka terpisah, Sapphy dan Faro sedangkan Conor dan Elvira. Padahal hari mulai malam dan malam di Utara jauh lebih lama daripada siang hari. Sapphy dan Faro takut dan cemas. Beberapa hari mereka menunggu dan bertemu makhluk-makhluk kelaparan yang ingin memangsa mereka. Akhirnya kesabaran mereka berbuah hasil. Conor dan Elvira muncul! Mereka pun berkumpul kembali dan melanjutkan perjalanan dengan pelan karena Conor dan Elvira tampak sangat kelelahan. Tapi entah kenapa Sapphy merasakan suasana yang berbeda. Terjadi sesuatu antara Conor dan Elvira. Saat Sapphy berdua saja dengan Conor, ia menyuarakan kebingungannya. Conor pun bercerita perihal perubahan sifat dan sikap Elvira.

Setelah itu perjalananpun berlanjut dengan segala petualangan mereka. Kini mereka sudah mulai melaju ke arah Selatan setelah beberapa saat ‘menunggangi’ arus kuat ke arah Utara yang kemudian berputar balik ke arah Selatan. Sepanjang perjalanan ke arah Selatan, juga terjadi beberapa hal yang menarik walaupun kini laju cerita menurutku terjadi lebih cepat. Mereka kemudian mencapai ujung Selatan, yaitu Benua Australia sebelum mereka kemudian kembali lagi mengarah ke Utara, ke arah rumah. Saat mereka hampir mencapai tujuan akhir mereka, yaitu ‘kampung halaman mereka’, muncul sebuah halangan yang harusnya tidak mereka lupakan, Ervys. Lagi-lagi dia dan para pengikutnya menghalangi Sapphy dan rombongannya untuk menyelesaikan misi Penyeberangan Ingo. Pertempuran pun terjadi dan Sapphy harus kehilangan sosok yang sangat ia sayangi dan cintai. Ayahnya. Hhu.. Beliau berkorban demi anak-anaknya. Memang sudah sewajarnya. Tapi kini adik tiri Sapphy yang harus menangguh akibat tidak akan pernah mengenal ayahnya. 😦

Well, secara keseluruhan perjalanan Sapphy dan kawan-kawan ini sangat menarik dan selalu terselip pesan-pesan pengingat buat kita ─manusia─  yang sedikit banyak telah menimbulkan teror pada kehidupan laut. Digambarkan bagaimana makhluk-makhluk laut menderita, takut, dan membenci  manusia. Mereka menderita akibat seringnya perlakuan semena-mena manusia pada mereka, takut karena segala teror yang ditimbulkan manusia, dan membenci karena manusia meninggalkan begitu banyak kepedihan hati bagi mereka. Aku baca buku ini dan, ya ampun, kasihannya mereka 😦 Entah kenapa nyatanya kehidupan laut begitu tergambarkan melalui novel ini. Namun jujur, selesai baca buku ini sayangnya aku tidak merasa ‘wah’. Aku tidak merasakan sebuah kesan akhir yang mendalam seperti halnya beberapa novel lain yang suda aku baca sebelumnya, yang sanggup menimbulkan perasaan enggan untuk mengakhiri cerita dan menutup buku. Aku tidak mendapatkannya di buku ini :-]

Ratingku buat novel ini : 8

 
1 Comment

Posted by on August 13, 2011 in Mermaids

 

Ingo 3 – The Deep


  • Pengarang               :    Helen Dunmore
  • Genre                      :    Fantasy, Adventure
  • Tebal                       :    304 hlm ; 20 cm
  • Penerbit                   :    Gramedia
  • Harga                      :    37.000 IDR
  • Pertama terbit          :    2007
  • Cetakan                   :    Januari 2010
  • Tanggal Beli             :    8 Januari 2010

Petualangan Sapphire dan kakaknya, Conor, di dunia bawah laut masih berlanjut. Banjir dahsyat telah menerjang batas-batas antara dunia manusia dan Ingo, dan sekarang, jauh di dasar laut sana, sesosok monster menggeliat bangun dari tidurnya. Menurut legenda bangsa Mer, hanya mereka yang berdarah campuran Mer dan manusia yang bisa menjinakkan monster ini. Sapphy harus kembali ke Dasar Laut, dengan bantuan ikan paus sahabatnya, untuk berhadapan dengan makhluk menakutkan itu. Tetapi Conor dan sahabat Mer-nya, Faro, tidak mau membiarkan Sapphy pergi tanpa mereka…

Review :

Pasca bencana tsunami di St. Pirans, Sapphy, Conor, dan Ibunya terpaksa kembali lagi ke Senara, ke pondok kecil mereka. Sapphy sangat senang ternyata ada dampak positif yang diberikan bencana itu padanya. Banjir telah merusak rumahnya di St. Pirans hingga tidak layak huni lagi, itulah kenapa ibunya terpaksa membawa kedua anaknya kembali ke Senara sedangkan keluarga Fortune yang menyewa pondok itu akhirnya menyewa pondok lain di dekat rumah Sapphy. Bahkan Gloria Fortune dengan baik hati mengunjungi dan membawa makanan ke rumah Sapphy pada hari pertama Sapphy dan keluarganya kembali. Sekarang, Roger, pacar ibunya juga lebih banyak menghabiskan waktu di rumah Sapphy. Walaupun Sapphy membencinya karena merasa perlahan Roger semakin menempati posisi ayahnya baik di hati ibunya maupun di rumahnya, Sapphy tidak bisa lama-lama marah pada lelaki itu. Tuh kan apa ku bilang sebelumnya (di review buku sebelumnya, maksudku), Roger tu emang baik banget! Dia bahkan sering meyakinkan Jennie, ibu Sapphy, untuk mulai melepas kedua anaknya karena mereka sudah cukup besar dan bertanggung jawab. Roger juga meminta agar Jennie jangan terlalu mengekang anak-anaknya. Aduh, baiknya orang ini, kubilang. Sapphy tahu tentang obrolan ini pun bukan karena Roger melakukannya di depan kedua bocah ini, tapi karena seringkali tidak sengaja Sapphy mendengar Roger membela hak-hak kedua bocah ini dibelakangnya, saat hanya mengobrol dengan Jennie. Sapphy pun berhenti membencinya, walaupun sayangnya terkadang rasa benci itu muncul lagi. Well, dia belum bisa menerima kehadiran Roger secara utuh di dalam kehidupannya 😉

Suatu hari di bulan April, tiga bulan setelah kepindahannya kembali ke Senara, Faro mengajaknya untuk menghadiri sebuah Rapat Besar. Namun rupanya perjalanan ke tempat Rapat Besar diadakan sangatlah berbahaya. Dan lagi sikap Faro sangat aneh. Ia seperti tidak nyaman dan cemas, selalu melihat ke sekeliling seolah ada yang mengawasi mereka. Mereka bahkan bertemu dengan Makhluk Capit ─wanita yang sangat cantik namun memiliki kaki berupa capit tunggal dan memburu mereka untuk dimangsa. Setelah terlepas dari kejaran Makhluk Capit, mereka masih harus menjalani beberapa rintangan lagi untuk mencapai balairung Rapat Besar.

Sesampainya mereka di balairung, mereka telah dinantikan oleh ribuan kaum Mer yang terkumpul jadi satu. Rupanya bener-bener Rapat Besar. Hhe.. Nah, disini kita dikenalkan dengan tokoh-tokoh baru. Ada Morlader yang tadi menjemput Faro dan Sapphy di teluk. Lalu ada Ervys, paman Morlader dan pemimpin rapat ini. Ervys ini semacam tokoh antagonisnya. Kurasa ia tidak menyukai segala macam yang berhubungan dengan Saldowr. Yah, yang jelas pertemuan ini banyak mengulas tentang keberhasilan Sapphy yang pernah selamat dari Dasar Laut. Dan juga membicarakan tentang kondisi Saldowr yang bisa dibilang sedang sekarat walaupun Faro sebagai murid dan penerus ─scolhyk dan holyer─ Saldowr menolak mengakui bahwa Shaldow sedang bersiap untuk ke Limina, tempat dimana kaum Mer siap untuk menjemput ajal. Huft.. Untungnya ketegangan antara Faro dan Ervys pun lewat. Kini kembali ke topik utama Rapat Besar ini. Ternyata ada makhluk penghuni Dasar Laut bernama Kraken yang selama ini tertidur nyenyak, tiba-tiba terbangun. Hhe.. Kayak apa aja 🙂 Nah, intinya adalah, makhluk ini sangat berbahaya dan kaum Mer sedang mendiskusikan tentang bagaimana caranya untuk ‘menidurkan’ Kraken lagi. Memang ada sebuah legenda, bahwa mereka harus mengorbankan seorang anak laki-laki dan perempuan untuk dilahap Kraken, barulah ia tidur lagi. Tapi ini hanyalah legenda. Selain itu juga ada cerita tentang seorang bernama Mab Avalon yang juga berhasil masuk ke Dasar Laut dan ‘menidurkan’ Kraken lagi, sehingga namanya sangat dihormati karena ia membawa kedamaian pada Ingo. Kejadian ini sudah lima puluh  generasi yang lalu, tapi sejauh ini yang mereka tahu sebatas bahwa Mab Avalon ini adalah seorang berkaki belah, seperti halnya Sapphy.

Akhirnya Sapphy tahu apa maksud pertemuan ini. Mereka ingin minta tolong pada Sapphy untuk kembali masuk ke Dasar Laut dan menenangkan Kraken. Akhirnya Sapphy memutuskan bahwa ia membutuhkan waktu untuk berkonsultasi dulu dengan Saldowr. Sebenarnya Ervys berang karena Saldowr masih dibutuhkan di sini. Namun ia tidak bisa menyangkal keputusan dari kaum Mer, yang jelas-jelas memberikan kesempatan pada Sapphy sebelum gadis ini memutuskan untuk membantu kaum Mer, membantu Ingo, atau tidak. Setelah pertemuan, Elvira menghampiri Sapphy dan menitipkan sebuah jimat berupa ukiran berbentuk manusia kecil untuk Conor. Sapphy pun menerima jimat itu.

Sekembalinya Sapphy ke rumah, ia baru sadar bahwa ia meninggalkan rumah lebih dari sehari. Beruntung saat kembali, kondisi rumah sedang kosong. Ia menelepon Conor dan kakaknya ternyata masih ada di rumah Rainbow dan Patrik untuk membantu membenahi rumah mereka yang rusak karena terjangan tsunami. Kakak yang baik. Karena tahu apa ─atau tepatnya kemana─ Sapphy pergi, dan tidak ingin membuat ibunya cemas karena menghilangnya Sapphy, Conor berbohong kalau ia dan Sapphy menginap di rumah Rainbow di St. Pirans. Pew.. Dalam perjalanan ke St. Pirans untuk menemui Conor, Granny Carne menghadangnya. Mereka mengobrol sebentar lalu Granny Carne memberinya sebuah jimat berupa beri-beri rowan. Hha, lucu.. Sapphy yang dominan kaum Mer malah mendapat jimat Udara sedangkan Conor yang dominan unsur Udara malah mendapat jimat kaum Mer. Tapi Granny Carne berpesan pada Sapphy agar membawa jimat kemanapun ─kemanapun─ ia pergi dan jangan memberitahu siapapun mengenai jimat ini, bahkan Conor.

Nah setelah bertemu dengan Conor, Sapphy pun bercerita mengenai Rapat Besar itu. Tapi sayang kakaknya itu sedang terlalu terpesona pada jimat yang diberikan Elvira padanya sehingga membuat Sapphy jengkel setengah mati. Hari berikutnya mereka pulang kerumah. Dari pembicaraan demi pembicaraan, akhirnya Sapphy menyadari ada perubahan pada ibunya. Kini ibunya tidak tampak tirus lagi, tapi tampak lebih bahagia. Sapphy tahu bahwa sebagian besar penyebabnya adalah kehadiran Roger. Tapi eh, ternyata sebenarnya Roger tahu kalau ada sesuatu yang disembunyikan Sapphy dan Conor lhoo.. Tapi baiknya dia, dia nggak memaksa mereka untuk bercerita dan tidak mencari tahu apa itu hal yang disembunyikan kakak beradik ini. Intinya, ia tetap menjaga privasi kedua bersaudara ini, walaupun sebenarnya ia sangat ingin bisa masuk dan menjadi bagian dari keluarga kecil ini.

Well, akhirnya sudah saatnya Sapphy dan Conor kembali berpetualangan. Bersama Faro, mereka masuk ke dalam kuatnya lontaran-lontaran arus untuk menemui Saldowr. Disini ia kembali bertemu dengan paus keibuan yang sebelumnya pernah menyelamatkannya dari Dasar Laut. Astaga. Aku suka banget sama paus ini. Manis, ramah, dan sangat hangat 🙂 Setelah Sapphy menyampaikan permintaan tolongnya, akhirnya si paus pun dengan senang hati membantu Sapphy, Conor dan Faro menuju Dasar Laut. Uhm, ada yang lucu di bagian ini, saat Elvira datang untuk merawat luka-luka Saldowr akibat bencana Simpul Ombak yang lalu. Perhatian Conor terus terpusat pada Elvira, Sapphy jengkel dan cemburu karena kakaknya ‘nyuekin’ dia. Faro paham apa yang sedang dirasakan Sapphy dan ia hanya bisa tersenyum menggoda melihat tingkah ketus Sapphy pada Elvira. Hhaha.. Selesai mereka melakukan persiapan, berangkatlah mereka ke Dasar Laut. Wow. Petualangan yang menarik. Tapi tentunya kalian udah menebak kan kalau mereka pasti berhasil melawan Kraken. Bahkan dengan cara yang cukup lucu 😉

Sekembalinya mereka ke dunia manusia, rupanya masalah tidak berhenti di situ saja. Kini Sapphy harus menghadapi kenyataan hidup bahwa Roger dan Ibunya memutuskan untuk tinggal di Australia dan akan membawa Conor serta dirinya. Sapphy bingung, marah, dan sedih. Ia baru saja kembali ke rumahnya, ke teluknya, dan sekarang ia harus meninggalkannya lagi? Meninggalkan gerbang utama ke Ingo? Sapphy semakin bingung apa yang harus ia lakukan sekarang.. Padahal ia sangat ingin mengikuti Penyeberangan Ingo juga. Astaga. Hanya sebuah keajaiban yang bisa membuat ibunya mengabulkan keinginannya untuk tinggal di sini sementara yang lainnya tetap pergi ke Australia.. Ia tidak sanggup harus jauh dari rumah, teluk, lingkungan yang ia kenal, dan yang terutama, jauh dari Sadie, anjing kesayangannya..

Ratingku buat novel ini : 8

 
2 Comments

Posted by on August 5, 2011 in Mermaids

 

Ingo 2 – The Tide Knot


  • Pengarang               :    Helen Dunmore
  • Genre                      :    Fantasy, Adventure
  • Tebal                       :    320 hlm ; 20 cm
  • Penerbit                   :    Gramedia
  • Harga                      :    39.000 IDR
  • Pertama terbit          :    2006
  • Cetakan                   :    Aguatus 2009
  • Tanggal Beli             :    28 Agustus 2009

Sapphire dan Conor tak bisa melupakan petualangan mereka di Ingo, dunia bawah laut yang misterius dan begitu memikat. Mereka ingin bertemu lagi dengan teman-teman Mer mereka, Faro dan Elvira.

Tapi sekarang Sapphire dan Connor sudah pindah dari rumah mereka di dekat ceruk yang menjadi pintu masuk ke Ingo. Ibu mereka ingin memulai hidup baru di kota pantai St. Pirans, jauh dari kenangan tentang ayah mereka yang hilang di laut setahun sebelumnya.

Namun ada bahaya yang mengintai jauh di bawah permukaan laut, di tempat makhluk Mer yang paling bijak, Saldowr, menjaga Simpul Ombak. Ingo sedang gelisah, dan tak lama lagi Sapphire dan Conor akan mendengar panggilan dari lautan dalam…

Review :

Satu tahun telah berlalu sejak pertama kali Sapphire ─untuk selanjutnya dipanggil Sapphy─ mengenal dunia Ingo. Kini bahkan Sapphy, Conor dan Ibunya tidak lagi tinggal di Senara, mereka pindah ke St. Pirans dimana rumah Roger tidak jauh dari rumah mereka. Dan akhirnya, Sapphy memiliki Sadie, anak anjing milik temannya yang sekarang ia pelihara.

Cerita dimulai oleh Sapphy yang sedang menyelam ke kedalaman Ingo di malam hari. Yang ia ingat dengan jelas bahwa ia merasakan panggilan kuat Ingo yang tidak bisa lagi ia tahan. Lantas iapun menyelinap ke Pantai Polquidden dan mengarungi kegelapan bawah laut seorang diri. Rupanya Faro sudah menantinya. Mereka pun melepas kerinduan dan melakukan petualangan kecil. Faro mengajak Sapphy mengunjungi Lost Island. Di sana memang sedang ada semacam pertemuan kaum Mer, dan Sapphy senang sekali, akhirnya ia bisa melihat kaum Mer dengan jelas. Selama ini ia tidak bisa menembus selubung perlindungan kaum Mer jadi ia tidak bisa melihat mereka.

Nah, bukan pertemuan ini tujuan Faro membawa Sapphy kesini, tapi ia ingin menunjukkan hasil kekuasaan Ingo, yaitu daratan yang sekarang menjadi milik lautan. Yups. Daratan-daratan yang sekarang sudah tenggelam dan berubah menjadi fosil-fosil laut, kota-kota mati bawah laut. Astaga. Entah kenapa aku miris ngebayangin rumah-rumah, bangunan-bangunan yang digambarkan oleh Helen Dunmore, yang dulu dihuni oleh manusia, di selimuti oleh kehangatan perapian, berisi dengan canda tawa, kini hanya tinggal bangunan-bangunan beku yang tertutupi oleh karang serta rumput laut dan sekarang dihuni oleh berbagai macam binatang laut. Ngeri banget ngebayanginnya (apalagi ini kan setting waktunya malem, jadi rasanya suram banget). Ditambah lagi dengan bagaimana cara Faro menyampaikan cerita-cerita tentang kekuasaan Ingo untuk menenggelamkan daratan. Hew.. Rasanya Faro nggak berperasaan saat mengatakan dengan datar tentang berapa banyak manusia yang meninggal karena amukan laut dan menenggelamkan banyak desa mereka. Faro malah terdengar bangga. Hhu..

Hari berikutnya, ia melakukan segala rutinitasnya di hari Sabtu, tanpa sekolah dan hanya bersih-bersih rumah. Setelah itu ia mengajak Sadie jalan-jalan ke Pantai Polquidden. Disanalah pertama kalinya ia berkenalan dengan seorang gadis kecil bernama Rainbow. Lucu ya namanya 🙂 Sejak pindah ke St. Pirans, Sapphy memang tidak berusaha untuk menyukai desa ini. Ia tetap mencintai Senara dan berharap dapat kembali ke rumah tempat ia dilahirkan. Namun beberapa kenyataan memang sangat menyedihkan. Fakta bahwa ternyata ibunya berusaha menjauh dari kenangan akan ayahnya, dan fakta bahwa ia juga  ingin menjauhkan anak-anaknya dari teluk, dari apapun itu yang merubah sikap kedua anaknya, membuat Sapphy semakin sedih. Belum lagi dengan perubahan sikap Conor yang selain mulai menginjak dewasa, jadi semakin jarang bermain dengan Sapphy, juga karena Conor tidak suka membicarakan Ingo lagi. Ia seolah juga berusaha membuat Ingo hanya sekedar kenangan yang dapat ia tinggalkan di belakang bersama rumah dan teluk mereka. Sapphy sangat sedih dan merasa kesepian.

Lalu, saat Sapphy dan Conor sedang naik kapal bersama teman Conor, Mal, dan ayah Mal. Di sekitar mereka banyak lumba-lumba yang melakukan atraksi. Namun Sapphy tahu, ada satu lumba-lumba yang terfokus padanya dan berusaha menyampaikan sesuatu mengenai Ingo, namun Sapphy kurang cepat memahami bahasa lumba-lumba dan akibatnya ia tidak mengerti apa yang ingin disampaikan si lumba-lumba. Tapi yang jelas, pasti mengenai Ingo. Saat mereka kembali, Conor (yang menurutku sudah jauh lebih bijak) berusaha mengingatkan dan menasihati Sapphy mengenai kehidupan. Mau nggak mau, akhirnya mereka membicarakan tentang lumba-lumba tadi dan ia bercerita bahwa ia sebenarnya sering melihat Elvira, kakak Faro, bahkan saat mereka berada di dekat lumba-lumba tadi. Hanya saja sekarang Conor jadi sedih karena ia mengira Elvira tidak mau menemuinya lagi. Wah wah, terlihat jelas bahwa Conor jatuh cinta pada Elvira, oey.. Terlihat jelas kalau ia merindukan Elvira 😀

Hari senin, Sadie jatuh sakit setelah malam sebelumnya Sapphy meninggalkannya terikat di pantai sementara ia pergi dengan Faro ke Ingo. Karena ternyata hari itu bukan jadwalnya dokter hewan praktek, tanpa sepengetahuan siapapun Sapphy membawa Sadie naik bus ke Senara, kerumah Granny Crane. Benar saja, dengan bantuan Granny Crane, kondisi Sadie membaik, namun perlu waktu. Untuk menemani Sadie, akhirnya Sapphy menginap di rumah Granny Crane dan nenek itu menghubungi ibu Sapphy untuk meminta ijin. Malamnya, Sapphy mendengar suara seseorang memanggilnya. Saat ia mengikuti suara itu dan semakin dekat ke sumbernya, ia semakin yakin bahwa pemilik suara itu adalah ayahnya yang menghilang tujuh belas bulan yang lalu. Akhirnya kepercayaan Sapphy dan Conor selama ini terbukti, bahwa ayahnya belumlah meninggal. Namun ternyata sang ayah kini menjadi seorang Mer dan tinggal di Ingo. Dengan melanggar banyak aturan Ingo, ayahnya datang menemui Sapphy hanya untuk memperingatkan Sapphy agar berhati-hati. Ia ingin Sapphy, Conor dan ibu mereka menjauh dari pantai. Ada sebuah bahaya yang mengancam namun ayahnya belum yakin bahaya macam apa. Yang jelas ia merasakan bahwa kekuatan Ingo sedang kuat-kuatnya dan ia ingin memberontak. Kalau tebakanku sih pasti berhubungan dengan banjir bandang, atau tsunami lah istilah kerennya..

Sapphy memberitahu Conor perihal pertemuan dan peringatan ayahnya. Dengan tenang Conor memikirkan segala sesuatunya. Kemudian, Conor dan Sapphy mencapai kesepakatan bahwa sebenarnya ayahnya tertawan di Ingo dan mereka akan menolongnya dengan mencari tahu apa yang bisa mereka lakukan untuk mengembalikan ayahnya ke Udara. Mereka pun kembali ke Ingo dan mencari sebanyak mungkin informasi melalui Faro. Mereka bahkan memutuskan untuk menemui guru Faro yang bernama Saldowr. Namun ditengah jalan, karena sebuah arus yang kuat membuat Sapphy terpisah dari Conor dan Faro. Sapphy pun harus berusaha mencari jalannya sendiri. Tanpa sadar ia sudah memasuki Dasar Laut yang gelap dan berbahaya. Namun untungnya ada seekor paus betina  baik hati yang membantunya. Astaga. Aku suka bagaimana Dunmore menggambarkan petualangan-petualangan Sapphy di bawah laut 🙂

Disisi lain, ternyata terjadi sebuah ancaman bencana. Hal ini dikarenakan Simpul Ombak yang selama ini berada dalam pengawasan Saldowr mulai longgar dan takkan kuat menahan deru ombak pasang. Kalau Simpul ini berhasil lepas, air laut akan meluap dan sebuah gelombang pasang dapat meluluhlantakan St. Pirans. Ayahnya lah yang kemudian datang lagi dan memperingatkan Sapphy bahwa Simpul Ompak sudah lepas. Buru-buru Sapphy memberi tahu Conor dan mereka memberi tahu Roger sebagai satu-satunya harapan mereka. Roger pun percaya dan ia segera memerintahkan Conor untuk membangunkan para warga yang terlelap. Setelah inilah segala hiruk pikuk kekacauan terjadi. Ya ampun, lagi-lagi aku terhisap kedalam cerita.. Masa waktu penggambaran tsunami akan datang sementara Sapphy masih di dalam rumah karena ibunya sedang sakit dan tidak kuat untuk bangkit dari kasur, aku merinding.. Serius.. Aku ngerasa bencana itu begitu nyata. Huft..

Well, di buku kedua ini aku jadi semakin suka dengan karakter Roger. Entah kenapa aku bisa ngerasain kebaikan hati pria ini. Ia bahkan mempercayai cerita Sapphy dan Conor yang di telinga orang pasti terdengar gila, saat memberitahunya bahwa akan datang ombak besar. Kemunculan karakter Rainbow sebenarnya cukup menarik. Setidaknya Dunmore menghadirkan seseorang sebagai ‘sahabat’ Sapphy.

Ratingku buat novel ini : 8

 
Leave a comment

Posted by on July 28, 2011 in Mermaids

 

Ingo 1 – Ingo


  • Pengarang               :    Helen Dunmore
  • Genre                      :    Fantasy, Adventure
  • Tebal                       :    312 hlm ; 20 cm
  • Penerbit                   :    Gramedia
  • Harga                      :    37.000 IDR
  • Pertama terbit          :    5 September 2005
  • Cetakan                   :    Juni 2009
  • Tanggal Beli             :    29 Agustus 2009

Ketika Mathew Trewhella pergi dari rumahnya dan tidak pernah pulang lagi, orang-orang percaya dia sudah mati di tengah laut, tetapi putrinya, Sapphire, yakin sekali ayahnya masih hidup. Dia teringat kisah-kisah yang sering diceritakan ayahnya, tentang putri duyung Zennor yang jatuh cinta pada manusia namun tak bisa hidup bersama kekasihnya di daratan kering penuh udara.

Musim panas berikutnya, Conor, kakak lelaki Sapphire, mulai sering menghabiskan waktu berjam-jam di laut, bersama seorang gadis misterius. Pada waktu mengikuti Conor itulah Sapphire menemukan Ingo—dunia bawah laut yang sangat memikat namun berbahaya. Dan makin lama makin sulit baginya untuk menolak panggilan dunia lain itu.

Review :

Awal cerita petulangan ini dimulai dari sebuah kisah yang diceritakan oleh Mathew Trewhella kepada putrinya, Sapphire, mengenai putri duyung Zennor bernama Morveren yang jatuh cinta pada seorang laki-laki manusia. Saat itu Sapphire masih seorang gadis kecil, jadi dia sangat senang mendengarkan kisah itu. Karena sang putri duyung merupakan kaum Mer yang tidak bisa meninggalkan air untuk hidup di daratan kering dan penuh udara, akhirnya si laki-laki manusia yang mengikuti jejak wanita yang ia cintai. Si lelaki yang dalam kisah itu juga bernama Mathew Trewhella, akhirnya tidak pernah kembali lagi ke daratan, meninggalkan keluarganya. Saat itu, Sapphy hanya bisa bertanya kenapa nama lelaki itu sama dengan sang ayah. Namun ayahnya mengatakan bahwa itu hanya suatu kebetulan, apalagi nama di Cornwall sering di pakai ulang. Sapphy percaya. Segala hal yang ayahnya bilang, Sapphy percaya. Namun dia memiliki perasaan aneh. Ia sering merasa semakin jauh dari ayahnya padahal ayahnya ada di sampingnya. Itulah permulaan kisah Sapphy, dari mulai pertengkaran-pertengkaran sang ayah dengan ibunya, Jennie, hingga akhirnya sang ayah benar-benar pergi, tak pernah kembali lagi.

Suatu hari ayahnya pergi naik kapal Peggy Gordon nya, namun tidak pernah pulang. Lima minggu kemudian, kapal itu ditemukan terbalik berkilo-kilo meter dari teluk mereka dan tubuh sang ayah tak pernah ditemukan. Namun jauh di lubuk hati Sapphy dan kakaknya, Conor, percaya bahwa sebenarnya ayah mereka belum meninggal. Sapphy pun punya keyakinan bahwa ayahnya ada jauh di Ingo, sebuah dunia di tengah laut, yang dia sendiri tidak tahu keberadaannya. Ia percaya itu karena sudah sering kali ayahnya membicarakan dan bernyanyi tentang Ingo.

Satu tahun pun berlalu. Kehidupan mereka terus berlanjut. Namun keyakinan Sapphy dan Conor tidak pernah luntur. Suatu hari, Conor menghilang seharian dan Sapphy mulai panik. Ia lalu mencari ke teluk favorit mereka. Benar saja, Sapphy menemukan kakaknya. Namun kakaknya sedang berbicara dengan seorang gadis! Sapphy tidak bisa mengenali gadis itu dari jauh, tapi ia yakin ia belum pernah melihat gadis itu di desanya. Bahkan tiba-tiba gadis itu menghilang, walaupun Sapphy melihat kakaknya masih belum beranjak dari duduknya di tepi karang. Saat ditanya, Conor tidak mengaku. Itulah kenapa Sapphy jadi merasa cemas akan kehilangan Conor seperti halnya ia tiba-tiba kehilangan ayahnya.

Lagi-lagi Conor menghilang lagi, Sapphy langsung menuju teluk dan mencari Conor. Tapi ia malah bertemu dengan Faro, anak lelaki yang memiliki sirip di kakinya! Yups, ia adalah ‘putra duyung’, salah satu dari kaum Mer. Belakangan, akhirnya Sapphy tahu bahwa ia adalah keturunan bangsa Mer. Maksudnya, ia dan Conor sebenarnya memiliki sedikit darah Mer, jadi itulah kenapa mereka bisa menyelam ke kedalaman laut tanpa perlu bernafas dan dapat bicara dalam air. Oleh Faro dan kakaknya ─Elvira─ Sapphy dan Conor diperkenalkan pada dunia bawah laut yang juga merupakan kaumnya. Dunia bernama Ingo.

Dalam kisah kali ini, kita memiliki istilah ‘di Ingo’ yang berarti dunia bawah laut dan ‘di Udara’ yang berarti dunia atas laut alias dunia manusia. Diceritakan bahwa darah Mer Sapphy lebih dominan daripada Conor. Hal ini yang menyebabkan Ingo ini sangat menarik Sapphy untuk tinggal saat ia sedang berenang, namun lain halnya dengan Conor yang lebih nyaman tinggal di Udara dan cenderung tidak menyukai efek tarikan Ingo terhadap adiknya. Ada seorang karakter yang menarik di sini. Seorang wanita tua yang memiliki ilmu sihir bernama Granny Carne. Namun sihir Granny Carne ini adalah sihir yang baik, dan ia memiliki unsur tanah. Itulah kenapa ia memahami kalau Conor lebih suka tinggal di Udara daripada di Ingo, karena unsur tanah pada Conor lebih besar dari pada Sapphy yang condong pada unsur Ingo nya. Kebelakangnya, karakter Granny Carne ini bakalah jadi penting sebagai seorang penasihat dan seorang tempat Sapphy curhat. Ditambah lagi, semakin lama Conor terus menerus berusaha menggenggam Sapphy agar adiknya itu tidak terpikat pada pesona Ingo, dan sayangnya alasan ini cukup membuat mereka saling marahan. Huft..

Singkat cerita, saat di satu sisi Sapphy dan Conor banyak berpetualangan di bawah laut yang terasa baru bagi mereka, di sisi lain Sapphy sedang dicemaskan dengan hadirnya sosok Roger di kehidupan ibunya. Sapphy takut kalau kedudukan ayahnya akan diambil alih oleh Roger ini. Roger adalah seorang penyelam berpengalaman yang tergabung dalam sebuah kelompok pencari bangkai kapal-kapal karam. Kini setelah ada Roger, hari-hari ibunya jadi lebih cerah. Namun Sapphy tidak suka dengan Roger. Ia bahkan hampir membenci Roger. Belum lagi kini ibunya mulai berkencan dengan Roger ini.

Namun tahulah, ternyata dugaan Sapphy selama ini salah. Roger adalah seorang yang sangat baik. Aku suka karakter Roger! 😀 Hingga akhirnya, saat Roger berada dalam situasi berbahaya, Sapphy berusaha untuk menyelamatkannya.

Pada dasarnya, buku ini sangat ringan ceritanya. Aku suka bagaimana Dunmore menuturkan cerita ini dari sudut pandang gadis kecil berusia duabelas tahun bernama Sapphire. Aku juga suka dengan penggambaran bagaimana kedua saudara ini sangat kompak dan saling menyayangi. Dengan mengambil tema dongeng anak-anak putri duyung, ia mengembangkan cerita dengan sangat apik, belum lagi ia juga meninggalkan beberapa pesan moral dan menjadikan cerita ini sebagai pengingat tentang bagaimana manusia (kita) memperlakukan kehidupan air, terutama laut dengan buruk. Melalui buku ini, kita diharapkan lebih menyadari akan dampak dari segala macam pencemaran lingkungan terhadap makhluk-makhluk hidup lain. Yah, aku memang setuju sih. Kita ini semakin semena-mena aja terhadap alam. Sayangnya, bumi kita yang indah ini semakin lama semakin kehilangan kecantikannya. Sedih 😦 Tapi setidaknya, aku melakukan hal-hal kecil yang kurasa bisa membantu mengurangi pencemaran lingkungan ini. Ayo kawan, mulailah untuk sadar lingkungan dan kurangi polusi lingkungan yap 🙂

Ratingku buat novel ini : 7,8

 
4 Comments

Posted by on July 18, 2011 in Mermaids