RSS

Category Archives: Kids

The Secret Seven 3 ─ Memecahkan Rahasia Kapak Merah


  • Pengarang               :    Enid Blyton
  • Genre                      :    Adventure
  • Tebal                       :    136 hlm ; 18 cm
  • Penerbit                   :    Gramedia
  • Harga                      :    20.000 IDR
  • Pertama terbit          :    1951
  • Cetakan ke-6            :    Agustus 2011
  • Tanggal Beli             :    23 Mei 2012

Rumah pohon Sapta Siaga kedatangan tamu ─Jeff dan kucingnya. Jeff sedang dikejar-kejar pamannya dan seorang penjahat karena anak itu mendengar sebagian pembicaraan mereka. Dan apa yang didengar Jeff membuat Sapta Siaga bingung: MKX, Kamis tanggal 25, Emma Lane, kapak merah, dan terali. Apa arti semua itu?

Review :

Janet kebingungan. Ia mencari lencana anggota Sapta Siaga miliknya. Tanpa lencana itu, Peter, kakaknya, tidak akan mengijinkan Janet masuk ke dalam gudang dan mengikuti rapat Sapta Siaga. Benar saja, saat akhirnya Janet menemukan lencana nya dan segera datang ke gudang, keenam anggota yang lain sudah berkumpul.

Kali ini rapat mereka membicarakan seputar rencana mereka mendapatkan markas Sapta Siaga yang baru karena untuk musim panas yang terik ini rupanya gudang yang pengap bukanlah sebuah pilihan tempat yang nyaman untuk berkumpul. Kemudian Colin mengungkapkan ide tentang rumah pohonnya. Anak-anak ini pun bersemangat dan segera pergi ke Hutan Berangin untuk memilih sebuah pohon yang dapat mereka jadikan markas rahasia tempat mereka berkumpul.

Tentu saja mereka menemukan tempat itu. Segera mereka menyusun rencana dan bersemangat untuk segera membangun Wisma Sapta Siaga mereka. Colin menyiapkan papan untuk membuat panggung, Jack membawa tali pengikat papan, Pam yang menyediakan bantal-bantal, Barbara membawa alas karet, Janet menyiapkan perlengkapan makan sedangkan George membawa persediaan makanan dan Peter yang membawa persediaan minuman 😀

Hari berikutnya, mereka bersama-sama membawa perlengkapan dan menuju pohon tersebut untuk mulai membangun markas pohon mereka. Berkat usaha bersama, akhirnya urusan bangun membangun pun selesai. Bahkan mereka sudah menyiapkan tempat singgah bagi Skippy, anjing Peter dan Janet, di dasar sebuah pohon dekat markas mereka.

Sore harinya, mereka kembali berkumpul di markas ini. Saat mereka sedang asyik mengobrol, tiba-tiba Skippy menggonggong dari bawah. Rupanya ada seorang anak laki-laki yang membawa kucing sedang berhadapan dengan Skippy. Anak-anak di atas pohon bersembunyi agar tempat tersebut tidak ketahuan. Namun sayang, Pam menjerit saat melihat Peter akan jatuh. Namun rupanya jeritannya berlebihan karena Peter tidak akan jatuh. Tapi terlanjur, anak laki-laki yang berdiri dibawah mendongak dan menemukan panggung di atas pohon tersebut.

Anak itu tahu diatas ada orang, namun ketujuh Sapta Siaga tetap bungkam bersembunyi dan Peter jengkel pada Pam yang sudah membongkar markas mereka di hari pertama mereka menikmatinya. Anak tersebut minta izin untuk memanjat, namun karena tidak ada tanggapan, ia berusaha naik. Sayangnya ia tidak berhasil naik ke atas karena Skippy yang berjaga di bawah tidak mengijinkannya. Anak itu pun mengancam akan naik keatas saat Sapta Siaga sedang tidak singgah disana, lalu anak itu pergi.

Hari berikutnya, mereka terkejut karena persediaan makanan mereka habis ntah dimakan siapa. Lalu saat malam, Colin baru ingat bahwa ia melupakan sesuatu yang sangat penting di rumah pohon. Terpaksa hampir tengah malam ia pergi seorang diri ke Hutan Berangin untuk mengambilnya. Namun kemudian, ia mengajak serta Peter. Sesuatu mengejutkan mereka. Ternyata mereka menemukan anak yang kemarin muncul, sedang bersembunyi di rumah pohon mereka dan sudah menghabiskan beberapa persediaan makanan Sapta Siaga. Colin dan Peter hampir marah, namun saat melihat nak yang bernama Jeff itu bersedih, mereka pun menanyakan masalah anak itu.

Jeff kemudian bercerita pada kedua anak ini bahwa ia sedang diburu oleh paman dan seorang teman pamannya, Mr. Tizer, karena Jeff tidak sengaja mendengar pamannya dan Mr. Tizer, merencanakan sesuatu. Jeff mendengar mereka membicarakan tentang MKX, Emma Lane, Kamis tanggal 25, Kapak merah dan Terali. Mereka merasa ini pasti semacam rencana jahat. Hari berikutnya Sapta Siaga berkumpul dan merapatkan hal ini. Mereka pun jadi bingung dengan petunjuk-petunjuk yang didapatkan dari Jeff. Tentu saja mereka sangat ingin membantu Jeff, terutama setelah tahu bahwa Jeff sangat ketakutan dan sedih karena Pamannya sering menyiksa anak kucing Jeff hingga terluka.

Pertama, mereka berusaha mencari seseorang bernama Emma Lane di kota ini dengan menanyakannya di kantor pos. Oke, kali ini mereka menemukan bahwa Emma Lane adalah seorang nenek yang sudah tidak tinggal di kota lagi. Namun sampai disitu saja petunjuk mereka. Saat berkumpul lagi, mereka mulai putus asa. Apa yang sebenarnya akan terjadi pada tanggal 25 hari kamis mendatang?

Sapta Siaga pun memutuskan untuk menceritakan hal ini pada Ayah Peter untuk meminta bantuan. Sayangnya, Ayah Peter menganggap bahwa petunjuk-petunjuk yang di ungkapkan Jeff pasti hasil karangan anak itu saja. Ayah Peter meminta Peter dan Janet untuk mengajak Jeff keruma agar Ayah Peter dapat menanyakan dan mengecek apakah benar Paman Jeff telah berbuat jahat pada Jeff dan kucingnya. Namun saat Peter dan Janet mendatangi rumah pohon lagi untuk mengajak Jeff pulang, mereka hanya menemukan secarik kertas yang ditulis Jeff. Jeff telah pergi, meninggalkan anak kucingnya sendirian.

Mendengar kabar ini tentu saja anggota Sapta Siaga yang lain ikut kecewa. Apakah benar bahwa petunjuk-petunjuk dari Jeff yang mereka kira akan membawa mereka kembali berpetualang ternyata hanyalah bualan anak itu saja? Well, hal ini cukup membuat mereka memutuskan untuk menghentikan penyelidikan, hingga akhirnya suatu pagi saat George dan Colin akan pergi ke Kanal, mereka menemukan sesuatu yang mengarah pada petunjuk-petunjuk yang dikatakan Jeff. Apakah ini berarti bahwa sebenarnya yang dikatakan Jeff adalah benar? Belum lagi ternyata mereka kemudian menemukan bahwa Kapak Merah bukan benar-benar seperti yang mereka bayangkan 😀

Seperti dua buku sebelumnya, Seri Sapta Siaga kali ini juga sama singkatnya. Benar-benar cerita anak yang ringan, padat, dan jelas. Sangat menghibur. Saat membaca novel ini semuanya terasa begitu cepat berlalu, tentu saja ini karena alur ceritanya yang memang ringkas. Makanya guys, menurutku pribadi buku ini memang buku anak-anak yang sayang untuk dilewatkan. Hhe 😀

 
2 Comments

Posted by on October 2, 2012 in Kids

 

Lima Sekawan 15 – Melacak Jejak Rahasia


lima sekawan 15-melacak jejak rahasia

  • Pengarang               :    Enid Blyton
  • Genre                      :    Adventure
  • Tebal                       :    208 hlm, 18 cm
  • Penerbit                   :    Gramedia
  • Harga                      :    23.000 IDR
  • Pertama terbit          :    1956
  • Cetakan ke-9            :    Agustus 2002
  • Tanggal Beli             :    –

Petualangan KELIMA BELAS mereka yang seru dan mengasyikkan!

Lima Sekawan pergi berkemah di dekat reruntuhan rumah tua. Tapi benarkah rumah itu tak ada penghuninya? Soalnya di malam hari Anne mendengar bunyi-bunyian aneh. Waktu ia memberitahu yang lainnya, mereka tak percaya. Sampai mereka melihat sinar menyeramkan di tengah malam…

Review :

Kisah kali ini dibuka oleh George yang berteriak kesana kemari memanggil ibunya. Rupanya ia ingin mengadu bahwa Timmy sedang kesakitan. Well, ya Timmy mendapat luka di belakang telinganya yang menyebabkan ia harus mendapat jahitan dan mamakai kerah kardus agar Timmy tidak menggaruk telinganya. Seharian itu George jadi jengkel karena banyak yang menertawakan Timmy. Namun kekesalannya harus segera ia pendam karena Anne sebentar lagi akan tiba. Kali ini Anne datang sendiri karena kedua abangnya sedang darmawisata ke Prancis bersama teman-teman sekolah mereka. Sayang, belum sampai Anne datang, George tidak bisa menahan diri lagi.

Malam hari, George mempersiapkan peralatan berkemah dan bekal kemudian meninggalkan surat dan pergi bersama Timmy untuk menyendiri. Setidaknya hingga luka Timmy sembuh dan anjing kesayangannya itu tidak perlu memakai kerah kardus lagi. Ia berkemah di sebuah sudut taman desa dekat sungai. Di surat yang ia tinggalkan ia menginstruksikan kalau Anne, sepupunya itu, sudah datang maka ia boleh bergabung dengan George dengan datang ke sebuah simpang jalan yang ditunjuk George sedangkan pada waktu yang telah ditentukan George akan menjemputnya.

Setelah Anne datang, ibu George menceritakan kejadian perginya George. Tentu saja Anne mengiyakan penawaran yang disampaikan padanya mengenai ikut berkemah dengan George. Setelah menunggu George lumayan lama di persimpangan jalan yang dibilang George, akhirnya sepupunya itu muncul. Rupanya dari tadi George dan Timmy bersembunyi di semak-semak untuk memastikan ibu atau ayahnya tidak menunggu di tempat lain dan membujuk dirinya agar pulang kerumah.

Ternyata lokasi George berkemah cukup menyenangkan dan tenang. Anne menyukainya. Mereka bahkan sempat tidur siang. Namun kemudian Timmy membangunkan mereka dan mengejutkan George karena anjing kesayangannya itu sedang mengunyah tulang padahal Anne tidak membawa tulang tadi. Kini George dan Anne punya kecurigaan ada orang lain yang juga berkemah di sekitar situ karena beberapa kali mereka mendengar sebuah suara aneh.

Di dekat tempat mereka berkemah memang ada sebuah rumah bobrok yang tak berpenghuni. Anne dan George berkeliling ke dalam rumah itu. Ternyata rumah itu sungguh sangat-sangat bobrok dan rusak di sana sini. Ampun.. Yang mengejutkan, Anne dan George mendengar suara-suara hewan. Aneh, padahal disitu tidak ada hewan apapun. Kemudian mereka pun kembali ke kemah. Lagi-lagi mereka mendengar suara hewan, kali ini suara kucing. Karena penasaran, George yang mencari asal suara itu. Ternyata asal suara itu dari seorang anak laki-laki berusia 12 tahun yang memiliki tampang bandel. Anak tersebut  sebenarnya cukup menyenangkan dan Anne menyukainya. Tapi anak ini melarang Anne dan George untuk mengunjungi tempatnya berkemah karena ia sedang mengadakan ekspedisi penggalian dan ia sendiri berjanji untuk tidak menganggu Anne dan George lagi.

Tapi entah kenapa malam harinya bocah lelaki itu datang lagi dan kali ini tampangnya musam cemberut. Bahkan ia tidak ingat pernah membuat perjanjian dengan Anne dan George. Selain itu bocah ini juga sedikit galak. Well, kalau menurutku anak ini pasti punya kembaran sedangkan Anne dan George belum tahu. Hhe..

Malam itu Anne terbangun dari tidurnya dan merasa kehausan. Ia pun pergi ke mata air seorang diri untuk minum. Setelah selesai saat akan kembali ke tenda ia tiba-tiba hilang arah. Ia lupa dari mana arah ia datang tadi. Ia pun melanjutkan perjalanan dengan keraguan hingga tiba-tiba ia terkaget dan berhenti karena ia melihat sebuah kilatan cahaya terang yang sangat cepat. Setelah matanya terbiasa dengan gelap malam, ia melihat bahwa ternyata ia berjalan ke arah reruntuhan rumah tua, bukannya ke arah perkemahannya. Dan cahaya itu berasal dari bangunan tua tersebut. Belum lagi ia mendengar suara orang berbisik-bisik serta langkah orang berjalan di lantai batu. Hmm.. Anne segera kembali ke perkemahan dan membangunkan George. Begitu mendengar cerita Anne, George dan Timmy ikut memeriksa bangunan tua itu, tapi tidak ada apa-apa. Bahkan George mengira Anne pasti bermimpi.

Pagi harinya Anne jadi ikutan ragu, apakah ia memang hanya bermimpi? Saat mereka mengunjungi kemah anak laki-laki kemarin, anak itu kesal dan marah karena dikiranya Anne dan George tidak menepati janji. Anne dan George pun pergi dengan kesal. Kemudian tidak jauh ia menemukan anak laki-laki itu sedang duduk-duduk sambil membaca buku. Tentu saja Anne dan George yang sudah kesal ditambah si anak yang bermuka masam tadi jadi semakin kesal lah mereka. Mereka segera pergi.

Kemudian Anne dan George menemukan sebuah telaga kecil dimana mereka bisa berenang sejenak sebelum mereka kembali ke Pondok Kirrin karena mereka kehabisan suplai makanan. Bibi Fanny menyampaikan kabar bahwa sehari dua hari lagi Julian dan Dick akan datang karena mereka sudah kembali dari Prancis. Tentu saja George dan Anne senang bukan main karena akhirnya Lima Sekawan akan berkumpul lagi.

Setelah kembali ke perkemahan, malamnya terjadi hujan yang sangat deras. Terpaksa George dan Anne berteduh di rumah tua. Namun ada kejadian aneh yang membuat Anne ketakutan dan memaksa George untuk kembali saja ke Kirrin hari berikutnya. Setelah seharian bersenang-senang, sore hari mereka benar-benar berkemas untuk kembali ke Kirrin. Tapi ternyata rencana mereka batal karena Dick dan Julian tiba-tiba muncul. Yeii, mereka berkumpul kembali! 😀

Anne dan George pun bercerita mengenai kejadian semalam, membuat Dick dan Julian berkeinginan untuk menyelidikinya. Mereka pun kembali ke rumah tua dan mencari petunjuk segala keanehan tersebut, namun tidak banyak membantu. Kemudian, malam harinya saat mereka tidur terlelap, terjadi hal yang aneh lagi. Kali ini membuat Lima Sekawan ketakutan, terutama Anne. Namun Julian dan yang lain kemudian meyakini kalau kejadian tersebut pasti perbuatan manusia untuk menakuti dirinya serta adik-adiknya agar anak-anak ini segera pergi dari rumah tua. Tentu saja hari berikutnya Lima Sekawan kembali menyelidiki dan menemukan sesuatu yang memperkuat dugaan mereka.

Karena masih merasa penasaran dan yakin kalau mereka sedang diintai oleh orang lain, mereka pun memutuskan untuk pura-pura pergi dari situ, padahal mereka hanya pindah kemah, sehingga malam harinya Julian dan Dick bisa kembali ke rumah tua tersebut dan mencari tahu apa yang sebenarnya sedang terjadi.

Betul saja, malam itu Julian dan Dick benar-benar kembali ke rumah bobrok tersebut dan mengintai. Cukup lama sampai akhirnya ada serombongan orang yang datang dan mulai sibuk mencari sebuah lubang rahasia setelah sebelumnya mereka memastikan Lima Sekawan benar-benar pergi dari situ. Dalam diam Dick dan Julian mendengarkan pembicaraan orang-orang tersebut, bahwa mereka cari sedang mencari sebuah lorong kecil dimana seseorang telah menyimpan sebuah catatan ilmiah di dalamnya. Namun hingga waktu lama berlalu, Dick dan Julian yang sedang bersembunyi merasa bosan, lorong rahasia itu tidak juga ditemukan. Setelah yakin rombongan orang itu pergi, Dick dan Julian menyelinap kembali ke perkemahan baru mereka dan kemudian menceritakan apa yang terjadi kepada Anne dan George.

Hari berikutnya, mereka pergi ke perkemahan si anak aneh bernama Guy Lawdler untuk memperingatkannya. Tapi ternyata anak itu udah terlanjur diculik oleh rombongan pencari lorong rahasia. Inilah saatnya Lima Sekawan mengungkapkan apa yang sedang terjadi. Hhaha..  ^.~d

COVER BARU (NC)

 
4 Comments

Posted by on June 3, 2012 in Kids

 

Lima Sekawan 14 – Menyamarkan Teman


lima sekawan 14-menyamarkan teman

  • Pengarang               :    Enid Blyton
  • Genre                      :    Adventure
  • Tebal                       :    240 hlm, 18 cm
  • Penerbit                   :    Gramedia
  • Harga                      :    23.000 IDR
  • Pertama terbit          :    1955
  • Cetakan ke13           :    Agustus 2006
  • Tanggal Beli             :    –

Petualangan KEEMPAT BELAS mereka yang seru dan mengasyikkan!

George benar-benar jengkel waktu seorang anak perempuan Amerika yang menginap di Pondok Kirrin, harus menyamar sebagai anak laki-laki! Tapi ini bukan saatnya bagi George untuk merasa iri, sebab Berta anak perempuan Amerika itu memang sedang bersembunyi dari para penculik, dan hanya LIMA SEKAWAN yang sanggup menjaganya!

Review :

Liburan musim panas Lima Sekawan kali ini dihabiskan di Kirrin, seperti biasa. Dan kini sisa tiga minggu waktu yang bisa mereka habiskan di Kirrin akan benar-benar mereka nikmati. Sebelum berkumpul di Kirrin, Dick dan Julian pergi melancong ke luar negeri selama sebulan penuh, sementara Anne pergi berkemah dan setelah itu ada temannya yang menginap dirumah. Sedangkan George sendiri tinggal di Kirrin.

Siang yang cerah ini Paman Quentin akan menjamu dua teman ilmuwannya. Salah satu tamu Paman Quentin berasal dari Amerika dan rupanya memiliki putri bernama Berta. Berta ini akan bersekolah di sekolah Anne dan George. Siang itu, anak-anak hanya diminta untuk memperkenalkan diri dan kemudian mereka boleh melanjutkan hari mereka dengan berpiknik. Sangat menyenangkan 😀

Seperti biasa, sehari dua hari berlalu tanpa terasa. Barulah pada hari ketiga mereka mulai merencanakan apa yang akan mereka lakukan untuk menghabiskan waktu mereka. Dan siang itu ada sesuatu yang aneh. Julian mengangkat telpon dan yang bicara adalah salah satu tamu Paman dua hari yang lalu, si orang Amerika. Dari nadanya bicaranya seperti orang bingung dan ia berpesan pada Julian agar disampaikan pada Paman bahwa dia akan datang ke Pondok Kirrin larut malam. Karena Dick sangat ingin melihat mobil besar si orang Amerika yang bernama Elbur itu, maka ia rela begadang sampai malam. Tapi anehnya, Elbur bukannya naik mobil tapi malah naik sepeda. Bahkan yang lebih aneh, orang itu masuk kerumah lewat jendela ruang kerja Paman Quentin, padahal Bibi Fanny akan membukakan pintu depan. Namun karena Dick sudah sangat mengantuk, ia pun melupakannya dan jatuh tertidur.

Keesokan harinya Paman Quentin memanggil anak-anak dan memberitahu perihal masalah Elbur. Elbur mendapat ancaman penculikan terhadap anak tunggalnya yang bernama Berta. Itulah kenapa ia meminta tolong Paman untuk menampung Berta selama tiga minggu kedepan. Seperti biasa George lah yang kesal, namun akhirnya ia luluh juga. Rencananya Berta akan datang malam ini. Benar saja, disaat anak-anak sudah terlelap, datanglah Berta. Anak perempuan itu harus berbagi kamar dengan George dan Anne. Malam itu saat Bibi Fanny mengantar Berta ke kamar, George terbangun. Ternyata Berta membawa anjing bernama Sally, tentu saja George semakin kesal. Hha..

Pagi berikutnya anak-anak berkenalan dengan Berta dan Sally. Hanya George yang cemberut. Lalu ada surat dari Elbur, ayah Berta, yang mengisyaratkan untuk menyamarkan anak tunggalnya itu dengan merubahnya menjadi anak laki-laki. Berta harus berdandan menyerupai anak laki-laki, memotong rambutnya, dan memakai nama baru. Tentu saja Berta menolak mentah-mentah, bahkan hampir menangis. Namun ia tidak berdaya. Alhasil, Bibi Fanny, Joanna ─juru masak di Pondok Kirrin─ serta anak-anak langsung meng’edit’ Berta. Bocah-bocah ini juga mendapat instruksi untuk jangan pernah meninggalkan Berta ─atau yang sekarang dipanggil Lesley─ dan melaporkan siapapun orang yang menurut mereka mencurigakan pada Bibi atau polisi setempat. Well, ya, bahkan polisi pun tahu tentang program perlindungan Berta. Hhe..

Segera, Berta pun menjadi Lesley. Walaupun dengan berat hati, ia tetap menikmati harinya sebagai bocah laki-laki. Lesley dan Lima Sekawan bersenang-senang setiap hari. Lebih dari seminggu kemudian, suatu malam terdengar gemuruh yang kencang, tanda akan timbul badai. Anne terbangun dari tidurnya. Sesungguhnya, ia tidak hanya mendengar gemuruh badai, namun juga mesin perahu motor. Saat ia melihat keluar jendela, ia merasa melihat sinar yang bergerak-gerak di teluk Kirrin. Baru pada siang harinya saat sedang bersenang-senang di pantai, mereka melihat pantulan sinar matahari dari teropong milik seseorang yang sedang berbaring di Pulau Kirrin ─tepat di seberang tempat mereka bermain. George marah karena ada orang yang berani menginjakkan kakinya di pulau miliknya itu. Bahkan untuk memata-matai mereka yang sedang bermain di pantai.

Saat Lima Sekawan tambah Lesley dan Sally pergi ke Pulau Kirrin untuk memeriksa keadaan, mereka menemukan puntung rokok. Belum lagi ternyata ada orang yang kabur dari Pulau dengan perahu motornya. Sayang anak-anak kalah cepat dan lupa membawa teropong untuk melihat nama atau ciri dari perahu itu. Sekembalinya mereka ke Teluk Kirrin, Anne yang pergi membeli es krim mendapat kabar dari sang penjual bahwa ada seseorang yang menanyakan anak-anak di Pondok Kirrin. Segera Anne menceritakan hal ini pada saudara-saudaranya.

Joanna yang mengetahui kabar ini jadi semakin kalut. Ia meningkatkan pertahanan Pondok Kirrin. Pasalnya, Bibi Fanny dan Paman Quentin terpaksa menunda kepulangan mereka seminggu lebih lama karena urusan Paman belum kelar. Ckck.. Ini nih, petualangan Lima Sekawan mulai terlihat 😀

Malam, saat anak-anak sedang bermain, George melihat seraut muka sedang mengintip dari luar jendela. Saat akan tidur, George terpaksa membawa Sally turun ke kandang Timmy karena anjing itu sangat menganggu George dan Anne. Namun terjadi sesuatu yang mengerikan, George diculik! Sudah pasti penculiknya salah mengira kalau George adalah Lesley. Barulah pagi berikutnya orang rumah menyadari hilangnya George.

Penyelidikan pun dimulai. Setelah tahu George menghilang, Joanna langsung mengamankan Lesley ke rumah saudaranya di desa tetangga, tempat dimana Jo si anak gelandangan sekarang tinggal sementara ayahnya masih dipenjara. Julian, Dick, dan Anne melakukan penyelidikan dengan bantuan Timmy yang mengendus bau George hingga mereka menemukan jejak ban mobil tidak jauh dari Pondok Kirrin. Setelah ditelusuri, ternyata mereka menemukan beberapa barang George dan secarik kertas dengan tulisan ‘Gringo’ yang pasti ditinggalkan George sebagai petunjuk.

Malam harinya, datang Jo ke Pondok Kirrin. Hhaha.. Anak itu tingkahnya tidak berubah, masih pemberani dan bandel. Tapi berkat Jo, mereka jadi tahu arti kata Gringo. Gringo ternyata adalah nama pemilik dari Pasar Malam Gringo. Hari berikutnya, Jo memperkenalkan Julian dan Dick pada Spiky, anak pemilik komidi putar di pasar malam itu. Julian, Dick, dan Jo kemudian mulai menyelidiki perihal kemungkinan George disekap di salah satu karavan milik Gringo. Dengan bantuan Spiky, petualangan mereka pun berlanjut 😀

COVER BARU (NC)

 
Leave a comment

Posted by on February 9, 2012 in Kids

 

The Secret Seven 2 – Rahasia Jejak Bundar


  • Pengarang               :    Enid Blyton
  • Genre                      :    Adventure
  • Tebal                       :    144 hlm ; 18 cm
  • Penerbit                   :    Gramedia
  • Harga                      :    20.000 IDR
  • Pertama terbit          :    1972
  • Cetakan ke-6            :    Agustus 2011
  • Tanggal Beli             :    5 September 2011

Sapta Siaga ingin melacak jejak pencuri kalung mutiara Lady Lucy Thomas. Sayang petunjuk yang ada hanya sedikit… dan membingungkan! Jejak bundar di pekarangan Milton Manor, sehelai benang biru dengan benang merah halus terjalin di dalamnya, dan sebuah topi butut!

Review :

Anggota Serikat Sapta Siaga mengadakan rapat mingguannya. Akhirnya Peter, Janet, Colin, George, Barbara, Pam, dan Jack kembali berkumpul di markas mereka, sebuah gudang tua yang terletak di ujung kebun rumah Peter dan Janet. Lagi-lagi tak ada laporan kejadian yang menarik bagi mereka. Padahal ketujuh bocah ini sudah haus akan petualangan. Empat minggu mereka tidak mengalami kejadian seru, itulah kenapa mereka merasa bosan.

Tapi kemudian mereka punya ide, yaitu bermain Indian-Indianan dan Colin lah yang jadi umpan. Ia dikejar-kejar oleh kawan-kawannya. Hhi.. Kasihan dia 🙂

Sore itu, Sapta Siaga bermain di sebuah hutan kecil penuh semak belukar yang biasa mereka sebut Hutan Semak. Letak hutan ini kurang-lebih satu kilometer dari rumah Peter dan Janet, di seberang ladang, dan di tepi hutan itu ada sebuah rumah besar yang dikelilingi pagar tembok tinggi. Rumah ini adalah milik seorang bangsawan bernama Milton, sehingga rumahnya bernama Milton Manor.

Saat sedang bersembunyi dari kejaran teman-temannya, dari diatas pohon, sekelebat Colin melihat seseorang diatas tembok Milton Manor yang besar. Ia heran, siapakah orang itu? Kemudian Ia melihat orang itu bersembunyi diantara belukar yang sialnya malah berpapasan dengan Peter. Si orang misterius langsung lari pontang-panting dan kini giliran Colin yang kena sial karena ternyata orang itu berlari dan memanjat pohon yang sama dengan yang dijadikan tempat persembunyian Colin! Alhasil Colin yang malang tidak bisa dan tidak berani menyahut panggilan kawan-kawannya karena laki-laki itu duduk di dahan pohon tepat di bawah kaki Colin. Ia terlalu takut untuk bersuara. Saat teman-teman Colin menyerah dan pulang, si orang misterius pun turun dari pohon dan langsung menghilang. Sementara itu Colin dengan sangat diam-diam juga turun dari pohon dan berlari kembali ke markas Sapta Siaga. Sesampainya disana ia segera menceritakan pengalamannya pada teman-temannya. Seperti Colin, anak-anak yang lain juga tidak tau apa yang dilakukan pria itu d hutan. Baru malam harinya Peter dan Janet mendengar kabar dari radio bahwa kalung mutiara yang indah dan sangat berharga milik Lady Lucy Thomas di curi dari kamar tidurnya di Milton Manor. Sapta Siaga pun menyadari bahwa laki-laki yang mereka lihat sore tadi adalah si pencuri yang sedang dicari-cari! Peter dan Janet segera membuat undangan rapat bagi Sapta Siaga 🙂

Hari berikutnya, jam sepuluh anak-anak berdatangan ke markas dengan menyebutkan kata sandi mereka ketika masuk gudang. Dalam rapat mereka memutuskan untuk melaporkan kejadian kemarin pada pak inspektur. Lantas, merekapun pergi ke kantor polisi. Sepulang dari kantor polisi mereka kembali ke tempat dimana mereka bertemu si pencuri karena sapa tahu mereka menemukan suatu petunjuk penting. Benar saja, mereka menemukan pola jejak berbentuk bulat dengan diameter 7-8 cm. Selain itu mereka juga menemukan seutas tali biru dengan anyaman benang merah d dalamnya. Bahkan, Skippy pun menemukam sesuatu, topi yang tergelantung di atas dahan.

Berdasarkan petunjuk itulah Sapta Siaga mencari si pencuri. Dan dugaan mereka bahwa si pencuri adalah seorang akrobat diperkuat dengan adanya sekelompok pemain atraksi akrobat yang sedang manggung di kota mereka. Mereka pun pergi nonton acara itu. Benar saja, Colin dan Peter mengenali salah seorang pemain akrobat sebagai orang yang mereka temui di Hutan Semak. Seusai pertunjukan ketujuh anak ini menghampiri si pemain akrobat dengan dalih minta tanda tangan. Tapi kemudian ada satu hal yang membuat Sapta Siaga kecewa, karena rupanya bukan orang itu yang mereka cari.

Hari berikutnya, Janet, Peter, Colin dan Pam datang lagi ke lapangan tempat sirkus bermain. Mereka menemui Trinkulo, si lelaki yang sebelumnya mereka duga sebagai si pencuri. Kemudian Trikulo yang baik hati mengajak anak-anak berkeliling. Untuk kedua kalinya mereka bertemu dengan Louis si pemuda berwajah masam. Karena tak bisa berlama-lama, mereka pun berpamitan. Saat perjalanan keluar dari arena perkemahan para artis sirkus, Pam melihat sepasang kaus kaki berwarna biru yang cocok dengan benang yang mereka temukan di TKP, dan kali ini mereka sangat yakin dengan temuan mereka. Hanya saja, milik siapa kaus kaki ini?? Belum sempat menanyakannya, mereka sudah keburu diusir oleh seorang wanita tua yang galak. Sayang sekali 😉

Lalu mereka punya ide, Peter dan Colin pergi nonton pertunjukan lagi, tapi ditengah acara mereka akan menyelinap untuk melihat karavan yang mereka curigai. Sayangnya karena malam itu gelap, kedua anak ini masuk karavan yang salah, dan sialnya si pemilik karavan kembali. Mereka terpaksa bersembunyi dalam kolong kursi. Tentu saja mereka jadi bisa mendengarkan pembicaraan si pemilik karavan dengan seseorang berkaus kaki biru! Wah, siapakah dia? Tentu saja Peter dan Colin tidak dapat melihat muka orang itu karena tempat persembunyian merera yang di dalam kolong. Saat si pemilik karavan keluar dari karavannya, nasib Peter dan Colin semakin sial karena pintu karavan terkunci dari luar! Belum lagi kemudian keberadaan kedua bocah ini diketahui orang itu. Haiss, tamat suda riwayat kedua anak ini. Hhaha.. Tapi jelas, petualangan mereka ga berenti gitu aja dong 😀

 
5 Comments

Posted by on January 31, 2012 in Kids

 

The Secret Seven 1 – Serikat Sapta Siaga


  • Pengarang               :    Enid Blyton
  • Genre                      :    Adventure
  • Tebal                       :    128 hlm ; 18 cm
  • Penerbit                   :    Gramedia
  • Harga                      :    20.000 IDR
  • Pertama terbit          :    1949
  • Cetakan ke-6            :    Agustus 2011
  • Tanggal Beli             :    31 Agustus 2011

Lencana Jack terjatuh ketika Sapta Siaga sedang membuat boneka salju. Terpaksa malam-malam ia mencarinya. Di malam itu Jack melihat mobil gandeng berhenti di depan rumah kosong. Dua laki-laki turun dan membuka pintu mobil. Tiba-tiba terdengar dengusan marah, disusul jeritan yang melengking tinggi, lalu suara pergumulan, diselingi napas terengah-engah dua laki-laki…. Wah, ini kasus yang cocok untuk Sapta Siaga!

Review :

Serikat Sapta Siaga adalah sebuah perkumpulan yang terdiri dari tujuh anak bernama Peter, Janet, George, Pam, Colin, Jack, dan Barbara. Awalnya, perkumpulan ini didirikan oleh Peter dan adiknya, Janet . Mereka beranggapan, pasti asyik bila membentuk suatu kelompok rahasia. Para anggotanya harus hafal kata sandi yang dirahasiakan dan memakai sebuah lencana berupa kancing dengan tulisan SS di baju mereka. Ihir.. Satu lagi seri petualangan karya Enid Blyton yang pasti juga santai dan seru 😀

Setelah liburan Natal yang sibuk, akhirnya Serikat Sapta Siaga kembali mengadakan rapat rahasia. Mereka berkumpul di sebuah gudang yang mereka sebut sebagai “Rumah Penggilingan Tua”. Agenda pertama, mereka harus menentukan kata sandi baru untuk digunakan kemudian. Wah, wah.. lucu. Belum lagi anak-anaknya memiliki sifat yang beragam, jadi terasa ramai perkumpulan ini ^^, Setelah itu mereka membicarakan tentang kegiatan Sapta Siaga yang akan mereka lakukan.

Usai perkumpulan, mereka pergi ke sebuah lapangan untuk bermain-main. Mereka membuat sepasukan boneka salju. Namun saat tiba dirumah, Jack baru sadar kalau ia kehilangan lencananya. Karena sudah kena marah Miss Ely ─pengasuh Susie, adik perempuan Jack─ dan tidak diperbolehkan keluar rumah lagi, maka ia terpaksa menyelinap malam harinya.

Untung lencana itu cepat ia temukan. Saat akan pulang, lampu senternya mati, dan ada sebuah mobil gandeng yang berhenti di depan sebuah rumah tua kosong. Umm, sebenarnya ada si penjaga rumah yang galak dan tuli yang tinggal di rumah itu. Hanya saja, ia pasti tidak mendengar kalau ada mobil yang datang.

Jack terpaksa bersembunyi di balik pagar dan mendengarkan perbincangan dua orang yang saling menyapa Nibs dan Mac itu. Kemudian Jack memutuskan untuk pergi dengan mengendap-endap. Tapi lantas ia lari tunggang langgang karena ia mendengar sesuatu yang mengerikan saat kedua orang itu membuka gandengan mobil. Ia mendengar bunyi dengusan marah yang disusul pekik melengking tinggi. Sesudah itu keributan pergumulan, diselingi nafas terengah-engah yang berasal dari kedua orang yang dilihatnya tadi. Jack tidak bisa menerka, bunyi apa gerangan tadi??

Sesampainya di rumah, Jack kembali bersemangat. Inilah misteri yang harus dipecahkan Sapta Siaga! Ia segera menulis surat dan pergi ke gudang pertemuan, menyelipkan surat yang berisi permintaan untuk segera diadakan rapat, yang besok pasti sudah dibaca oleh Peter, sang ketua Serikat.

Benar saja, pagi harinya Janet yang menemukan surat itu dan menyerahkannya pada Peter. Akhirnya mereka mengundang kawan-kawannya untuk rapat dadakan ini. Jack pun menceritakan kejadian yang ia alami semalam. Mereka dengan semangat mendiskusikannya. Yang terjadi berikutnya, mereka sudah membagi tugas atas apa yang harus mereka lakukan untuk menyelidiki misteri ini.

Siang harinya mereka berkumpul lagi dan melaporkan hasil pengamatan serta penyelidikan mereka. Karena sebuah spekulasi tentang kemungkinan kembalinya si dua orang asing itu lagi, maka keempat anak laki-laki memutuskan untuk mengintai rumah kosong malam nanti. Tentu saja mereka harus menyamar sebagai manusia salju dan mengajak anjing Peter yang bernama Skippy untuk jaga-jaga. Wahwah, semakin seru nih. Apalagi setelah itu mereka mendengar suara pekikan dari dalam rumah. Peter dan Jack pun pergi menyelinap ke dalam rumah sementara Colin dan George berjaga di luar. Hhe..

Pada dasarnya, saking ringannya cerita buku ini, aku sampai udah bisa menebak siapa yang sebenarnya terkurung di rumah itu sejak Sapta Siaga mengadakan penyelidikan pertama kali. Dan dugaanku benar saja. Ahhahai.. Dasar buku anak-anak 😀 Tapi overall, aku suka!

 
2 Comments

Posted by on September 25, 2011 in Kids

 

Lima Sekawan 13 – Rawa Rahasia


lima sekawan 13-rawa rahasia

  • Pengarang               :    Enid Blyton
  • Genre                      :    Adventure
  • Tebal                       :    256 hlm, 18 cm
  • Penerbit                   :    Gramedia
  • Harga                      :    23.000 IDR
  • Pertama terbit          :    1954
  • Cetakan ke-14          :    Juli 2008
  • Tanggal Beli             :    –

Petualangan KETIGA BELAS mereka yang seru dan mengasyikkan!

Apa sih yang membuat Rawa Rahasia dinamakan seperti itu? Mengapa kaum kelana selalu pergi ke sana di waktu-waktu tertentu? Apakah mereka melakukan sesuatu yang misterius di sana? Lima Sekawan begitu ingin tahu, hingga nekat membuntuti kaum kelana yang akan berkemah di Rawa Rahasia… Tapi tiba-tiba kabut tebal turun dan menyelimuti rawa itu, hingga LIMA SEKAWAN tersesat dan tercerai berai…

Review :

George dan Anne terjebak satu minggu liburan di sebuah peternakan kuda. Well, kalau Anne sih senang-senang saja karena ia sangat suka menunggang kuda. Tapi George bosan setengah mati. Apalagi ada anak perempuan yang tingkahnya mirip George. Namanya Henrietta dan hanya mau menyahut kalau dipanggil Henry, sama seperti Georgina yang hanya mau menyahut kalau dipanggil George. Hha..

Di Captain Johnson’s Riding School ini, banyak anak-anak yang menghabiskan waktu liburan disini. Saat ini setidaknya ada sepuluh anak dan mereka menikmati saat-saat mereka menginap di Istal, termasuk Anne, walaupun tidak dipungkiri, sama seperti George, ia juga merindukan kedua abangnya ─Julian dan Dick─ yang sedang berkemah bersama kawan-kawan sekolah mereka. Untung kemudian datang telegram dari Julian dan Dick yang mengatakan bahwa mereka akan datang ke Istal. Jadi George bisa kembali bersemangat mengingat akan bertemu dengan sepupu-sepupunya lagi.

Akhirnya Julian dan Dick tiba. Sayang George harus marah karena yang menjemput kedua sepupunya ini malah Henry karena suatu sebab. Wah wah, perang antara George dan Henry rupanya sulit untuk di padamkan nih. Hhe.. Sama-sama keras kepala. Keduanya di gambarkan oleh Enid Blyton dengan miripnya 🙂

Saat Lima Sekawan sedang bersantai, muncul anak kaum pengelana yang biasa di panggil Si Ingus. Si Ingus ini datang untuk mengambil kudanya ─Clip─ yang sebelumnya ia titipkan pada Kapten Johnson untuk diobati luka di kakinya. Tapi kemudian Si Ingus ditempeleng oleh ayahnya dan diperintahkan untuk mengambil Clip lagi karena kelompok pengelana mereka harus segera berangkat ke Rawa Rahasia.

Untuk mempermudah, Si Ingus menyarankan agar ayahnya tetap berangkat dengan menumpang salah satu karavan yang lain sementara Si Ingus akan menyusul sehari dua hari kemudian. Umm, buat kaum pengelana rupanya tidak sulit untuk mencari jejak karena mereka punya isyarat jejak patrin yang biasanya di tinggalkan oleh pengelana sebelumnya untuk mereka yang tertinggal di belakang.

Malam harinya Julian dan Dick tidur di dalam Istal bersama dengan Clip, kuda Si Ingus. Tapi ada seseorang yang tersandung kaki Julian yang melintang. Ternyata ayah Si Ingus yang ingin mengambil Clip! Dan ternyata kepala rombongan pengelana ─Barney Boswell─ menghendaki kelompoknya pergi semua bersama-sama. Jadi ia marah pada ayah Si Ingus. Namun dengan ancaman dari Julian bahwa ia akan membangunkan Kapten Johnson, si ayah memutuskan untuk pergi walau dengan bersungut-sungut. Dick dan Julian jadi penasaran, apa yang kelompok ini lakukan di Rawa Rahasia sebenarnya, karena menurut cerita yang mereka dapat, di sana tidak ada sesuatu yang menarik yang bisa mereka lakukan.

Hari berikutnya, Lima Sekawan memutuskan akan pergi berkuda ke Rawa Rahasia. Namun kemudian Julian beserta adik-adiknya memutuskan untuk mengajak Henry. Tentu saja George marah dan merajuk. Dengan alasan sakit kepala, George dan Timmy akhirnya tidak jadi ikut. Kali ini mengikuti saran Bu Johnson, Julian dan kedua adiknya membiarkan saja keputusan George dan meninggalkannya untuk sekedar pelajaran bagi George agar tidak mudah merajuk. Well, ternyata George juga menyesali sikapnya yang keras kepala hingga membuat ia tidak bisa ikut bersenang-senang dengan saudara-saudaranya.

Di Rawa Rahasia, rombongan Julian bertemu dengan rombongan kaum kelana, namun sikap mereka sangat tidak bersahabat. Akhirnya Julian dkk memutuskan untuk melanjutkan petualangan. Saat akan kembali ke Milling Green, mereka malah tersesat. Untung mereka menemukan jalur rel tua yang sudah terpendam pasir dan tanah dan nyaris tidak tampak lagi. Pasti rel itu sudah sangat lama berada di sana. Mereka pun memutuskan untuk mengikuti jalur itu dan berharap semoga membawa mereka ke arah Milling Green. Benar saja! Akhirnya mereka bisa kembali dan mereka memutuskan untuk menjelajahi ujung rel yang satunya, besok.

Sementara itu, ternyata seharian George tidak kesepian, ada Si Ingus dan Liz ─anjing Si Ingus─ yang menemaninya. Ia merasa terhibur dengan ulah Liz yang memang bentuknya seperti segumpal wol hitam. Liz campuran berbagai jenis anjing, termasuk pudel, spanil, dan berbagai macam ras lainnya. Biar kecil, ternyata anjing itu sangat lucu dan lincah. Bahkan Timmy digambarkan sangat keheranan melihat tingkah Liz 😀 Selain itu, George pergi ke karavan Si Ingus dan diajari patrin olehnya.

Sore harinya, George dan kawan-kawan kembali berkumpul. Bahkan George dan Henry sudah berbaikan, tidak saling mengejek lagi. George menceritakan pengalamannya dan Julian serta yang lain juga menceritakan perihal penemuan mereka. Kapten Johnson sangat tertarik mendengar tentang rel itu. Ia tidak tahu menahu kalau pernah ada lintasan kereta di Rawa Rahasia karena memang beliau dan Bu Johnson baru tinggal di daerah situ selama lima belas tahun. Kapten pun menyarankan anak-anak untuk bertanya pada Pak Ben, pandai besi di desa itu yang sudah berumur delapan puluh tahun dan tinggal disini sejak beliau lahir. Jadi mungkin beliau tahu tentang rel itu.

Disisi lain, Julian dan yang lainnya tak habis pikir, kemana sebenarnya rombongan pengelana itu pergi. Pasalnya, ujung lain dari rel ternyata mengarah ke pesisir Rawa Rahasia, dimana yang ada hanya tebing-tebing curam yang tidak bisa di daki, tidak bisa untuk berenang atau berperahu, bahkan tidak ada pantai, padahal kelompok ini rutin pergi kesana, setidaknya tiga bulan sekali. Karena penasaran, anak-anak pun memutuskan untuk menyelidikinya besok.

Berbekal informasi yang di dapatkan dari Pak Ben si pandai besi dan  patrin-patrin yang banyak dibuatkan Si Ingus, anak-anak pun mengikuti jejak rombongan kelana, dan yang mengejutkan, mereka menemukan sesuatu yang diluar dugaan. Umm, as usual kan.. Petualangan mereka kali ini pun nggak kalah seru.  Apalagi ada Henry yang turut meramaikan suasana 😀

COVER BARU (NC)

 
5 Comments

Posted by on September 18, 2011 in Kids

 

Lima Sekawan 12 – Dalam Lorong Pencoleng


lima sekawan 12-dalam lorong pencoleng

  • Pengarang               :    Enid Blyton
  • Genre                      :    Adventure
  • Tebal                       :    256 hlm, 18 cm
  • Penerbit                   :    Gramedia
  • Harga                      :    23.000 IDR
  • Pertama terbit          :    1953
  • Cetakan ke-10          :    Agustus 2002
  • Tanggal Beli             :    –

Petualangan KEDUA BELAS mereka yang seru dan mengasyikkan!

Kali ini LIMA SEKAWAN yakin di daerah pesisir Cornwall yang sepi ini tak akan ada petualangan. Tapi, ketika suatu malam mereka melihat sinar memancar dari sebuah menara tua, mereka jadi bertanya-tanya. Betulkah di zaman sekarang ini masih ada pencoleng yang merampok kapal-kapal yang lewat dengan menyalakan suar palsu?

Akankah besok mereka menemukan kapal yang pecah berkeping-keping karena dijebak oleh para pencoleng itu?

Review :

Liburan kali ini Lima Sekawan akan melancong ke Tremannon Farm di Cornwall. Mereka membawa serta sepeda mereka dengan kereta api dari stasiun Kirrin. Setelah berkali-kali berganti kereta, akhirnya mereka tiba di Halte Polwilly, stasiun yang paling dekat dengan Tremannon Farm. Dari Halte Polwilly, mereka melanjutkan perjalanan dengan mengendarai sepeda. Halte ini sendiri sangatlah kecil, hanya berupa pangkalan kecil yang terbuat dari kayu, letaknya terpencil, dikelilingi padang rumput dan bukit-bukit rendah. Bahkan kemanapun mata memandang, tidak satupun tampak bangunan. Tapi mereka bisa melihat birunya lautan di kejauhan. Digambarkan dengan sangat indah pula. Wew..

Setelah 4 mil berkendara, mereka akhirnya tiba di Tremannon Farm dan disambut oleh Bu Penruthlan yang ramah, sang pemilik pertanian. Beliau sudah mempersiapkan hidangan yang lezat dan mengenyangkan bagi perut Julian dan adik-adiknya. Saat makan, muncul Pak Penruthlan yang gagah tinggi besar dan setiap ditanya Bu Penruthlan, beliau hanya menjawab ‘ah’ atau ‘kok’ dan rupanya Bu Penruthlan pun mengerti yang dimaksud si Bapak. Hhahaha.. Nah, dari Pak Penruthlan lah anak-anak tahu kalau akan ada pertunjukan sirkus yang datang ke desa itu. Namanya The Barneys. Biasanya kalau mereka datang, pertunjukan akan diadakan di lumbung pertanian Tremannon. Ah, anak-anak senang mendengarnya. Mereka bahkan udah nggak sabar buat nonton The Barneys.

Ada seorang bocah yang terus membuntuti Lima Sekawan sejak mereka jalan-jalan usai makan di hari pertama. Anak itu sangat kumal dan tampak bodoh. Namanya Yan. Bocah ini hanya tinggal bersama kakek buyutnya yang beda umur delapan puluh tahun dengannya. Alamak.. Walaupun kasian, tapi kehadiran bocah ini semakin membuat Dick, George dan Julian jengkel. Bahkan malam pertama mereka di pertanian, Julian terbangun karena Yan yang mengendap-endap di bawah jendela kamarnya. Ohoh..

Selama tiga hari pertama mereka berlibur, mereka hanya bermalas-malasan. Lalu mereka pergi ke pantai dimana banyak terdapat bebatuan, namun mereka memilih sebuah palung yang airnya tenang untuk berenang. Well, bukan suatu hal yang mengejutkan lagi kalau mereka memergoki Yan mengintip dari balik karang. Aduh, kasihan juga sebenarnya. Tapi karena suatu hal, kini anak-anak itu mulai mengajak bicara Yan, kecuali George tentu saja. George tidak suka kalau Timmy bercanda-canda dengan orang lain yang baru dikenalnya. Dasar George, lebih sering bermuka masam dia 🙂

Sore hari berikutnya, Lima Sekawan mengunjungi kakek Yan. Si kakek tua ini banyak bercerita tentang masa para pencoleng beraksi di pantai Tremannon. Namun beliau tidak mau bercerita tentang Lorong Pencoleng yang digunakan para pencoleng dulu. Beliau bilang kalau letak Lorong Pencoleng adalah rahasia keluarganya, dan tidak ada orang lain yang tahu. Yups, kakek buyut Yan ini dulu termasuk dari keluarga pencoleng sih. Ckck.. Lima sekawan kecewa karena mereka sangat penasaran dengan Lorong Pencoleng. Tapi ada hal lain yang juga bikin penasaran, tentang lampu suar tersembunyi yang akhir-akhir sering dilihat si kakek menyala kembali. Padahal bangunan tua tempat suar palsu dulu dibuat itu sudah rusak dan hampir runtuh. Siapa gerangan yang menyalakannya? Apakah akan ada kapal yang terjebak lagi dengan suar palsu ini?

Karena menurut cerita kakek Yan suar palsu akan menyala saat badai, maka malam itu Lima Sekawan memutuskan akan menyelidikinya. Malam hari, Julian dan Dick beneran pergi ke bangunan tua itu untuk melihat siapa yang menyalakannya. Waktu dalam perjalanan, Dick melihat seseorang yang berjalan di depan mereka. Berdua, mereka mendekat dengan mengendap-endap. Saat akan meloncat pagar, seseorang mencengkeram pundak Dick dan berusaha menangkap Julian. Untung kedua anak ini berhasil mengelak dan bersembunyi. Rupanya orang itu adalah Pak Penruthlan!

Esok harinya Julian dan Dick menceritakannya pada George dan Anne. Lalu datang Yan yang mengabari kalau semalam ia dan kakeknya melihat suar itu lagi. Hadoo.. Tentu saja anak-anak ini ingin mendatangi bangunan suar palsu itu lagi. Malam harinya Julian dan Dick akhirnya melihat suar palsu itu berkat bantuan Yan. Sekembalinya ke peternakan mereka menemukan seseorang sedang memeriksa isi barang bawaan The Barneys yang sekarang sudah tiba disana dan tidur di gudang-gudang peternakan. Dan ternyata, lagi-lagi orang itu adalah Pak Penruthlan! Wow. Segera setalah kedua anak ini kembali ke dalam rumah mereka membangunkan George dan Anne dan menceritakan pengalaman mereka.

Keesokan harinya anak-anak ini hampir lupa dengan kejadian semalam karena mereka terlalu sibuk membantu Bu Penruthlan mempersiapkan hidangan super banyak untuk mereka dan para artis pertunjukan. Ohoh. Pesta besar.. Mereka juga membantu para artis mempersiapkan properti pertunjukkan. Tentu saja malamnya pun pertunjukan The Barneys berjalan sukses. Para penonton bersenang-senang, termasuk Lima Sekawan 😀

Barulah hari berikutnya Lima Sekawan melakukan perjalanan ke arah menara suar palsu. Menara Pencoleng ini berupa sebuah rumah yang memiliki menara yang masih cukup untuh, walaupun rumahnya sendiri sudah sangat rusak. Di pintu depan rumah mereka menemukan tumpahan minyak tanah di tiap-tiap anak tangga menuju ke atas menara. Dengan hati-hati anak-anak ini menyusuri tangga naik ke atas dan menemukan bahwa bahwa bangunan ini benar-benar spot yang ideal untuk mengamati kapal-kapal yang melintas. Lima Sekawan pun berspekulasi panjang lebar mengenai bagaimana cara kerja Para Pencoleng dulu, dan sekarang.

Saat menjelajahi bangunan inilah mereka menemukan sebuah lorong di dalam perapian. Tentu saja mereka kemudian masuk dan menjelajahi lebih jauh. Mereka menemukan bahwa lorong ini mengarah ke berbagai tempat. Namun ternyata ada seseorang disitu dan Lima Sekawan terkurung di dalam salah satu gua. Wahwah.. Ini nii, petualangan Lima Sekawan jadi semakin seru deh. Belum lagi ternyata malam itulah saatnya para Pencoleng beraksi 😀

COVER BARU (NC)

 
1 Comment

Posted by on September 2, 2011 in Kids

 

Lima Sekawan 11 – Sarjana Misterius


lima sekawan 11-sarjana misterius

  • Pengarang               :    Enid Blyton
  • Genre                      :    Adventure
  • Tebal                       :    192 hlm, 18 cm
  • Penerbit                   :    Gramedia
  • Harga                      :    23.000 IDR
  • Pertama terbit          :    1957
  • Cetakan ketigabelas :    Agustus 2006
  • Tanggal Beli             :    –

Petualangan KESEBELAS mereka yang seru dan mengasyikkan!

LIMA SEKAWAN sedang berlibur dengan karavan di dekat sebuah puri kuno yang nyaris runtuh! Tapi puri itu ada penghuninya Lima Sekawan melihat seraut wajah di jendela menaranya!
Siapakah yang tinggal disana?

Review :

Kali ini George harus ketinggalan waktu liburan bersama sepupu-sepupunya karena ia dilarang pergi oleh orang tuanya. Ia harus menghabiskan awal liburannya di atas kasur karena ia terserang batuk dan pilek. Jadi ibunya memaksa dia untuk beristirahat. Tentu saja George terus-terusan merajuk karena dilarang pergi. Julian dan adik-adiknya sekarang sedang berkelana dengan karavan pinjaman mereka. Tentu saja George ingin segera bergabung dengan mereka. Untungnya ia berhasil meyakinkan ibunya bahwa ia sudah sembuh dan akhirnya ibunya mengijinkannya untuk menyusul Julian, Dick, dan Anne ke bukit dekat Puri Faynights.

Hari berikutnya, George naik kereta ke Faynights dan saudara-saudaranya sudah menantikan kedatangannya. Untung kemarin George sudah mengirim kartu pos untuk mengabari kedatangannya. Setelah berkumpul, mereka pun pergi ke sebuah toko yang menjual es krim untuk merayakan kedatangan George dan Timmy. Dari ibu penjual, mereka mendapat informasi bahwa akan ada pasar malam yang menghadirkan banyak atraksi yang cukup berbahaya. Tentu saja anak-anak sangat tertarik untuk datang ke pasar malam. Apalagi tempat mereka memarkir karavan sekarang akan menjadi tempat utama pemberhentian karavan-karavan orang pasar malam. Pasti suasana akan seru dan mengasyikan bagi mereka.

Saat di desa ternyata Julian tidak lupa membeli koran. Dengan koran itu mereka mengecek ramalan cuaca. Lalu perhatian mereka terhisap ke sebuah berita menganai dua sarjana terkenal yang menghilang dan diduga melarikan diri ke Prancis dengan membawa dokumen-dokumen penting. Kedua sarjana itu bernama Derek Terry-Kane dan Jeffrey Pottersham. Kemarin saat mendengar kabar itu Julian sempat membuat kaget Bibi Fanny dengan menanyakan apakah Paman Quentin ada dirumah, menghilang atau tidak? Hhaha.. Rupanya ia takut kalau sarjana yang dimaksud adalah paman mereka dan Paman Quentin menghilang karena diculik. Tapi kini mereka lebih tenang karena selain mendapat konfirmasi bahwa pamannya baik-baik saja, mereka juga sudah tahu nama kedua sarjana ini.

Saat  mereka kembali dari jalan-jalan, mereka melihat beberapa karavan lain yang sudah terparkir di dekat karavan mereka. Hati mereka langsung membuncah. Pasti itu karavan orang-orang pasar malam. Sayangnya perkenalan pertama mereka dengan orang pasar malam kurang mengesankan. Masalahnya, saat mereka tiba di salah satu karavan, Timmy terus menggongong di dekat sebuah kotak persegi besar yang rupanya isinya adalah dua ular sanca besar-besar yang membuat anak-anak ngeri, bahkan juga Timmy. Sang pawang ular marah-marah pada anak-anak ini dan memperingatkan mereka agar tidak mendekati karavannya lagi. Saat itulah datang karavan dengan nama tertera “Pak Karet”. Yah, sudah pasti ialah si manusia karet yang tadi sempat dibicarakan oleh penjual eskrim di desa. Yang mereka tahu selanjutnya adalah bahwa orang yang menghuni satu lagi karavan disitu bernama Bufflo dan Skippy, namun mereka belum tahu apa profesi keduanya. Kini mereka semakin tidak sabar menantikan karavan-karavan yang lain tiba 🙂

Hari berikutnya mereka memang benar, kira-kira ada lima karavan lain yang sudah datang. Seusai sarapan, Anne dan George pergi ke desa terdekat untuk belanja dan mereka pergi bersamaan dengan tiga wanita dari kelompok orang pasar malam. Sedangkan Julian dan Dick memutuskan untuk berkeliling dan menyapa para artis pasar malam. Tapi ternyata dua kelompok kecil ini tidak mendapat sambutan yang baik, baik itu Anne dan George ataupun Julian dan Dick. Orang-orang pasar malam selalu memperingatkan mereka agar menjauh dari tanah perkemahan mereka. Lah, padahal kan Lima Sekawan duluan yang tinggal di sini. Julian pun sempat marah karenanya. Tapi akhirnya mereka memutuskan untuk menyuekin orang pasar malam. Seusai makan siang, mereka membaca surat dari Bibi Fanny yang mengatakan bahwa Paman Quentin terus marah-marah setelah mendengar kabar tentang menghilangnya dua sarjana karena salah satunya dulu sempat menjadi rekan kerja Paman Quentin dan beliau tidak percaya kalau Terry-Kane ini adalah pengkhianat negara, mencuri dokumen rahasia dan menjualnya pada negara lain. Saat membaca koran, ada secuil berita juga mengenai dua sarjana ini. Well, cukup untuk berita tentang sarjana ini. Karena cuaca hari itu cerah sekali, mereka memutuskan untuk jalan-jalan ke pantai yang berjarak dua mil dari tempat mereka memarkir karavan. Yah, setidaknya mereka ke sana dengan bus sebelum kemudian melanjutkan perjalanan dengan berjalan kaki.

Keindahan laut membuat mereka takjub, bahkan Anne ingin berenang, padahal saat itu masih bulan April, tentu saja air laut masih sedingin es. Lantas mereka pergi ke dermaga dan mengobrol dengan sejumlah nelayan yang ramah. Senangnya disambut dengan ramah begini, tidak seperti orang-orang pasar malam yang kasar dan suka memelototi mereka. Karena hari menjelang sore, mereka berpamitan dan memutuskan kembali ke perkemahan karavan dengan berjalan kaki. Sesampainya di perkemahan, mereka tertegun, dua karavan mereka hilang! Astaga. Jahatnya orang-orang pasar malam itu! 😦 Ternyata karavan mereka dipindahkan ke lapangan sebelah karena orang-orang pasar malam tidak suka dengan kehadiran anak-anak di sekitar mereka. Karena hari sudah malam, anak-anak memutuskan untuk beristirahat dan akan mendiskusikan hal ini keesokan harinya. Benar saja, belum juga mereka bangun, seseorang sudah menggedor pintu karavan dan ia marah-marah. Rupanya orang itu adalah sang pemilik tanah pertanian dimana sekarang dua karavan ini tertambat. Orang itu mengusir anak-anak dan mengancamnya. Anak-anak semakin bingung, namun Julian tetap bisa bersikap tenang sementara adiknya, Anne, cemas bukan main.

Julian dan Dick kembali lagi ke perkemahan orang-orang pasar malam, meminjam kuda untuk menghela karavan-karavan mereka kembali ke tempat semula. Saat ketegangan terjadi, muncul seorang kenalan lama yang membuat mereka semua tercengang. Ternyata anak itu adalah Jo, si gelandangan. Diceritakan Jo ini sedang menyusul pamannya yang berkemah disini, dan ya, pamannya adalah Pak Alfredo, si penelan api. Ckck.. Lalu dengan semangat Jo pun bercerita pada orang-orang pasar malam mengenai petualangannya bersama Lima Sekawan, sementara Julian dan Dick kembali ke tempat Anne dan George menunggu dan mereka bercerita tentang kemunculan Jo. Tentu saja Anne senang, hanya saja George sedikit tidak senang karena ia sebenarnya iri pada Jo yang terlalu mirip dengannya dan bisa lebih banyak hal daripada dirinya. Namun berkat bantuan Jo, akhirnya kedua karavan bisa kembali ke tempat semula. Tapi Julian sudah memutuskan, mereka tetap akan pergi dari perkemahan esok hari. Walaupun George dan Anne mengatakan sudah tidak masalah lagi tinggal disana, apalagi sekarang orang-orang pasar malam bersikap sangat baik dan manis. Namun Julian tetap bersikukuh akan pergi karena ini mengenai harga diri, dan Dick memahami perasaan abangnya itu. Akhirnya Julian memutuskan, mereka bisa tinggal kalau ada keadaan yang memang memaksa mereka untuk tinggal.

Sore harinya, saat waktunya minum teh, terjadi sesuatu yang aneh. Dick sedang asyik melihat burung-burung  yang beterbangan di sekitar menara Puri Faynights dengan teropong George saat tiba-tiba ia melihat seraut wajah. Julian pun mengatakan hal yang sama. Hanya saja saat George dan Anne yang melihat, wajah itu sudah menghilang. Nah, ini baru benar-benar aneh karena waktu menunjukkan sudah lewat waktu berkunjung di Puri. Dan lagi wajah itu terlihat bingung. Akhirnya mereka memutuskan untuk mengunjungi dan menyelidiki Puri itu esok harinya, dan itu berarti mereka akan menunda kepindahan mereka.

Malam harinya mereka diundang untuk makan malam bersama Pak Alfredo. Mereka pun berkumpul di sekitar api unggun dan terjadi hal-hal yang menarik. Pak Alfredo melakukan pertunjukkan menelan api nya dan ini membuat anak-anak terkagum-kagum. Belum lagi Jo yang bermain dengan salah satu ular sanca tanpa terlihat takut sama sekali. Pokoknya malam itu berlalu dengan indah 🙂

Hari berikutnya mereka beneran mengunjungi Puri, dan mengamati sekeliling. Saat meneliti satu-satunya menara yang masih tampak utuh, mereka kecewa. Ternyata bangunan itu tidak seutuh yang dikira. Tangga menuju puncak menara sudah runtuh, dan pintu masuk terhalang oleh batu-batu besar dari tembok dalam yang sudah ambruk. Jadi bagaimana mungkin orang yang Dick dan Julian lihat itu bisa naik ke atas? Kini mereka meragukan penglihatan mereka kemarin sore. Mungkin saat itu memang pembiasan cahaya. Namun mereka menemukan beberapa keganjilan. Dan tentu saja hal ini semakin membuat mereka ingin menyelidiki lebih lanjut, apalagi dugaan mereka mengarah pada kemungkinan hal ini berkaitan dengan dua sarjana yang menghilang, karena kata nenek tua penjual tiket di pintu gerbang mengatakan bahwa seminggu yang lalu datang dua orang dari kantor Perhimpunan Kelestarian Bangunan-bangunan Kuno. Namun setelah Julian mengkonfirmasi, ternyata orang terakhir yang dikirim  pihak kantor untuk mendatangi Puri Faynights adalah dua tahun yang lalu. Nah loo..

Kini dimulailah petualangan seru mereka yang sesungguhnya.Sekali lagi mereka melihat sesosok wajah dari balik teropong, malamnya pun mereka memutuskan untuk mencari tahu dengan mendatangi Puri. Dan tentu saja, mereka menemukan sebuah lorong rahasia dan menemukan siapa orang yang tinggal  dibalik menara. Belum lagi mereka malah terpergok oleh salah satu penjahat itu, dan mereka dikurung di dalam menara! Aduuhh.. Tapi tenang saja. Mereka selalu ada ide untuk meloloskan diri dari masalah-masalah ini. Lima Sekawan getoh 😀 Apalagi sekarang ada Jo si gelandangan cilik dan para artis pasar malam yang terlibat. Jadi semakin seru deh..

COVER BARU (NC)

 
2 Comments

Posted by on August 17, 2011 in Kids

 

Lima Sekawan 10 – Rahasia Harta Karun


lima sekawan 10-rahasia harta karun

  • Pengarang               :    Enid Blyton
  • Genre                      :    Adventure
  • Tebal                       :    240 hlm, 18 cm
  • Penerbit                   :    Gramedia
  • Harga                      :    23.000 IDR
  • Pertama terbit          :    1951
  • Cetakan ke-13          :    Februari 2009
  • Tanggal Beli             :    24 Agustus 2009

Petualangan KESEPULUH mereka yang seru dan mengasyikkan!

Kenapa seorang narapidana yang lari dari penjara mengirim suatu pesan rahasia pada Dick?
Apakah makna pesan pada kertas yang tahu – sebab itu LIMA SEKAWAN memutuskan untuk memecahkan misteri ini…

Review :

Kali ini Lima Sekawan mendapat liburan akhir pekan yang lumayan panjang di tengah semester, dari hari Jumat hingga Selasa. Mereka pun memutuskan untuk pergi melancong. Heuu.. Ada petulangan? Pasti dong 😀

Seperti yang sudah disepakati, mereka berlima kumpul di sebuah desa bernama Pippin. Karena Julian dan Dick yang tiba duluan, mereka memutuskan untuk mampir ke sebuah toko di desa itu untuk minum limun jahe kesukaan mereka. Tak lama kemudian tiba Anne dan George beserta Timmy. Mereka saling melepas rindu karena berpisah beberapa bulan untuk sekolah di sekolah asrama masing-masing. Di toko ini mereka sekalian memesan enam puluh empat potong sandwich untuk bekal mereka. Yups, masing-masing dapat jatah 16 potong! Hhaha.. mantap.

Well, sementara menunggu sandwich  mereka, muncul anak sang pemilik toko bernama Jim yang datang  hanya untuk mengambil bekalnya. Jim ini kerja sebagai penjaga di sebuah penjara di dekat situ. Kemudian, muncul lagi seorang lelaki tua berwajah serius yang hanya mengambil satu pak bubuk puding dan meninggalkan sejumlah uang di atas meja penjualan.Selesai dengan sandwich, mereka pun memulai perjalanan panjang mereka. Tujuan pertama : Bukit Kelinci. Dengan ransel-ransel yang mereka sandang, perjalanan tidak terasa melelahkan, bahkan mereka sangat menikmatinya. Tidak terkecuali Timmy yang terus-terusan mengejar kelinci. Melewati Bukit Kelinci, mereka tiba di Hutan Arnab. Sayangnya disini Timmy bikin ulah hingga membuat dirinya sendiri tersangkut di lubang kelinci dan memaksa Anne untuk menarik kakinya. Timmy berhasil keluar, namun ia terus melolong kecil. George cemas jadinya. Ia takut kalau-kalau Timmy cedera. Sepanjang perjalanan berikutnya George tidak banyak bicara. Melewati Hutan Arnab, sampailah mereka di Bukit Terjal dimana  mereka akhirnya memutuskan untuk berpiknik, menyantap bekal mereka.

Seusai makan dan beristirahat sejenak, mereka melanjutkan pelancongan ke sebuah desa bernama Beacons sebelum mereka harus ke sebuah pertanian bernama Telaga Biru dimana mereka akan menginap. Julian memang sudah merencanakan semuanya karena ia yang memahami peta 🙂 Nah, diperjalanan ini ternyata ketahuan bahwa kaki Timmy terkilir karena tarikan Anne dan untungnya di Beacons ada seorang peternak yang tahu cara merawat anjing. Tapi mereka harus berpisah. Julian menemani George dan Timmy ke Wisma Spiggy untuk bertemu Pak Gaston, si peternak kuda, sementara Anne dan Dick melanjutkan perjalanan ke peternakan Telaga Biru untuk mengurus perihal menginap.

Sayangnya Dick dan Anne tidak dapat menemukan jalan yang benar untuk ke Pertanian Telaga Biru karena Julian lah yang memegang peta. Di tengah sebuah padang belantara tiba-tiba mereka mendengar suara lonceng berdentang. Mereka ketakutan. Buat apa lonceng dibunyikan? Padahal itu bukan suara lonceng Gereja.Yah, setidaknya lonceng itu tidak bunyi untuk waktu yang lama. Dan setelah tersesat dan kelelahan, akhirnya mereka menemukan Pertanian Telaga Biru. Sayangnya wanita tua tuli pemilik Pertanian ini tidak mengijinkan mereka buat menginap karena ia takut anaknya yang tidak suka dengan orang asing akan marah. Anaknya memang pemarah. Tapi karena wanita tua ini iba melihat anak-anak yang basah kuyup karena hujan ini akhirnya mengijinkan dengan syarat hanya Anne yang menginap di dalam rumah sedangkan Dick di luar. Anne tidur di loteng sedangkan Dick di lumbung. Itupun Anne harus menunggu wanita tua ini memanggilnya untuk turun esok hari agar tidak bertemu dengan anaknya.

Saat malam Anne langsung saja rebah karena kelelahan, begitu juga dengan Dick setelah sebelumnya menanti kedatangan Julian dan George, namun keduanya tidak muncul. Tiba-tiba ia terbangun karena mimpi dan mendengar seseorang memanggil namanya. Dick yang saat itu tidur di lumbung terheran dan bingung karena itu bukan suara Julian maupun George. Dari balik jendela Dick mendengar seorang laki-laki meninggalkan pesan untuknya dari seseorang bernama Nailer. Orang itu bahkan meninggalkan sepotong kertas berisi pesan lain yang semakin tidak dimengerti oleh Dick. Setelah orang itu pergi, dan sesaat sebelum Dick kembali terlelap, ada seseorang yang masuk ke dalam lumbung. Dick pun semakin meringkuk di tempat ia tidur. Bersembunyi.

Pagi harinya, Dick melihat lelaki semalam keluar dari rumah si wanita tua sedangkan Anne mendengar lelaki itu marah-marah pada ibunya. Bahkan Dick sempat kena marah, untung ia berhasil kabur dan bersembunyi. Laki-laki itu menyeramkan.. Saat ada kesempatan, Dick pun menyuruh Anne buat turun dan mereka segera pergi meninggalkan tempat itu setelah meninggalkan sejumlah uang sebagai upah Anne menginap. Mereka kembali menyusuri jalan kemarin dan kembali ke desa Beacons. Ternyata Julian, George dan Timmy sudah menanti dan cemas dengan keadaan saudara-saudaranya yang menghilang semalaman. Rupanya Dick dan Anne salah tempat. Rumah itu bukanlah Pertanian Telaga Biru! Pantas tidak tampak seperti sebuah pertanian.

Hem, setelah mereka berkumpul, mereka pun bercerita tentang perjalanan masing-masing. Dick juga bercerita tentang pesan-pesan yang ia dapatkan. Karena penasaran, mereka mencari tahu makna pesan-pesan itu. Yah, sudah ketebak kan kalau inilah awal petualangan mereka yang sesungguhnya?? Hhaha.. Yups, Dimulai dari George dan Julian bercerita bahwa lonceng yang mereka dengar semalam ternyata  adalah lonceng penjara yang menandakan ada narapidana yang melarikan diri. Mereka pun membuat berbagai spekulasi dan kesimpulan bahwa orang yang menemui Dick di lumbung adalah si narapidana yang kabur. Namun apa arti dari pesan-pesan itu? Yah, setelah mereka menjutkan perjalanan dan tiba di desa Reebles, mereka pun membuat laporan singkat mengenai kejadian aneh yang dialami Dick. Tapi rupanya si polisi tidak percaya dan malah marah pada mereka. Huh.. Sikap polisi yang menyebalkan 😦

Lantas mereka akhirnya memutuskan buat menyelidiki sendiri arti pesan itu. Setelah bertanya pada  seorang wanita tua pemilik sebuah rumah Pertanian, akhirnya diketahui bahwa ada sebuah tempat dengan nama yang disebutkan dalam pesan. Aha, petualangan berlanjuuut.. Mereka pun pergi ke tempat itu dan menemukan sesuatu yang tidak terduga 🙂

COVER BARU (NC)

 
2 Comments

Posted by on August 2, 2011 in Kids

 

Lima Sekawan 09 – Jo Anak Gelandangan


lima sekawan 09-jo anak gelandangan

  • Pengarang               :    Enid Blyton
  • Genre                      :    Adventure
  • Tebal                       :    256 hlm, 18 cm
  • Penerbit                   :    Gramedia
  • Harga                      :    23.000 IDR
  • Pertama terbit          :    1950
  • Cetakan ke-8            :    Agustus 2002
  • Tanggal Beli             :    –

Petualangan KESEMBILAN mereka yang seru dan mengasyikkan!

George dan Timmy hilang apakah mereka diculik? Mengapa seseorang masuk ke Pondok Kirrin dan mengobrak-abrik ruang kerja Paman Quentin? LIMA SEKAWAN yakin kedua hal ini pasti ada hubungannya. Tapi apa?
Dan bagaimana mereka dapat memecahkan misteri itu, kalau mereka cuma tinggal bertiga?

Review :

Liburan kali ini Julian, Dick , dan Anne hanya berlibur selama dua minggu di pondok Kirrin sementara delapan minggu yang lain mereka berlibur ke Prancis. Tapi setidaknya dalam dua minggu ini mereka lagi-lagi berpetualangan. George dan Timmy sangat senang sepupunya ini mau berlibur ke Kirrin. Ternyata liburan kali ini mereka tanpa pengawasan dari orang tua George lagi. Paman Quentin dan Bibi Fanny akan berlibur ke Spanyol. Lima Sekawan pun senang sekali karena bebas menentukan apa yang akan mereka lakukan untuk liburan ini.

Hari berikutnya, setelah melepas keberangkatan Paman dan Bibinya, Lima Sekawan pergi kepantai untuk berenang. Disanalah mereka melihat seorang lelaki tua yang compang-camping, ditambah dengan anak lelakinya yang nggak kalah kotor. Seusai mereka berenang, mereka dikagetkan dengan si bocah gelandangan yang menduduki tempat duduk George. Tak pelak, mereka pun bertengkar. Usut punya usut, rupanya bocah itu bukan anak laki-laki, melainkan perempuan, sama seperti George! Perawakannya aja yang kayak laki-laki. Hha..

Malam harinya mereka sangat kelelahan karena bermain di pantai hampir seharian. Saat sedang terlelap, Timmy terbangun dan pergi ke beranda untuk mencari tahu suara apa yang menarik perhatiannya. Dan saat itulah tiba-tiba Anne terbangun dan berteriak karena ia melihat wajah orang menyeramkan di jendelanya. Timmy mengejarnya, tapi kehilangan jejak.

Hari berikutnya, mereka pergi lagi ke pantai. Disana lagi-lagi ia bertemu dengan anak perempuan gelandangan itu. Akhirnya mereka tahu bahwa namanya Jo. Namun George dan Julian entah kenapa kurang suka dengan anak ini. Anne sebenarnya juga tidak, hanya saja ia kasihan padanya. Sementara itu hanya Dick dan Timmy yang mau ngobrol dengan Jo. Julian merasa Jo anak yang kotor dan mungkin pintar berbohong dan mencuri, namun juga anak yang berani. Karena tidak diterima oleh anak-anak itu, Jo pun pergi dengan marah dan mencibir.

Saat tengah malam, Julian terbangun karena mendengar suara benda jatuh, namun karena ia mendengar dengkuran Timmy di kamar sebelah, ia pun kembali tidur. Barulah esok harinya ia mendengar Joanna, juru masak di rumah itu, berteriak. Rupanya ada seseorang yang mengobrak-abrik ruang kerja paman Quentin, bahkan kotak brankas pun ikut dibongkarnya. George yakin si pencuri sedang mencari dua buku yang sebelumnya Paman Quentin bawa pulang dari konferensinya di Amerika. Sementara itu, Timmy tidak bisa di bangunkan. Pantas saja semalam Timmy tidak mendengar suara, rupanya anjing itu dibius. Julian jadi ingat bahwa semalam saat ia menunggui Timmy, karena anjing itu perlu jalan-jalan malam, anjing itu lama kembali. Menurut dugaan Julian, saat itu pasti Timmy diberi daging oleh seseorang yang sudah dibumbui dengan obat bius. George sangat cemas melihat Timmy. Tapi ia lebih cemas melihat ruangan ayahnya yang berantakan, padahal semalam mereka sudah mengunci rumah dengan sungguh-sungguh. Bagaimana pencuri ini bisa masuk??

Mereka lalu menghubungi polisi dan ditanyai macam-macam oleh pak polisi. Hari semakin siang dan mereka mulai jenuh tinggal dirumah. Saat juru foto yang akan memfoto kondisi ruangan akan datang, Lima Sekawan malah memutuskan untuk pergi berperahu saja, biar Joanna yang menemani si juru foto. Baru pukul enam mereka pulang. Malam harinya, George pergi dengan Timmy untuk menemani anjingnya itu jalan-jalan. Ia sudah memutuskan bahwa ia tidak akan membiarkan Timmy pergi sendiri lagi. Namun rupanya malam itu George dan Timmy tidak pernah kembali. Sayangnya ketiga sepupunya hanya menganggap bahwa pagi-pagi sekali George pergi dengan Timmy dan dipantai mereka menduga perahu yang sedang mengambang, yang agak ke arah laut itu adalah perahu yang digunakan oleh George dan Timmy. Ketiga sepupunya menduga George sedang ingin menyendiri dan ingin pergi memancing. Siang harinya saat Julian dan Dick pergi berbelanja, mereka bertemu dengan Jo yang habis menangis. Rupanya ayah Jo mendorongnya agar bocah itu keluar dari karavan, sehingga menyebabkan memar di wajahnya, dan si ayah pergi meninggalkannya. Julian dan Dick sangat iba melihat Jo si gelandangan.

Lewat waktu minum teh, George belum juga muncul. Kini anak-anak mulai gelisah, apalagi setelah tahu bahwa yang di atas perahu tadi bukan George dan Timmy, melainkan dua anak kecil yang tidak dikenalnya. Lalu muncullah Jo di Pondok Kirrin dan membawa sepucuk surat. Ternyata itu surat ancaman dan permintaan tebusan berupa buku Paman Quentin untuk menjamin keselamatan George yang diculik. Astaga.. Anne bahkan sangat ketakutan. Mereka bertiga diperintahkan untuk mencari buku itu, lalu meletakkannya di suatu tempat yang diperintahkan tepat pada pukul sebelas malam itu dan melarang mereka untuk keluar rumah atau bahkan menghubungi polisi karena saluran telepon rumah sudah diputus oleh para penculik. Penculik bahkan memerintahkan agar Joanna bergabung dengan mereka diruang keluarga sehingga para penghuni rumah dapat diawasi dari luar. Ckck..

Mau nggak mau mereka menuruti perintah itu demi keselamatan George dan Timmy. Tapi Dick punya ide. Mereka akan menarik masuk ke rumah seorang bocah pengantar koran lalu Dick akan keluar dari rumah menggantikan posisi si loper koran. Well, sejauh ini memang rencana berjalan lancar. Bahkan Syd, si tukang koran cukup senang karena sambutan yang ia dapat dan bisa bermain di rumah itu. Julian menyelinap keluar rumah untuk meletakkan buku yang diminta dan mendengar isyarat yang mengatakan bahwa buku udah di tangan si penculik. Namun rupanya segala sesuatunya tidak berjalan seperti yang mereka kira.

Tiba-tiba mereka menangkap orang yang, Dick lihat tadi mengambil bungkusan lalu menyerahkannya pada seseorang, akan memasuki pondok Kirrin lagi. Julian dan Dick bergulat dan rupanya orang itu adalah Jo! Jo memang membantu si penculik, namun Jo datang untuk mengatakan yang sesungguhnya dan diam-diam ingin menolong anak-anak itu untuk menyelamatkan George. Jo tahu ia mengambil resiko besar, namun ia bersedia memberitahukan dimana George dan Timmy di sembunyikan. Petualangan mereka pun dimulai dari sini. Cukup asyik juga sih, taulah gimana seri Lima Sekawan biasanya, menegangkan dan enak diikuti. Yang jelas, akhir yang seru dan menyenangkan buat anak-anak ini 😀

COVER BARU (NC)

 
3 Comments

Posted by on July 14, 2011 in Kids