- Pengarang : Enid Blyton
- Genre : Adventure
- Tebal : 136 hlm ; 18 cm
- Penerbit : Gramedia
- Harga : 20.000 IDR
- Pertama terbit : 1951
- Cetakan ke-6 : Agustus 2011
- Tanggal Beli : 23 Mei 2012
Rumah pohon Sapta Siaga kedatangan tamu ─Jeff dan kucingnya. Jeff sedang dikejar-kejar pamannya dan seorang penjahat karena anak itu mendengar sebagian pembicaraan mereka. Dan apa yang didengar Jeff membuat Sapta Siaga bingung: MKX, Kamis tanggal 25, Emma Lane, kapak merah, dan terali. Apa arti semua itu?
Review :
Janet kebingungan. Ia mencari lencana anggota Sapta Siaga miliknya. Tanpa lencana itu, Peter, kakaknya, tidak akan mengijinkan Janet masuk ke dalam gudang dan mengikuti rapat Sapta Siaga. Benar saja, saat akhirnya Janet menemukan lencana nya dan segera datang ke gudang, keenam anggota yang lain sudah berkumpul.
Kali ini rapat mereka membicarakan seputar rencana mereka mendapatkan markas Sapta Siaga yang baru karena untuk musim panas yang terik ini rupanya gudang yang pengap bukanlah sebuah pilihan tempat yang nyaman untuk berkumpul. Kemudian Colin mengungkapkan ide tentang rumah pohonnya. Anak-anak ini pun bersemangat dan segera pergi ke Hutan Berangin untuk memilih sebuah pohon yang dapat mereka jadikan markas rahasia tempat mereka berkumpul.
Tentu saja mereka menemukan tempat itu. Segera mereka menyusun rencana dan bersemangat untuk segera membangun Wisma Sapta Siaga mereka. Colin menyiapkan papan untuk membuat panggung, Jack membawa tali pengikat papan, Pam yang menyediakan bantal-bantal, Barbara membawa alas karet, Janet menyiapkan perlengkapan makan sedangkan George membawa persediaan makanan dan Peter yang membawa persediaan minuman 😀
Hari berikutnya, mereka bersama-sama membawa perlengkapan dan menuju pohon tersebut untuk mulai membangun markas pohon mereka. Berkat usaha bersama, akhirnya urusan bangun membangun pun selesai. Bahkan mereka sudah menyiapkan tempat singgah bagi Skippy, anjing Peter dan Janet, di dasar sebuah pohon dekat markas mereka.
Sore harinya, mereka kembali berkumpul di markas ini. Saat mereka sedang asyik mengobrol, tiba-tiba Skippy menggonggong dari bawah. Rupanya ada seorang anak laki-laki yang membawa kucing sedang berhadapan dengan Skippy. Anak-anak di atas pohon bersembunyi agar tempat tersebut tidak ketahuan. Namun sayang, Pam menjerit saat melihat Peter akan jatuh. Namun rupanya jeritannya berlebihan karena Peter tidak akan jatuh. Tapi terlanjur, anak laki-laki yang berdiri dibawah mendongak dan menemukan panggung di atas pohon tersebut.
Anak itu tahu diatas ada orang, namun ketujuh Sapta Siaga tetap bungkam bersembunyi dan Peter jengkel pada Pam yang sudah membongkar markas mereka di hari pertama mereka menikmatinya. Anak tersebut minta izin untuk memanjat, namun karena tidak ada tanggapan, ia berusaha naik. Sayangnya ia tidak berhasil naik ke atas karena Skippy yang berjaga di bawah tidak mengijinkannya. Anak itu pun mengancam akan naik keatas saat Sapta Siaga sedang tidak singgah disana, lalu anak itu pergi.
Hari berikutnya, mereka terkejut karena persediaan makanan mereka habis ntah dimakan siapa. Lalu saat malam, Colin baru ingat bahwa ia melupakan sesuatu yang sangat penting di rumah pohon. Terpaksa hampir tengah malam ia pergi seorang diri ke Hutan Berangin untuk mengambilnya. Namun kemudian, ia mengajak serta Peter. Sesuatu mengejutkan mereka. Ternyata mereka menemukan anak yang kemarin muncul, sedang bersembunyi di rumah pohon mereka dan sudah menghabiskan beberapa persediaan makanan Sapta Siaga. Colin dan Peter hampir marah, namun saat melihat nak yang bernama Jeff itu bersedih, mereka pun menanyakan masalah anak itu.
Jeff kemudian bercerita pada kedua anak ini bahwa ia sedang diburu oleh paman dan seorang teman pamannya, Mr. Tizer, karena Jeff tidak sengaja mendengar pamannya dan Mr. Tizer, merencanakan sesuatu. Jeff mendengar mereka membicarakan tentang MKX, Emma Lane, Kamis tanggal 25, Kapak merah dan Terali. Mereka merasa ini pasti semacam rencana jahat. Hari berikutnya Sapta Siaga berkumpul dan merapatkan hal ini. Mereka pun jadi bingung dengan petunjuk-petunjuk yang didapatkan dari Jeff. Tentu saja mereka sangat ingin membantu Jeff, terutama setelah tahu bahwa Jeff sangat ketakutan dan sedih karena Pamannya sering menyiksa anak kucing Jeff hingga terluka.
Pertama, mereka berusaha mencari seseorang bernama Emma Lane di kota ini dengan menanyakannya di kantor pos. Oke, kali ini mereka menemukan bahwa Emma Lane adalah seorang nenek yang sudah tidak tinggal di kota lagi. Namun sampai disitu saja petunjuk mereka. Saat berkumpul lagi, mereka mulai putus asa. Apa yang sebenarnya akan terjadi pada tanggal 25 hari kamis mendatang?
Sapta Siaga pun memutuskan untuk menceritakan hal ini pada Ayah Peter untuk meminta bantuan. Sayangnya, Ayah Peter menganggap bahwa petunjuk-petunjuk yang di ungkapkan Jeff pasti hasil karangan anak itu saja. Ayah Peter meminta Peter dan Janet untuk mengajak Jeff keruma agar Ayah Peter dapat menanyakan dan mengecek apakah benar Paman Jeff telah berbuat jahat pada Jeff dan kucingnya. Namun saat Peter dan Janet mendatangi rumah pohon lagi untuk mengajak Jeff pulang, mereka hanya menemukan secarik kertas yang ditulis Jeff. Jeff telah pergi, meninggalkan anak kucingnya sendirian.
Mendengar kabar ini tentu saja anggota Sapta Siaga yang lain ikut kecewa. Apakah benar bahwa petunjuk-petunjuk dari Jeff yang mereka kira akan membawa mereka kembali berpetualang ternyata hanyalah bualan anak itu saja? Well, hal ini cukup membuat mereka memutuskan untuk menghentikan penyelidikan, hingga akhirnya suatu pagi saat George dan Colin akan pergi ke Kanal, mereka menemukan sesuatu yang mengarah pada petunjuk-petunjuk yang dikatakan Jeff. Apakah ini berarti bahwa sebenarnya yang dikatakan Jeff adalah benar? Belum lagi ternyata mereka kemudian menemukan bahwa Kapak Merah bukan benar-benar seperti yang mereka bayangkan 😀
Seperti dua buku sebelumnya, Seri Sapta Siaga kali ini juga sama singkatnya. Benar-benar cerita anak yang ringan, padat, dan jelas. Sangat menghibur. Saat membaca novel ini semuanya terasa begitu cepat berlalu, tentu saja ini karena alur ceritanya yang memang ringkas. Makanya guys, menurutku pribadi buku ini memang buku anak-anak yang sayang untuk dilewatkan. Hhe 😀