RSS

Category Archives: Adventure

Uglies 3 – Specials


uglies 3-specials

  • Pengarang               :    Scott Westerfeld
  • Genre                      :    Advanture
  • Tebal                       :    392 hlm ; 20 cm
  • Penerbit                   :    Matahati
  • Harga                      :    60.000 IDR
  • Pertama terbit          :    9 Mei 2006
  • Cetakan                   :    Agustus 2011
  • Tanggal Beli             :    7 Februari 2012

Tally telah bergabung dengan Special Circumstances, aparat rahasia pemerintah kota yang bertndak seperti militer. Mereka menjalankan operasi yang menjadikan mereka “rupawan bengis”, rupawan namun mengerikan.

Bersama Shay dan kelompok Cutter, Tally memburu Smoke Baru. Sebagai anak emas Dr.Cable di Special Circumstances, mereka berusaha menghentikan upaya Smoke Baru mengobati kaum rupawan. Namun Tally merasa bimbang ketika Zane, pacarnya yang masih mengalami kerusakan otak, berbeda pendapat.

Tally kembali dihadapkan pada pilihan sulit, memilih pacar yang dicintainya tetap rupawan, atau memaksanya berubah menjadi spesial ─seperti dirinya. Dan Tally tak pernah membayangkan pilihannya berujung pada masalah serius yang melibatkan kota lain, bahkan dunia.

Review:

Buku ini terdiri dari 3 bagian, yaitu bab-bab yang menceritakan bagaimana Tally saat menjadi spesial, kemudian yang kedua adalah bagian dimana Tally melacak keberadaan Zane, dan yang terakhir adalah bab yang menceritakan tentang perang yang menghancurkan.

Buat kalian yang sudah baca seri pertama dan kedua buku ini, tentu kalian sudah tahu bagaimana jenjang perjalanan hidup Tally dari yang masih buruk rupa hingga menjadi seorang Special. Buat yang belum tahu, akan lebih asik kalau kalian baca buku pertamanya, Uglies, yang bercerita tentang perjalanan Tally yang masih buruk rupa dan kabur dari kota untuk hidup bersama para pemberontak, kelompok bernama  Smoke yang dipimpin oleh David. Di akhir buku pertama ini, Tally kemudian tertangkap kembali oleh para Special dan menjalani operasi transformasi menjadi seorang rupawan. Cerita berlanjut ke buku kedua, Pretties, yang menceritakan pemberontakan Tally si rupawan bersama Crim, sebuah kelompok rupawan lainnya. Disini lagi-lagi mereka melacak keberadaan Smoke, dan lagi-lagi di akhir cerita Tally tertangkap oleh Dr.Cable, pemimpin Special. Nah, di buku ketiga inilah kisah Tally sebagai seorang  Specials dipaparkan 😀

Awal kisah, di bawah pimpinan Shay, Tally ─yang tergabung dalam kelompok Cutter, kelompok yang Spesial dari para Special─ bersama anggota lainnya, Fausto, Tachs, dan Ho, melakukan penyusupan ke sebuah pesta kaum buruk rupa. Disini mereka menyamar untuk menangkap anggota Smoke yang juga melakukan penyusupan untuk melakukan perekrutan anggota. Berhasil, Tally menemukan satu anggota Smoke, dan saat akan disergap, cewek itu berhasil meloloskan diri dengan melontarkan dirinya ke atas, yang kemudian ditangkap oleh rekannya yang menunggunya di atas hoverboard.

Terjadi aksi pengejaran oleh Cutter. Tally kemudian mengenali bahwa rekan si cewek tadi adalah David, kekasihnya dulu jaman dia masih seorang buruk rupa. Aksi kejar-kejaran ini seperti biasa, digambarkan dengan asik dan mantap. Tapi sayang, tidak berjalan mulus bagi mereka. Ternyata ada jebakan dan kelompok Cutter terdesak. Shay dibuat pingsan oleh Smoke dan hoverboard milik mereka diambil alih, padahal hoverboard kelompok Cutter tersebut termasuk alat yang cukup canggih. Karena di bakar keinginan balas dendam pada David dan mendapatkan temannya kembali, Tally pun mengejarnya.

Pengejaran berjalan cukup jauh. Sampai di suatu tempat, ternyata David telah menanti dengan Shay yang lunglai tergantung di papan hoverboard miliknya. Tally geram. Mereka berbincang untuk beberapa saat, sebelum akhirnya David menjatuhkan Shay di sungai di bawahnya. Alih-alih mengejar David, Tally harus menyelamatkan Shay. Sayang Fausto masih jadi tawanan karena ia tidak berhasil mandapatkan temannya itu. Beberapa saat kemudian Ho dan Tachs berhasil menyusul Tally dan Shay. Saat Shay tersadar, mereka berdiskusi, dan mendapat informasi bahwa Smoke kini menyelundupkan pil nano penyembuh yang sebelumnya pernah Tally coba. Ternyata pil ini dialamatkan pada kelompok Crim ─terutama untuk Zane.

Zane adalah kekasih Tally. Namun kini Zane mengalami kerusakan otak karena dulu pernah menelan pil nano percobaan milik Maddy. Buat kalian yang udah baca sebelumnya, pasti mengerti. Buat kalian yang belum baca, singkatnya gini. Zane dan Tally dulu mendapat dua pil percobaan. Sebenarnya pil nano itu ditujukan pada Tally. Namun Zane berbaik hati menemani Tally, berbagi pil gitu. Tapi sayang ternyata kedua pil tersebut punya dua fungsi yang berbeda, yaitu salah satunya sebagai pengendali pin yang satunya. Nah, Zane dapat pil penyembuh sementara Tally mendapat pil pengendali. Otomatis tidak hanya menghilang lesi di otak zane, tapi obat ini terus menggerogoti jaringannya karena ia tidak mendapat pil pengendali. Kasihan Zane.

Saat ini, Tally sangat berharap Zane dapat diobati dan ikut menjadi anggota Special seperti dirinya. Namun ternyata pengobatan untuk Zane yang dilakukan Kota Rupawan tidaklah maksimal. Bahkan sekarang Zane semakin sulit mengatur orientasi tubuhnya. Tangannya sering bergetar dan tubuhnya melemah. Shay ─yang sangat mengerti keinginan Tally untuk memasukkan Zane kedalam lingkaran Special, sementara ia mengejar keberadaan Smoke─ mengemukakan sebuah ide yang dapat mewujudkan keduanya. Shay dan Tally harus membantu Zane untuk kabur dari Kota Rupawan dan melacak jejak Smoke, sementara Shay dan Tally mengikuti dari jauh hingga kemudian saat Zane berhasil menemukan Smoke, Shay dan Tally akan melapor pada Special dan melakukan menggerebekan. Nah, saat itulah Dr.Cable akan terkesan dengan kemampuan Zane melarikan diri, sehingga memutuskan untuk menarik Zane kedalam Special.

Well, rencana Shay dan Tally sih gitu. Jadi ya sudah bisa diduga kan guys, kalau sebagian besar cerita nanti bakal tentang mewujudkan rencana rahasia mereka berdua ini. Hmm.. Untuk permulaan sih memang sangat beresiko, terutama menyangkut rencana melepaskan Zane dan sebuah kelompok kecil yang terdiri dari beberapa rupawan baru anggota Crim.

Saat mereka telah lolos dari pengawasan Special dan memulai perjalanan, Shay dan Tally banyak mengintai hanya dari kejauhan karena Zane maupun anak-anak Crim itu tidak tahu mengenai keberadaan mereka berdua yang mengikuti. Belum terlalu jauh dari awal perjalanan, kelompok kecil ini bertemu dengan seseorang di tepi sungai. Tally dan Shay kagum, secepat ini Smoke memberi mereka bantuan?? Diam-diam mereka terus mengintai, namun kemudian kelompok memisahkan diri dari sang informan. Shay dan Tally terpaksa berpisah. Shay mengawasi kedelapan anggota Crim, sementara Tally mengikuti sang informan. Betapa terkejutnya Tally saat mengetahui bahwa sang informan adalah seseorang yang dikenalnya dulu, Andrew Simpson Smith.

Saat dulu ia masih rupawan, Tally pernah kabur dari Kota dan terdampar di semacam kawasan perlindungan yang ternyata merupakan tempat percobaan para ilmuwan. Orang-orang ini hidup seperti kaum pra-Rusty dan tinggal di desa-desa kecil yang selalu berperang satu sama lain. Mereka tidak tahu ada dunia lain yang jauh lebih modern di luar dunia primitif mereka. Dan ini semua demi penelitian para ilmuwan. Ampun deh. Tapi disinilah Tally mengenal sosok Andrew Simpson Smith. Namun sekarang Tally sungguh terkejut menemukan sosok Andrew diluar kawasan perlindungan itu. Andrew pun bercerita, dan Tally menanyakan apa urusannya dengan para pelarian. Ternyata kini Andrew sebagai penunjuk jalan menuju Smoke. Dan karena Andrew mengenal Tally, dan sosok Andrew yang polos, Tally pun mendapat satu alat pelacak-posisi yang sebelumnya juga di dapat anak-anak Crim.

Shay dan Tally berpisah. Tally menunjukkan alat itu pada Shay. Shay merubah rencana, bahwa ia akan melacak keberadaan Smoke dengan alat itu. Namun Tally bersikeras untuk mendampingi perjalanan Zane. Shay sangat marah karena temannya itu masih mau mengikuti kelompok Crim yang entah kapan menemukan Smoke. Alhasil, Tally pun tetap menjadi bayang-bayang sementara Shay pergi meninggalkannya dengan amarah karena merasa dikecewakan.

Berhari-hari telah berlalu. Pengejaran ini mulai terasa monoton bagi Tally. Namun kemudian Tally membuat kesalahan dan Zane kini yakin bahwa Tally memang mengikuti mereka beberapa hari ini. Zane dan Tally mengobrol. Namun sayang, obrolan mereka tidak berakhir manis. Hingga sampai akhir minggu kedua pelarian, mereka tiba di sebuah tebing tinggi yang menjorok ke laut. Kelompok ini berkemah disini selama berhari-hari hingga suatu saat sebuah helikopter datang dan mangangkut para pelarian. Tally pun terpaksa bersusah payah untuk menyusup di bawah badan helikopter, agar bisa mengatahui kemana perginya kelompok ini.

Satu jam perjalanan, akhirnya Tally mulai melihat kemana tujuan mereka, dan ternyata tempat itu sungguh menakjubkan ─atau mengerikan─ besarnya. Kini Smoke tidak hanya sebuah kelompok kecil yang hidup dengan berburu atau menyalakan api unggun. Namun kini Smoke adalah sebuah kota besar dengan gedung Balai Kota yang menjulang. Ia sangat ketakutan. Belum lagi kemudian ia ditahan pihak kota karena dianggap berbahaya dan menemukan fakta bahwa teman-temannya mengkhianatinya, terjadi peperangan yang notabene adalah kesalahnya, kematian seseorang yang dicintainya, serta Kota Rupawan yang menangkapnya untuk kemudian dikurung dalam sel selama berbulan-bulan. Kehidupan Tally benar-benar berubah. Hingga akhir cerita, kehidupan semua orang benar-benar berubah. Dan aku cukup suka bagaimana cerita kali ini berakhir. Walaupun sebenarnya kesannya dipaksakan ─karena hampir semuanya berubah di saat-saat terakhir, aku cukup menghargai bagaimana Westerfeld mengakhiri petualangan Tally. Akhir yang manis J

Ratingku buat novel ini : 8,8

 
Leave a comment

Posted by on October 17, 2012 in Young-Adult

 

The Hunger Games 3 – Mockingjay


  • Pengarang               :    Suzanne Collins
  • Genre                      :    Fantasy, Mystery
  • Tebal                       :    432 hlm ; 20 cm
  • Penerbit                   :    Gramedia
  • Harga                      :    68.000 IDR
  • Pertama terbit          :    24 Agustus 2010
  • Cetakan                   :    Januari 2012
  • Tanggal Beli             :    14 Januari 2012

Katniss Everdeen selamat dari Hunger Games, dua kali. Tapi Katniss belum sepenuhnya aman dari ancaman Capitol meskipun sekarang ia dalam lindungan  Distrik 13.

Pemberontakan makin merajalela di distrik-distrik untuk menjatuhkan Capitol. Kini tak ada seorang pun yang dicintai Katniss aman karena  Presiden Snow ingin menumpas revolusi dengan menghancurkan Mockingjay… bagaimanapun caranya.

Review :

Wew, akhirnya tiba juga ke bagian ketiga dari The Hunger Games Series 😀 Tentunya kalian suda nonton film Hunger Games kemarin kan? Gimana menurut kalian? Menurutku cukup keren, walaupun tak bisa dipungkiri pasti ada perubahan beberapa setting cerita antara film dan novelnya. Tapi overall, bagus banget. Apalagi di dunia Internasional, film ini menduduki peringkat BoxOffice dengan pendapatan yang cukup spektakuler. Hhe, ngga heran lah kalau penggemar The Hunger Games banyak. Novelnya aja keren 😀

Nah, asal kalian tau yaa, aku memulai baca novel ketiga ini sembari nunggu dosenku selesai praktek, biasa, konsul urusan tugas akhir 😛 Dan wew, gilak. Bisa-bisanya aku tanpa sadar hampir 3 jam baca ni novel dan dosenku lum kelar! Ampun -.-a Tapi itulah resiko punya dosen pembimbing yang sibuk, rela mengantri dengan pasien laen, dan kurasa ada efek samping yang bagus, aku jadi bisa memulai baca Mockingjay ku yang ternyata sudah 6 bulan aku abaikan. Hadeeeh.. Maafkan aku karena tak menghiraukanmu, Mockingjay. Asal kau tau, uda sejak kau belum terbit aku sangat ingin membacamu 😦 Tapi akhirnya, baru sekarang aku bisa menyelami dirimu, walaupun masih sesekali di sela waktu luangku saja, tapi it’s okay lah.. 😀 Waduh, sesi curhat nii. Maapmaap 😛

Okelaaaah, kita kembali ke Mockingjay! Tahulah kalian, kalau di buku kedua kemarin, Catching Fire, terjadi pemberontakan besar-besaran terhadap Capitol ntah itu di berbagai Distrik ataupun di Arena Hunger Games. Nah, Katniss Everdeen, sang tokoh utama kita, kini tinggal di Distrik 13 yang keberadaannya selama ini hanya sebagai isu belaka. Ternyata, Distrik 13 digambarkan sebagai distrik yang tersembunyi,  militeris dan terstruktur. Kehidupan distrik ini dijalankan di bawah tanah namun digambarkan sangat luas dan berfasilitas lengkap. Mengagumkan. Namun sayangnya, distrik ini pernah terkena wabah cacar sehingga sekarang jumlah masyarakatnya banyak berkurang dan yang tersisa sangat kesulitan untuk memiliki keturunan, sehingga keberadaan anak kecil di distrik ini sangat langka.

Tinggal di Distrik 13 ini walaupun tidak senyaman di Distrik 12, setidaknya kebutuhan pangan, sandang, dan tempat tinggal terjamin. Yang unik, setiap pagi warganya harus mentato jadwal harian mereka di permukaan lengan, dan mereka harus hadir di setiap jadwal yang tertulis, termasuk pada pengungsi dari distrik lain, tetap harus menyesuaikan diri dengan kehidupan Distrik 13.

Di sini, Katniss kembali dekat dengan Gale. Kini pria itu kembali jadi sahabat Katniss setelah berbulan-bulan ia harus bergelut di dunia Hunger Games dan kekurangan waktu untuk sekedar bercengkerama santai seperti dahulu. Selain Katniss, ibunya, dan adiknya ─Prim─, keluarga Gale juga selamat dari kehancuran Distrik 12. Di awal cerita, nanti digambarkan gimana hancurnya Distrik 12 ini dari sudut pandang Katniss. Setelah kunjungan singkatnya ke kampung halaman, kemudian ada berita wawancara Caesar Flickerman dengan Peeta Mellark yang sekarang dicap sebagai pengkhianat oleh para pemberontak. Namun jauh di lubuk hati, Katniss bersyukur karena Peeta dalam keadaan sehat setelah penangkapan dirinya oleh pihak Capitol.

Setelah melalui berbagai pertimbangan, akhirnya Katniss menerima tawaran Alba Coin, presiden Distrik 13, untuk menjadi sosok Mockingjay, lambang pemberontakan. Di sini, nanti kita berkenalan dengan karakter baru, Plutarch Heavensbee dan Fulvia Cardew, asisten dari Presiden Coin. Namun Katniss tidak begitu saja mengiyakan dirinya jadi Mockingjay, ia mengajukan beberapa syarat dan salah satunya adalah pengampunan terhadap Peeta dan anggota Hunger Games lain yang menjadi tahanan Capitol, dan perjanjian ini harus diumumkan di depan seluruh warga yang tinggal di Distrik 13 agar kelak suatu ketika perjanjian ini tidak diingkari oleh para petinggi Distrik apabila pemberontakan telah menang dan keberadaan Katniss tidak diinginkan lagi.

Segera setelah segala perjanjian disetujui, Katniss langsung didandani sebagai sosok Mockingjay. Ternyata, Cinna meninggalkan satu pakaian yang khusus didesainnya untuk Katniss kalau ia setuju ─dan tampaknya Cinna yakin─ Katniss menjadi Mockingjay. Oleh Plutarch dan Fulvia, Katniss dan Gale ─yang sekarang selalu mendampingi kemana Katniss pergi─ dibawa ke ruangan yang lebih jauh di bawah tanah. Ternyata untuk mendapati 3 orang Tim Persiapan Katniss dahulu selama masih main di Hunger Games, sedang disiksa akibat berebut roti jatah. Katniss geram dan Plutarch meyakinkan bahwa ia tidak tahu menahu mengenai hal ini, harusnya hal ini jadi semacam kejutan menyenangkan bagi Katniss, tapi ternyata tidak. Katniss segera membawa Venia, Flavius, dan Octavia ke rumah sakit dimana ibunya kini bekerja.

Luka-luka Venia, Flavius dan Octavia telah diatasi. Kini kembali ke rutinitas dan Katniss menjalani sesi ‘rekaman’ yang kemudian akan disiarkan melalui pembajakan sistem, ke seluruh distrik sebagai tanda bahwa pemberontakan dimulai. Disinilah sosok Haymitch muncul kembali, minus kebiasaan mabuknya karena Distrik tidak mentolerir adanya alkoholisme sehingga ia harus direhabilitasi secara terpisah.

Saat Katniss tahu Haymitch kembali terlibat dan kembali jadi mentornya, ia geram. Ia masih menyalahkan Haymitch yang tidak membawa serta Peeta dari arena Hunger Games, menyebabkan Peeta tertangkap oleh Capitol. Nah, karena proses rekaman dan slogan yang diucapkan Katniss ─slogan yang telah disiapkan oleh Distrik 13 dan Katniss hanya perlu membacanya─ terlalu kaku, maka Tim memutuskan untuk merekam Katniss langsung di medan pertempuran. Katniss dan lain-lain segera mempersiapkan diri untuk berangkat ke Distrik 8 yang baru saja dibom habis-habisan namun terjadi perlawanan.

Keadaan Distrik 8 sangat mengibakan. Banyak korban yang dikumpulkan di rumah sakit darurat. Saat melihat Katniss datang, muncul pengharapan di mata mereka. Namun sayang, ketika Katniss dan Timnya akan kembali ke landasan ketempat Haymitch dan pesawat menunggu, terjadi serangan udara dadakan dari Capitol. Bom-bom kembali di jatuhkan. Terpaksa Katniss dan Gale melawan perintah Haymitch dan Plutarch dan segera membantu Distrik 8 melakukan perlawanan. Katniss dan Gale menembak jatuh pesawat-pesawat itu dengan senjata yang mereka bawa. Saat serangan berhenti, mereka baru menyadari bahwa Bom telah menghancurkan rumah sakit. Berhari-hari Katniss dihantui kesedihan. Namun sementara itu, siaran propo yang digunakan untuk membangun semangat juang para pemberontak terus diputar di berbagai distrik.

Saat Katniss yang masih beristirahat di rumah sakit distrik sedang ditemani Finnick, mereka menonton propo Katniss dan dilanjutkan siaran dari Capitol yang lagi-lagi berisi wawancara Caesar dengan Peeta. Tapi disini, Peeta menyampaikan pesan pada Katniss untuk memikirkan kembali tindakannya dan meminta Katniss untuk tidak mempercayai orang disekitarnya dan mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi. Selesai siaran, segera Finnick mematikan TV dan menyuruh Katniss untuk berpura-pura tidak menonton siaran itu, dan berakting mereka sedang mengobrol sementara Katniss makan. Betul saja, dengan tergesa Plutarch dan Fulvia muncul di pintu kamar Katniss dan diam-diam memastikan Katniss tidak menonton siaran itu. Mereka percaya saat Katniss dan Finnick meyakinkan mereka bahwa mereka langsung mematikan TV seusai propo Katniss ditayangkan, dan Plutarch serta Fulvia tampak lega.

Pikiran Katniss selalu terganjal oleh sesuatu dan membuat dirinya susah tidur. Saat ada kesempatan, Katniss dan Finnick membicarakan siaran Capitol kemarin dan mengatakan bahwa sejauh ini tidak ada satupun orang yang menyinggungnya, bahkan Gale. Padahal ngga mungkin hanya Katniss dan Finnick yang menontonnya, mengingat banyaknya orang di Distrik 13.

Waktu terus berlalu, sampai tiba saat muncul propo dari Capitol lagi, dan Peeta yang jadi ‘tokoh utama’. Tapi disini Peeta jelas-jelas melakukan kenekatan, secara tersirat ia memperingatkan Distrik 13 bahwa akan terjadi serangan. Tentu saja di siaran tersebut Peeta langsung dihajar. Walaupun sangat sedih, namun Katniss harus mengikuti protokol karena segera Distrik 13 diungsikan ke bunker yang letaknya lebih jauh ke dalam tanah. Segera setelah orang-orang berlindung di bunker raksasa itu, serangan rudal pertama jatuh. Rakyat 13 berhutang nyawa pada Peeta.

Beberapa hari kedepan warga 13 masih berlindung, hingga akhirnya ditetapkan bahwa situasi sudah cukup aman untuk keluar. Kemudian ternyata Katniss tidak bisa bekerja sebagai Mockingjay dengan efektif karena kini ia tahu ─orang-orang disekitarnya tahu─ bahwa Peeta yang menjadi kelemahannya. Apapun yang terjadi, Presiden Snow akan membalas Katniss dengan melukai Peeta. Akhirnya, 13 mengirim Tim penyelamatan Peeta, dan Gale salah satu sukarelawannya. Katniss berharap ia tidak harus kehilangan keduanya sekaligus. Wew, perasaan Gale pada cerita kali ini digambarkan sangat manis. Ia masih saja menunjukkan perasaan sayangnya pada Katniss terlepas dari perasaan Katniss pada Peeta. Namun ternyata, kebebasan Peeta ada bayarannya. Okelah, akhirnya Tim berhasil menyelamatkan para peserta Hunger Games yang tertangkap─ Peeta, Annie, dan Johanna Mason. Tapi sayang sekali, keadaan Peeta jauh dari mengenaskan. Lebih parah, Peeta membenci Katniss hingga ia nyaris membunuhnya saat itu juga.

Setelah sadar kembali, Katniss sangat sedih. Haymitch dan yang lainnya menyampaikan kondisi medis Peeta yang tampaknya menjadi subyek percobaan dari Snow. Kemudian Katniss makin menyadari seberapa besarnya Peeta membencinya. Hingga memaksa Katniss untuk mengungsi ke Distrik 2, melupakan kepedihannya dengan tinggal bersama para Pemberontak lain yang sedang mempelajari cara untuk menaklukkan sebagian warga Distrik 2 yang menjadi kaki tangan Capitol. Berminggu-minggu kemudian, Katniss kembali ke Distrik 13 dengan luka tembak akibat perlawanan yang terjadi di Distrik 2.

Tak lama, ia mendapat kabar baik mengenai Peeta walaupun hal ini tidak mengurangi rasa sesalnya karena Peeta sudah tidak sama lagi dengan dahulu. Bukan Peeta yang dahulu mencintai Katniss. Tapi biar bagaimanapun, tetap saja kondisi Peeta mengalami perbaikan. Saat-saat sekitar inilah ada momen yang sangat menggembirakan, yaitu pernikahan Finnick dan Annie yang dirayakan secara besar-besaran dan warga Distrik bersenang-senang.

Tak lama kemudian, rencana serangan mulai dilakukan. Pengiriman pasukan ke Capitol telah dilakukan, dan Katniss, Finnick, Gale dan beberapa warga 13 berada dalam satu tim dibawah komando Boggs. Perlu berhari-berhari melakukan perjalanan ke Capitol, namun hal ini sebanding. Tentu saja di sini Katniss memiliki target utama yang sangat ia incar, Presiden Snow. Belum lagi dengan keberadaan Peeta yang tiba-tiba di masukkan ke dalam Tim Katniss. Apa maksud Coin sebenarnya? Selain fakta bahwa ia ingin Katniss mati di tangan Peeta tentu saja 😉

Well, secara keseluruhan cerita di Mockingjay ini cukup menyenangkan, walaupun aku akui, tidak se’aktif’ buku pertamanya, The Hunger Games. Tapi aku sangat suka bagaimana cerita digambarkan, sangat menarik, lugas, dan cukup banyak konflik. Apalagi dengan pengambaran bagaimana akhir cerita antara kepedihan kehilangan orang terkasih dan cerita manis karena mendapatkan sosok tercintanya kembali, walaupun sejujurnya guys, aku mengharapkan lebih. Hha.. Tapi sedihnya, buku ini merupakan akhir perjalanan dari Katniss Everdeen yang penuh cobaan dan yah, semoga selanjutnya ada cerita seru lain yang bakal menggugah imajinasi kita lagi yap 😉

Ratingku buat novel ini : 8,4

 
17 Comments

Posted by on October 16, 2012 in Young-Adult

 

The Secret Seven 3 ─ Memecahkan Rahasia Kapak Merah


  • Pengarang               :    Enid Blyton
  • Genre                      :    Adventure
  • Tebal                       :    136 hlm ; 18 cm
  • Penerbit                   :    Gramedia
  • Harga                      :    20.000 IDR
  • Pertama terbit          :    1951
  • Cetakan ke-6            :    Agustus 2011
  • Tanggal Beli             :    23 Mei 2012

Rumah pohon Sapta Siaga kedatangan tamu ─Jeff dan kucingnya. Jeff sedang dikejar-kejar pamannya dan seorang penjahat karena anak itu mendengar sebagian pembicaraan mereka. Dan apa yang didengar Jeff membuat Sapta Siaga bingung: MKX, Kamis tanggal 25, Emma Lane, kapak merah, dan terali. Apa arti semua itu?

Review :

Janet kebingungan. Ia mencari lencana anggota Sapta Siaga miliknya. Tanpa lencana itu, Peter, kakaknya, tidak akan mengijinkan Janet masuk ke dalam gudang dan mengikuti rapat Sapta Siaga. Benar saja, saat akhirnya Janet menemukan lencana nya dan segera datang ke gudang, keenam anggota yang lain sudah berkumpul.

Kali ini rapat mereka membicarakan seputar rencana mereka mendapatkan markas Sapta Siaga yang baru karena untuk musim panas yang terik ini rupanya gudang yang pengap bukanlah sebuah pilihan tempat yang nyaman untuk berkumpul. Kemudian Colin mengungkapkan ide tentang rumah pohonnya. Anak-anak ini pun bersemangat dan segera pergi ke Hutan Berangin untuk memilih sebuah pohon yang dapat mereka jadikan markas rahasia tempat mereka berkumpul.

Tentu saja mereka menemukan tempat itu. Segera mereka menyusun rencana dan bersemangat untuk segera membangun Wisma Sapta Siaga mereka. Colin menyiapkan papan untuk membuat panggung, Jack membawa tali pengikat papan, Pam yang menyediakan bantal-bantal, Barbara membawa alas karet, Janet menyiapkan perlengkapan makan sedangkan George membawa persediaan makanan dan Peter yang membawa persediaan minuman 😀

Hari berikutnya, mereka bersama-sama membawa perlengkapan dan menuju pohon tersebut untuk mulai membangun markas pohon mereka. Berkat usaha bersama, akhirnya urusan bangun membangun pun selesai. Bahkan mereka sudah menyiapkan tempat singgah bagi Skippy, anjing Peter dan Janet, di dasar sebuah pohon dekat markas mereka.

Sore harinya, mereka kembali berkumpul di markas ini. Saat mereka sedang asyik mengobrol, tiba-tiba Skippy menggonggong dari bawah. Rupanya ada seorang anak laki-laki yang membawa kucing sedang berhadapan dengan Skippy. Anak-anak di atas pohon bersembunyi agar tempat tersebut tidak ketahuan. Namun sayang, Pam menjerit saat melihat Peter akan jatuh. Namun rupanya jeritannya berlebihan karena Peter tidak akan jatuh. Tapi terlanjur, anak laki-laki yang berdiri dibawah mendongak dan menemukan panggung di atas pohon tersebut.

Anak itu tahu diatas ada orang, namun ketujuh Sapta Siaga tetap bungkam bersembunyi dan Peter jengkel pada Pam yang sudah membongkar markas mereka di hari pertama mereka menikmatinya. Anak tersebut minta izin untuk memanjat, namun karena tidak ada tanggapan, ia berusaha naik. Sayangnya ia tidak berhasil naik ke atas karena Skippy yang berjaga di bawah tidak mengijinkannya. Anak itu pun mengancam akan naik keatas saat Sapta Siaga sedang tidak singgah disana, lalu anak itu pergi.

Hari berikutnya, mereka terkejut karena persediaan makanan mereka habis ntah dimakan siapa. Lalu saat malam, Colin baru ingat bahwa ia melupakan sesuatu yang sangat penting di rumah pohon. Terpaksa hampir tengah malam ia pergi seorang diri ke Hutan Berangin untuk mengambilnya. Namun kemudian, ia mengajak serta Peter. Sesuatu mengejutkan mereka. Ternyata mereka menemukan anak yang kemarin muncul, sedang bersembunyi di rumah pohon mereka dan sudah menghabiskan beberapa persediaan makanan Sapta Siaga. Colin dan Peter hampir marah, namun saat melihat nak yang bernama Jeff itu bersedih, mereka pun menanyakan masalah anak itu.

Jeff kemudian bercerita pada kedua anak ini bahwa ia sedang diburu oleh paman dan seorang teman pamannya, Mr. Tizer, karena Jeff tidak sengaja mendengar pamannya dan Mr. Tizer, merencanakan sesuatu. Jeff mendengar mereka membicarakan tentang MKX, Emma Lane, Kamis tanggal 25, Kapak merah dan Terali. Mereka merasa ini pasti semacam rencana jahat. Hari berikutnya Sapta Siaga berkumpul dan merapatkan hal ini. Mereka pun jadi bingung dengan petunjuk-petunjuk yang didapatkan dari Jeff. Tentu saja mereka sangat ingin membantu Jeff, terutama setelah tahu bahwa Jeff sangat ketakutan dan sedih karena Pamannya sering menyiksa anak kucing Jeff hingga terluka.

Pertama, mereka berusaha mencari seseorang bernama Emma Lane di kota ini dengan menanyakannya di kantor pos. Oke, kali ini mereka menemukan bahwa Emma Lane adalah seorang nenek yang sudah tidak tinggal di kota lagi. Namun sampai disitu saja petunjuk mereka. Saat berkumpul lagi, mereka mulai putus asa. Apa yang sebenarnya akan terjadi pada tanggal 25 hari kamis mendatang?

Sapta Siaga pun memutuskan untuk menceritakan hal ini pada Ayah Peter untuk meminta bantuan. Sayangnya, Ayah Peter menganggap bahwa petunjuk-petunjuk yang di ungkapkan Jeff pasti hasil karangan anak itu saja. Ayah Peter meminta Peter dan Janet untuk mengajak Jeff keruma agar Ayah Peter dapat menanyakan dan mengecek apakah benar Paman Jeff telah berbuat jahat pada Jeff dan kucingnya. Namun saat Peter dan Janet mendatangi rumah pohon lagi untuk mengajak Jeff pulang, mereka hanya menemukan secarik kertas yang ditulis Jeff. Jeff telah pergi, meninggalkan anak kucingnya sendirian.

Mendengar kabar ini tentu saja anggota Sapta Siaga yang lain ikut kecewa. Apakah benar bahwa petunjuk-petunjuk dari Jeff yang mereka kira akan membawa mereka kembali berpetualang ternyata hanyalah bualan anak itu saja? Well, hal ini cukup membuat mereka memutuskan untuk menghentikan penyelidikan, hingga akhirnya suatu pagi saat George dan Colin akan pergi ke Kanal, mereka menemukan sesuatu yang mengarah pada petunjuk-petunjuk yang dikatakan Jeff. Apakah ini berarti bahwa sebenarnya yang dikatakan Jeff adalah benar? Belum lagi ternyata mereka kemudian menemukan bahwa Kapak Merah bukan benar-benar seperti yang mereka bayangkan 😀

Seperti dua buku sebelumnya, Seri Sapta Siaga kali ini juga sama singkatnya. Benar-benar cerita anak yang ringan, padat, dan jelas. Sangat menghibur. Saat membaca novel ini semuanya terasa begitu cepat berlalu, tentu saja ini karena alur ceritanya yang memang ringkas. Makanya guys, menurutku pribadi buku ini memang buku anak-anak yang sayang untuk dilewatkan. Hhe 😀

 
2 Comments

Posted by on October 2, 2012 in Kids

 

The Earthsea Cycle 3 ─ The Farthest Shore


  • Pengarang               :    Ursula K. Le Guin
  • Genre                      :    Fantasy
  • Tebal                       :    372 hlm ; 20 cm
  • Penerbit                   :    Media Klasik Fantasi (a division of Mahda Books)
  • Harga                      :    54.800 IDR
  • Pertama terbit          :    1972
  • Cetakan                   :    Agustus 2011
  • Tanggal Beli             :    29 September 2011

Sihir menghilang dari dunia. Para magi di seluruh penjuru Earthsea melupakan mantra mereka, mata air sihir terus mengering. Ged, sang Penakluk Naga dan Archmage, berangkat bersama Arren, seorang pangeran muda keturunan bangsawan, untuk mencari sumber kegelapan. Dalam perjalanannya Ged menemukan lebih banyak masalah; Naga-naga yang saling menyerang dan tempat ajaib yang mengerikan. Mampukah Ged menyembuhkan sebuah daratan yang terluka?

Review :

Kembali kita berjumpa dengan novel karya Ursula K. Le Guin, berisi tentang dunia imajinatif yang sangat mengagumkan, dan disajikan dengan selipan kata-kata bijak yang sangat mengambarkan kehidupan. Setelah melewati buku pertama dan kedua, tidak akan menyesal setelah membaca yang ketiga.

Buku The Earthsea Cycle 3 ─ The Farthest Shore ini dimulai oleh Ged alias Sparrowhawk ─Sang Archmage─ yang melakukan percakapan dengan seorang anak laki-laki putra Pangeran Enlad dan Enlades, pewaris Kerajaan Morred,  bernama Arren, yang datang ke Roke untuk meminta bimbingan. Aku baru baca bagian awal ini saja suda merasakan ketenangannya. Khas kali saat membaca novel ini, karena percakapan yang dilakukan sangatlah santai, tenang, dan berwibawa.

Arren membawa berita menyedihkan bahwa bangsa Barat, di pulau Narveduen, sudah tidak ada sihir lagi. Mantra tidak lagi memiliki kekuatan, dan kata-kata sihir telah dilupakan. Kemudian di pulaunya sendiri, di Enlad, sang ayah menunjuk seorang ahli sihir untuk merapalkan mantra peningkatan jumlah domba. Namun ternyata sang penyihir tidak mampu karena lupa akan kata-kata dan pola mantranya. Lalu ayah Arren pun mengambil alih, namun ternyata beliau merasakan keraguan, bahwa ia memang mengucapkan kata-kata mantranya, hanya saja ia tidak mengerti maknanya. Kemudian terbukti, musim semi berikutnya kawanan domba di Enlad bermasalah, entah induknya yang mati, atau bayi domba lahir tak bernyawa, atau bahkan lahir cacat. Lalu ada kabar angin dari perbukitan, bahwa semua penyihir wanita yang membaca nasib melalui asap dan genangan air melihat kesialan, dan ramuan cinta mereka gagal.

Karena berita-berita inilah Ged memutuskan mengundang para petinggi Roke untuk mengadakan pertemuan. Namun dari hasil pertemuan ini tidak ada sebuah kesepakatan yang pasti. Bahkan kemudian Ged menyatakan bahwa ia akan mengadakan perjalanan untuk mencari tahu penyebab hilangnya sihir di beberapa daerah. Untuk perjalanan ini, Ged memilih Arren sebagai teman perjalanannya.

Segera, keesokan harinya Ged dan Arren meninggalkan Roke. Mereka mengadakan perjalanan laut yang cukup lama. Selama terombang-ambing di laut inilah Arren mulai mengenal sosok Sparrowhawk. Tujuan pertama mereka adalah Hort. Hort merupakan salah satu dari Tujuh Pelabuhan Besar di Kepulauan. Dalam perjalanan ini Sparrowhawk harus menyamar sebagai Paman Hawk yang sedang berlayar bersama keponakannya, Arren. Orang yang mereka temui di Hort adalah seorang sorcerer cacat bernama Hare yang tidak lagi merapalkan mantra karena pernah mengalami kegagalan dalam merapalkannya. Kini Hare hanyalah seorang pria yang hidup dari belas kasihan dan sangat kecanduan hazia (kalau di kehidupan kita, mungkin semacam narkoba :P). Namun akhirnya Sparrowhawk berhasil membuat Hare menceritakan hal yang menimpa dirinya, kenapa ia bisa kehilangan keahlian dan bahasa yang digunakan dalam keahliannya itu.

Malam harinya, terjadi petaka, Arren diculik oleh para penjual budak dan menjadi tawanan dalam kapal budak untuk kemudian di jual. Cukup lama Arren terombang-ambing di laut bersama tawanan budak lainnya sebelum akhirnya Sparrowhawk berhasil menyusul kapal tersebut dan menyelamatkan Arren. Berhari-hari kemudian mereka berdua kembali melanjutkan perjalanannya. Peristiwa penangkapan dirinya membuat Arren beberapa kali mengalami mimpi buruk.

Tujuan mereka berikutnya adalah Lorbanery, sebuah pulau yang termasuk kaya untuk ukuran pulau di Tepi Selatan. Kali ini Sparrowhawk mengaku dirinya berada di Tepi Selatan untuk berburu emmelstone, namun ia tidak menyamarkan diri maupun rekan seperjalanannya. Disini, ia bertemu dengan seorang wanita tua yang juga kehilangan kekuatan dan keahliannya. Kemudian, Sparrowhawk melakukan sesuatu pada wanita tua tersebut yang menyebabkan si wanita dapat hidup lebih tenang. Namun gantian seorang lelaki yang menemuinya. Lelaki gila tersebut bernama Sopli dan ia adalah anak dari di wanita tua yang sebelumnya di temui Sparrowhawk dan Arren. Sopli meminta Sparrowhawk mengijinkannya ikut dalam perjalanan lautnya, dan Sparrowhawk memperbolehkannya. Arren lah yang kesal karena ia merasa terabaikan, pendapatnya tidak dianggap oleh Sparrowhawk.

Berhari-hari kemudian, dalam perjalanan laut mereka, Arren lebih banyak diam. Disini lah terjadi banyak ungkapan batin Arren mengenai rasa kesalnya yang lama-lama berubah menjadi kebimbangan akan keputusannya dahulu, apakah salah ia ikut dalam perjalanan ini, padahal bisa saja ia hidup tenang dan bersantai di istananya. Perasaan kesal Arren terhadap Sparrowhawk dilengkapi oleh rasa bencinya pada Sopli yang terus-terusan menunduk di sudut perahu. Sopli takut laut. Namun kemudian, Arren mulai membuka diri dan mengobrol dengan Sopli, si Lelaki Gila. Entah kenapa, seolah Sopli berhasil menghasutnya karena Arren makin tidak mempercayai Sparrowhawk.

Suatu hari, mereka menemukan daratan, Pulau Obehol. Persediaan air minum mereka menipis dan mereka harus menepi. Tapi sayang, saat mereka berusaha merapat di sebuah teluk, mereka diserang oleh lemparan tombak. Terpaksa mereka kembali ke arah laut. Ternyata Sopli sudah tidak di atas perahu dan Sparrowhawk terkena salah satu tombak di pundaknya. Kini, tanpa sihir yang membantu pelayaran perahu dan persediaan air yang menipis, serta Arren yang kelelahan karena harus mendayung dan merawat Sparrowhawk, mulai putus asa. Ia tertidur, pingsan. Karena dehidrasi.

Saat terbangun, terdapat serombongan orang yang memberinya air. Ia minum dengan lahap. Di sekitarnya, terdapat begitu banyak rakit yang mengapung bagaikan dedaunan musim gugur yang tergeletak di atas sebuah kolam. Yang keren, rakit-rakit ini bukan sekedar rakit biasa. Ini rakit besar yang terdapat bagian tenda untuk tempat tinggal. Saat Arren sudah memiliki cukup tenaga, ia mencari Sparrowhawk. Ia ditemani oleh pemandunya yang berbadan kecil dan berumur tidak lebih dari dua belas tahun. Arren menemukan Sparrowhawk terbaring di sebuah rakit yang lebih besar dari rakit yang ia singgahi. Kemudian Arren juga berbincang dengan pemipin kawanan ini. Kemudian ia tahu bahwa orang-orang ini tidak berasal dari daratan manapun karena mereka menyebut diri mereka Anak-Anak Laut Lepas. Untuk waktu yang cukup lama, Arren bersenang-senang dengan para Manusia Rakit. Disini hampir sebagian besar mereka adalah anak-anak karena mereka menikah di usia yang sangat dini. Di bagian bab ini kalian akan mendapatkan penjelasan yang cukup menarik mengenai kehidupan Anak-Anak Laut Lepas. Keren 😉

Setelah cukup lama waktu berselang, akhirnya Arren di panggil kembali ke rakit sang kepala suku dan bertemu dengan Sparrowhawk yang sudah jauh lebih sehat. Sebelum mereka pergi, mereka mengikuti acara Tarian Panjang yang diadakan di rakit-rakit tersebut. Lalu, keesokan harinya datanglah naga yang memberitahukan sesuatu yang genting pada Sparrowhawk dan memaksa dirinya dan Arren segera bergegas pergi dan mengikuti jejak sang naga.

Kemudian, sesuatu yang jarang terjadi, cerita berpindah setting. Kini cerita beralih pada kehidupan di pulau Roke, di Asrama Besar, dimana para Master dan muridnya sedang mengalami goncangan batin. Dua Master Roke menghilang dan para murid mulai meragukan alasan mereka berada di sini. Mereka mulai tidak mempercayai ilmu yang sedang mereka pelajari. Bahkan Master Perapal pun tiba-tiba tidak mengerti arti dari lagu yang ia ajarkan pada para muridnya. Well, seolah wabah ini telah berhasil memasuki pertahanan Roke dan ini sangat membahayakan karena di tempat sihir sangat kuat pun bisa terjadi kekacauan.

Kembali pada Sparrowhawk dan Arren yang berhasil mencapai pulau penuh naga yang biasa disebut Pelarian Naga. Tidak berbeda dengan kehidupan manusia yang mulai kacau, kehidupan naga pun juga jadi lebih mengerikan. Setelah mendapatkan petunjuk singkat dari seekor naga, Sparrowhawk dan Arren melanjutkan perjalanan lagi ke Utara, ke arah Selidor, pulau terakhir di dunia. Dan sampai disini, akupun masih tidak mengerti apa yang sesungguhnya Sparrowhawk dan Arren cari. Hadeh -.-a

Sesungguhnya guys, aku kurang pintar memahami buku yang seolah penuh filsafat seperti ini. Hhaha.. Ceritanya sangat halus, penuh perbincangan bermakna ganda. Tipikal novel jaman dahulu, dengan bahasa formal dan kaku. Buat aku pribadi sih novel ini memang menarik, perjalanan yang dilalui terasa sangat panjang, namun jujur, novel ini bisa jadi sangat membosankan, rasanya ingin cepet-cepet kulewati bagian itu. Tapi ngga masalah, ngga semua bagian membosankan kok. Saat aku tiba di akhir cerita, aku suka dengan penutupannya. Dan buat kalian yang memang suka novel seperti ini, kurasa kalian bisa coba membacanya. Hanya saja, novel ini ngga ada romantisnya sama sekali karena memang, novel ini bukanlah novel romansa 😛

Ratingku buat novel ini : 7,4

 
3 Comments

Posted by on June 7, 2012 in Young-Adult

 

Lima Sekawan 15 – Melacak Jejak Rahasia


lima sekawan 15-melacak jejak rahasia

  • Pengarang               :    Enid Blyton
  • Genre                      :    Adventure
  • Tebal                       :    208 hlm, 18 cm
  • Penerbit                   :    Gramedia
  • Harga                      :    23.000 IDR
  • Pertama terbit          :    1956
  • Cetakan ke-9            :    Agustus 2002
  • Tanggal Beli             :    –

Petualangan KELIMA BELAS mereka yang seru dan mengasyikkan!

Lima Sekawan pergi berkemah di dekat reruntuhan rumah tua. Tapi benarkah rumah itu tak ada penghuninya? Soalnya di malam hari Anne mendengar bunyi-bunyian aneh. Waktu ia memberitahu yang lainnya, mereka tak percaya. Sampai mereka melihat sinar menyeramkan di tengah malam…

Review :

Kisah kali ini dibuka oleh George yang berteriak kesana kemari memanggil ibunya. Rupanya ia ingin mengadu bahwa Timmy sedang kesakitan. Well, ya Timmy mendapat luka di belakang telinganya yang menyebabkan ia harus mendapat jahitan dan mamakai kerah kardus agar Timmy tidak menggaruk telinganya. Seharian itu George jadi jengkel karena banyak yang menertawakan Timmy. Namun kekesalannya harus segera ia pendam karena Anne sebentar lagi akan tiba. Kali ini Anne datang sendiri karena kedua abangnya sedang darmawisata ke Prancis bersama teman-teman sekolah mereka. Sayang, belum sampai Anne datang, George tidak bisa menahan diri lagi.

Malam hari, George mempersiapkan peralatan berkemah dan bekal kemudian meninggalkan surat dan pergi bersama Timmy untuk menyendiri. Setidaknya hingga luka Timmy sembuh dan anjing kesayangannya itu tidak perlu memakai kerah kardus lagi. Ia berkemah di sebuah sudut taman desa dekat sungai. Di surat yang ia tinggalkan ia menginstruksikan kalau Anne, sepupunya itu, sudah datang maka ia boleh bergabung dengan George dengan datang ke sebuah simpang jalan yang ditunjuk George sedangkan pada waktu yang telah ditentukan George akan menjemputnya.

Setelah Anne datang, ibu George menceritakan kejadian perginya George. Tentu saja Anne mengiyakan penawaran yang disampaikan padanya mengenai ikut berkemah dengan George. Setelah menunggu George lumayan lama di persimpangan jalan yang dibilang George, akhirnya sepupunya itu muncul. Rupanya dari tadi George dan Timmy bersembunyi di semak-semak untuk memastikan ibu atau ayahnya tidak menunggu di tempat lain dan membujuk dirinya agar pulang kerumah.

Ternyata lokasi George berkemah cukup menyenangkan dan tenang. Anne menyukainya. Mereka bahkan sempat tidur siang. Namun kemudian Timmy membangunkan mereka dan mengejutkan George karena anjing kesayangannya itu sedang mengunyah tulang padahal Anne tidak membawa tulang tadi. Kini George dan Anne punya kecurigaan ada orang lain yang juga berkemah di sekitar situ karena beberapa kali mereka mendengar sebuah suara aneh.

Di dekat tempat mereka berkemah memang ada sebuah rumah bobrok yang tak berpenghuni. Anne dan George berkeliling ke dalam rumah itu. Ternyata rumah itu sungguh sangat-sangat bobrok dan rusak di sana sini. Ampun.. Yang mengejutkan, Anne dan George mendengar suara-suara hewan. Aneh, padahal disitu tidak ada hewan apapun. Kemudian mereka pun kembali ke kemah. Lagi-lagi mereka mendengar suara hewan, kali ini suara kucing. Karena penasaran, George yang mencari asal suara itu. Ternyata asal suara itu dari seorang anak laki-laki berusia 12 tahun yang memiliki tampang bandel. Anak tersebut  sebenarnya cukup menyenangkan dan Anne menyukainya. Tapi anak ini melarang Anne dan George untuk mengunjungi tempatnya berkemah karena ia sedang mengadakan ekspedisi penggalian dan ia sendiri berjanji untuk tidak menganggu Anne dan George lagi.

Tapi entah kenapa malam harinya bocah lelaki itu datang lagi dan kali ini tampangnya musam cemberut. Bahkan ia tidak ingat pernah membuat perjanjian dengan Anne dan George. Selain itu bocah ini juga sedikit galak. Well, kalau menurutku anak ini pasti punya kembaran sedangkan Anne dan George belum tahu. Hhe..

Malam itu Anne terbangun dari tidurnya dan merasa kehausan. Ia pun pergi ke mata air seorang diri untuk minum. Setelah selesai saat akan kembali ke tenda ia tiba-tiba hilang arah. Ia lupa dari mana arah ia datang tadi. Ia pun melanjutkan perjalanan dengan keraguan hingga tiba-tiba ia terkaget dan berhenti karena ia melihat sebuah kilatan cahaya terang yang sangat cepat. Setelah matanya terbiasa dengan gelap malam, ia melihat bahwa ternyata ia berjalan ke arah reruntuhan rumah tua, bukannya ke arah perkemahannya. Dan cahaya itu berasal dari bangunan tua tersebut. Belum lagi ia mendengar suara orang berbisik-bisik serta langkah orang berjalan di lantai batu. Hmm.. Anne segera kembali ke perkemahan dan membangunkan George. Begitu mendengar cerita Anne, George dan Timmy ikut memeriksa bangunan tua itu, tapi tidak ada apa-apa. Bahkan George mengira Anne pasti bermimpi.

Pagi harinya Anne jadi ikutan ragu, apakah ia memang hanya bermimpi? Saat mereka mengunjungi kemah anak laki-laki kemarin, anak itu kesal dan marah karena dikiranya Anne dan George tidak menepati janji. Anne dan George pun pergi dengan kesal. Kemudian tidak jauh ia menemukan anak laki-laki itu sedang duduk-duduk sambil membaca buku. Tentu saja Anne dan George yang sudah kesal ditambah si anak yang bermuka masam tadi jadi semakin kesal lah mereka. Mereka segera pergi.

Kemudian Anne dan George menemukan sebuah telaga kecil dimana mereka bisa berenang sejenak sebelum mereka kembali ke Pondok Kirrin karena mereka kehabisan suplai makanan. Bibi Fanny menyampaikan kabar bahwa sehari dua hari lagi Julian dan Dick akan datang karena mereka sudah kembali dari Prancis. Tentu saja George dan Anne senang bukan main karena akhirnya Lima Sekawan akan berkumpul lagi.

Setelah kembali ke perkemahan, malamnya terjadi hujan yang sangat deras. Terpaksa George dan Anne berteduh di rumah tua. Namun ada kejadian aneh yang membuat Anne ketakutan dan memaksa George untuk kembali saja ke Kirrin hari berikutnya. Setelah seharian bersenang-senang, sore hari mereka benar-benar berkemas untuk kembali ke Kirrin. Tapi ternyata rencana mereka batal karena Dick dan Julian tiba-tiba muncul. Yeii, mereka berkumpul kembali! 😀

Anne dan George pun bercerita mengenai kejadian semalam, membuat Dick dan Julian berkeinginan untuk menyelidikinya. Mereka pun kembali ke rumah tua dan mencari petunjuk segala keanehan tersebut, namun tidak banyak membantu. Kemudian, malam harinya saat mereka tidur terlelap, terjadi hal yang aneh lagi. Kali ini membuat Lima Sekawan ketakutan, terutama Anne. Namun Julian dan yang lain kemudian meyakini kalau kejadian tersebut pasti perbuatan manusia untuk menakuti dirinya serta adik-adiknya agar anak-anak ini segera pergi dari rumah tua. Tentu saja hari berikutnya Lima Sekawan kembali menyelidiki dan menemukan sesuatu yang memperkuat dugaan mereka.

Karena masih merasa penasaran dan yakin kalau mereka sedang diintai oleh orang lain, mereka pun memutuskan untuk pura-pura pergi dari situ, padahal mereka hanya pindah kemah, sehingga malam harinya Julian dan Dick bisa kembali ke rumah tua tersebut dan mencari tahu apa yang sebenarnya sedang terjadi.

Betul saja, malam itu Julian dan Dick benar-benar kembali ke rumah bobrok tersebut dan mengintai. Cukup lama sampai akhirnya ada serombongan orang yang datang dan mulai sibuk mencari sebuah lubang rahasia setelah sebelumnya mereka memastikan Lima Sekawan benar-benar pergi dari situ. Dalam diam Dick dan Julian mendengarkan pembicaraan orang-orang tersebut, bahwa mereka cari sedang mencari sebuah lorong kecil dimana seseorang telah menyimpan sebuah catatan ilmiah di dalamnya. Namun hingga waktu lama berlalu, Dick dan Julian yang sedang bersembunyi merasa bosan, lorong rahasia itu tidak juga ditemukan. Setelah yakin rombongan orang itu pergi, Dick dan Julian menyelinap kembali ke perkemahan baru mereka dan kemudian menceritakan apa yang terjadi kepada Anne dan George.

Hari berikutnya, mereka pergi ke perkemahan si anak aneh bernama Guy Lawdler untuk memperingatkannya. Tapi ternyata anak itu udah terlanjur diculik oleh rombongan pencari lorong rahasia. Inilah saatnya Lima Sekawan mengungkapkan apa yang sedang terjadi. Hhaha..  ^.~d

COVER BARU (NC)

 
4 Comments

Posted by on June 3, 2012 in Kids

 

Lima Sekawan 14 – Menyamarkan Teman


lima sekawan 14-menyamarkan teman

  • Pengarang               :    Enid Blyton
  • Genre                      :    Adventure
  • Tebal                       :    240 hlm, 18 cm
  • Penerbit                   :    Gramedia
  • Harga                      :    23.000 IDR
  • Pertama terbit          :    1955
  • Cetakan ke13           :    Agustus 2006
  • Tanggal Beli             :    –

Petualangan KEEMPAT BELAS mereka yang seru dan mengasyikkan!

George benar-benar jengkel waktu seorang anak perempuan Amerika yang menginap di Pondok Kirrin, harus menyamar sebagai anak laki-laki! Tapi ini bukan saatnya bagi George untuk merasa iri, sebab Berta anak perempuan Amerika itu memang sedang bersembunyi dari para penculik, dan hanya LIMA SEKAWAN yang sanggup menjaganya!

Review :

Liburan musim panas Lima Sekawan kali ini dihabiskan di Kirrin, seperti biasa. Dan kini sisa tiga minggu waktu yang bisa mereka habiskan di Kirrin akan benar-benar mereka nikmati. Sebelum berkumpul di Kirrin, Dick dan Julian pergi melancong ke luar negeri selama sebulan penuh, sementara Anne pergi berkemah dan setelah itu ada temannya yang menginap dirumah. Sedangkan George sendiri tinggal di Kirrin.

Siang yang cerah ini Paman Quentin akan menjamu dua teman ilmuwannya. Salah satu tamu Paman Quentin berasal dari Amerika dan rupanya memiliki putri bernama Berta. Berta ini akan bersekolah di sekolah Anne dan George. Siang itu, anak-anak hanya diminta untuk memperkenalkan diri dan kemudian mereka boleh melanjutkan hari mereka dengan berpiknik. Sangat menyenangkan 😀

Seperti biasa, sehari dua hari berlalu tanpa terasa. Barulah pada hari ketiga mereka mulai merencanakan apa yang akan mereka lakukan untuk menghabiskan waktu mereka. Dan siang itu ada sesuatu yang aneh. Julian mengangkat telpon dan yang bicara adalah salah satu tamu Paman dua hari yang lalu, si orang Amerika. Dari nadanya bicaranya seperti orang bingung dan ia berpesan pada Julian agar disampaikan pada Paman bahwa dia akan datang ke Pondok Kirrin larut malam. Karena Dick sangat ingin melihat mobil besar si orang Amerika yang bernama Elbur itu, maka ia rela begadang sampai malam. Tapi anehnya, Elbur bukannya naik mobil tapi malah naik sepeda. Bahkan yang lebih aneh, orang itu masuk kerumah lewat jendela ruang kerja Paman Quentin, padahal Bibi Fanny akan membukakan pintu depan. Namun karena Dick sudah sangat mengantuk, ia pun melupakannya dan jatuh tertidur.

Keesokan harinya Paman Quentin memanggil anak-anak dan memberitahu perihal masalah Elbur. Elbur mendapat ancaman penculikan terhadap anak tunggalnya yang bernama Berta. Itulah kenapa ia meminta tolong Paman untuk menampung Berta selama tiga minggu kedepan. Seperti biasa George lah yang kesal, namun akhirnya ia luluh juga. Rencananya Berta akan datang malam ini. Benar saja, disaat anak-anak sudah terlelap, datanglah Berta. Anak perempuan itu harus berbagi kamar dengan George dan Anne. Malam itu saat Bibi Fanny mengantar Berta ke kamar, George terbangun. Ternyata Berta membawa anjing bernama Sally, tentu saja George semakin kesal. Hha..

Pagi berikutnya anak-anak berkenalan dengan Berta dan Sally. Hanya George yang cemberut. Lalu ada surat dari Elbur, ayah Berta, yang mengisyaratkan untuk menyamarkan anak tunggalnya itu dengan merubahnya menjadi anak laki-laki. Berta harus berdandan menyerupai anak laki-laki, memotong rambutnya, dan memakai nama baru. Tentu saja Berta menolak mentah-mentah, bahkan hampir menangis. Namun ia tidak berdaya. Alhasil, Bibi Fanny, Joanna ─juru masak di Pondok Kirrin─ serta anak-anak langsung meng’edit’ Berta. Bocah-bocah ini juga mendapat instruksi untuk jangan pernah meninggalkan Berta ─atau yang sekarang dipanggil Lesley─ dan melaporkan siapapun orang yang menurut mereka mencurigakan pada Bibi atau polisi setempat. Well, ya, bahkan polisi pun tahu tentang program perlindungan Berta. Hhe..

Segera, Berta pun menjadi Lesley. Walaupun dengan berat hati, ia tetap menikmati harinya sebagai bocah laki-laki. Lesley dan Lima Sekawan bersenang-senang setiap hari. Lebih dari seminggu kemudian, suatu malam terdengar gemuruh yang kencang, tanda akan timbul badai. Anne terbangun dari tidurnya. Sesungguhnya, ia tidak hanya mendengar gemuruh badai, namun juga mesin perahu motor. Saat ia melihat keluar jendela, ia merasa melihat sinar yang bergerak-gerak di teluk Kirrin. Baru pada siang harinya saat sedang bersenang-senang di pantai, mereka melihat pantulan sinar matahari dari teropong milik seseorang yang sedang berbaring di Pulau Kirrin ─tepat di seberang tempat mereka bermain. George marah karena ada orang yang berani menginjakkan kakinya di pulau miliknya itu. Bahkan untuk memata-matai mereka yang sedang bermain di pantai.

Saat Lima Sekawan tambah Lesley dan Sally pergi ke Pulau Kirrin untuk memeriksa keadaan, mereka menemukan puntung rokok. Belum lagi ternyata ada orang yang kabur dari Pulau dengan perahu motornya. Sayang anak-anak kalah cepat dan lupa membawa teropong untuk melihat nama atau ciri dari perahu itu. Sekembalinya mereka ke Teluk Kirrin, Anne yang pergi membeli es krim mendapat kabar dari sang penjual bahwa ada seseorang yang menanyakan anak-anak di Pondok Kirrin. Segera Anne menceritakan hal ini pada saudara-saudaranya.

Joanna yang mengetahui kabar ini jadi semakin kalut. Ia meningkatkan pertahanan Pondok Kirrin. Pasalnya, Bibi Fanny dan Paman Quentin terpaksa menunda kepulangan mereka seminggu lebih lama karena urusan Paman belum kelar. Ckck.. Ini nih, petualangan Lima Sekawan mulai terlihat 😀

Malam, saat anak-anak sedang bermain, George melihat seraut muka sedang mengintip dari luar jendela. Saat akan tidur, George terpaksa membawa Sally turun ke kandang Timmy karena anjing itu sangat menganggu George dan Anne. Namun terjadi sesuatu yang mengerikan, George diculik! Sudah pasti penculiknya salah mengira kalau George adalah Lesley. Barulah pagi berikutnya orang rumah menyadari hilangnya George.

Penyelidikan pun dimulai. Setelah tahu George menghilang, Joanna langsung mengamankan Lesley ke rumah saudaranya di desa tetangga, tempat dimana Jo si anak gelandangan sekarang tinggal sementara ayahnya masih dipenjara. Julian, Dick, dan Anne melakukan penyelidikan dengan bantuan Timmy yang mengendus bau George hingga mereka menemukan jejak ban mobil tidak jauh dari Pondok Kirrin. Setelah ditelusuri, ternyata mereka menemukan beberapa barang George dan secarik kertas dengan tulisan ‘Gringo’ yang pasti ditinggalkan George sebagai petunjuk.

Malam harinya, datang Jo ke Pondok Kirrin. Hhaha.. Anak itu tingkahnya tidak berubah, masih pemberani dan bandel. Tapi berkat Jo, mereka jadi tahu arti kata Gringo. Gringo ternyata adalah nama pemilik dari Pasar Malam Gringo. Hari berikutnya, Jo memperkenalkan Julian dan Dick pada Spiky, anak pemilik komidi putar di pasar malam itu. Julian, Dick, dan Jo kemudian mulai menyelidiki perihal kemungkinan George disekap di salah satu karavan milik Gringo. Dengan bantuan Spiky, petualangan mereka pun berlanjut 😀

COVER BARU (NC)

 
Leave a comment

Posted by on February 9, 2012 in Kids

 

The Secret Seven 2 – Rahasia Jejak Bundar


  • Pengarang               :    Enid Blyton
  • Genre                      :    Adventure
  • Tebal                       :    144 hlm ; 18 cm
  • Penerbit                   :    Gramedia
  • Harga                      :    20.000 IDR
  • Pertama terbit          :    1972
  • Cetakan ke-6            :    Agustus 2011
  • Tanggal Beli             :    5 September 2011

Sapta Siaga ingin melacak jejak pencuri kalung mutiara Lady Lucy Thomas. Sayang petunjuk yang ada hanya sedikit… dan membingungkan! Jejak bundar di pekarangan Milton Manor, sehelai benang biru dengan benang merah halus terjalin di dalamnya, dan sebuah topi butut!

Review :

Anggota Serikat Sapta Siaga mengadakan rapat mingguannya. Akhirnya Peter, Janet, Colin, George, Barbara, Pam, dan Jack kembali berkumpul di markas mereka, sebuah gudang tua yang terletak di ujung kebun rumah Peter dan Janet. Lagi-lagi tak ada laporan kejadian yang menarik bagi mereka. Padahal ketujuh bocah ini sudah haus akan petualangan. Empat minggu mereka tidak mengalami kejadian seru, itulah kenapa mereka merasa bosan.

Tapi kemudian mereka punya ide, yaitu bermain Indian-Indianan dan Colin lah yang jadi umpan. Ia dikejar-kejar oleh kawan-kawannya. Hhi.. Kasihan dia 🙂

Sore itu, Sapta Siaga bermain di sebuah hutan kecil penuh semak belukar yang biasa mereka sebut Hutan Semak. Letak hutan ini kurang-lebih satu kilometer dari rumah Peter dan Janet, di seberang ladang, dan di tepi hutan itu ada sebuah rumah besar yang dikelilingi pagar tembok tinggi. Rumah ini adalah milik seorang bangsawan bernama Milton, sehingga rumahnya bernama Milton Manor.

Saat sedang bersembunyi dari kejaran teman-temannya, dari diatas pohon, sekelebat Colin melihat seseorang diatas tembok Milton Manor yang besar. Ia heran, siapakah orang itu? Kemudian Ia melihat orang itu bersembunyi diantara belukar yang sialnya malah berpapasan dengan Peter. Si orang misterius langsung lari pontang-panting dan kini giliran Colin yang kena sial karena ternyata orang itu berlari dan memanjat pohon yang sama dengan yang dijadikan tempat persembunyian Colin! Alhasil Colin yang malang tidak bisa dan tidak berani menyahut panggilan kawan-kawannya karena laki-laki itu duduk di dahan pohon tepat di bawah kaki Colin. Ia terlalu takut untuk bersuara. Saat teman-teman Colin menyerah dan pulang, si orang misterius pun turun dari pohon dan langsung menghilang. Sementara itu Colin dengan sangat diam-diam juga turun dari pohon dan berlari kembali ke markas Sapta Siaga. Sesampainya disana ia segera menceritakan pengalamannya pada teman-temannya. Seperti Colin, anak-anak yang lain juga tidak tau apa yang dilakukan pria itu d hutan. Baru malam harinya Peter dan Janet mendengar kabar dari radio bahwa kalung mutiara yang indah dan sangat berharga milik Lady Lucy Thomas di curi dari kamar tidurnya di Milton Manor. Sapta Siaga pun menyadari bahwa laki-laki yang mereka lihat sore tadi adalah si pencuri yang sedang dicari-cari! Peter dan Janet segera membuat undangan rapat bagi Sapta Siaga 🙂

Hari berikutnya, jam sepuluh anak-anak berdatangan ke markas dengan menyebutkan kata sandi mereka ketika masuk gudang. Dalam rapat mereka memutuskan untuk melaporkan kejadian kemarin pada pak inspektur. Lantas, merekapun pergi ke kantor polisi. Sepulang dari kantor polisi mereka kembali ke tempat dimana mereka bertemu si pencuri karena sapa tahu mereka menemukan suatu petunjuk penting. Benar saja, mereka menemukan pola jejak berbentuk bulat dengan diameter 7-8 cm. Selain itu mereka juga menemukan seutas tali biru dengan anyaman benang merah d dalamnya. Bahkan, Skippy pun menemukam sesuatu, topi yang tergelantung di atas dahan.

Berdasarkan petunjuk itulah Sapta Siaga mencari si pencuri. Dan dugaan mereka bahwa si pencuri adalah seorang akrobat diperkuat dengan adanya sekelompok pemain atraksi akrobat yang sedang manggung di kota mereka. Mereka pun pergi nonton acara itu. Benar saja, Colin dan Peter mengenali salah seorang pemain akrobat sebagai orang yang mereka temui di Hutan Semak. Seusai pertunjukan ketujuh anak ini menghampiri si pemain akrobat dengan dalih minta tanda tangan. Tapi kemudian ada satu hal yang membuat Sapta Siaga kecewa, karena rupanya bukan orang itu yang mereka cari.

Hari berikutnya, Janet, Peter, Colin dan Pam datang lagi ke lapangan tempat sirkus bermain. Mereka menemui Trinkulo, si lelaki yang sebelumnya mereka duga sebagai si pencuri. Kemudian Trikulo yang baik hati mengajak anak-anak berkeliling. Untuk kedua kalinya mereka bertemu dengan Louis si pemuda berwajah masam. Karena tak bisa berlama-lama, mereka pun berpamitan. Saat perjalanan keluar dari arena perkemahan para artis sirkus, Pam melihat sepasang kaus kaki berwarna biru yang cocok dengan benang yang mereka temukan di TKP, dan kali ini mereka sangat yakin dengan temuan mereka. Hanya saja, milik siapa kaus kaki ini?? Belum sempat menanyakannya, mereka sudah keburu diusir oleh seorang wanita tua yang galak. Sayang sekali 😉

Lalu mereka punya ide, Peter dan Colin pergi nonton pertunjukan lagi, tapi ditengah acara mereka akan menyelinap untuk melihat karavan yang mereka curigai. Sayangnya karena malam itu gelap, kedua anak ini masuk karavan yang salah, dan sialnya si pemilik karavan kembali. Mereka terpaksa bersembunyi dalam kolong kursi. Tentu saja mereka jadi bisa mendengarkan pembicaraan si pemilik karavan dengan seseorang berkaus kaki biru! Wah, siapakah dia? Tentu saja Peter dan Colin tidak dapat melihat muka orang itu karena tempat persembunyian merera yang di dalam kolong. Saat si pemilik karavan keluar dari karavannya, nasib Peter dan Colin semakin sial karena pintu karavan terkunci dari luar! Belum lagi kemudian keberadaan kedua bocah ini diketahui orang itu. Haiss, tamat suda riwayat kedua anak ini. Hhaha.. Tapi jelas, petualangan mereka ga berenti gitu aja dong 😀

 
5 Comments

Posted by on January 31, 2012 in Kids

 

The Secret Seven 1 – Serikat Sapta Siaga


  • Pengarang               :    Enid Blyton
  • Genre                      :    Adventure
  • Tebal                       :    128 hlm ; 18 cm
  • Penerbit                   :    Gramedia
  • Harga                      :    20.000 IDR
  • Pertama terbit          :    1949
  • Cetakan ke-6            :    Agustus 2011
  • Tanggal Beli             :    31 Agustus 2011

Lencana Jack terjatuh ketika Sapta Siaga sedang membuat boneka salju. Terpaksa malam-malam ia mencarinya. Di malam itu Jack melihat mobil gandeng berhenti di depan rumah kosong. Dua laki-laki turun dan membuka pintu mobil. Tiba-tiba terdengar dengusan marah, disusul jeritan yang melengking tinggi, lalu suara pergumulan, diselingi napas terengah-engah dua laki-laki…. Wah, ini kasus yang cocok untuk Sapta Siaga!

Review :

Serikat Sapta Siaga adalah sebuah perkumpulan yang terdiri dari tujuh anak bernama Peter, Janet, George, Pam, Colin, Jack, dan Barbara. Awalnya, perkumpulan ini didirikan oleh Peter dan adiknya, Janet . Mereka beranggapan, pasti asyik bila membentuk suatu kelompok rahasia. Para anggotanya harus hafal kata sandi yang dirahasiakan dan memakai sebuah lencana berupa kancing dengan tulisan SS di baju mereka. Ihir.. Satu lagi seri petualangan karya Enid Blyton yang pasti juga santai dan seru 😀

Setelah liburan Natal yang sibuk, akhirnya Serikat Sapta Siaga kembali mengadakan rapat rahasia. Mereka berkumpul di sebuah gudang yang mereka sebut sebagai “Rumah Penggilingan Tua”. Agenda pertama, mereka harus menentukan kata sandi baru untuk digunakan kemudian. Wah, wah.. lucu. Belum lagi anak-anaknya memiliki sifat yang beragam, jadi terasa ramai perkumpulan ini ^^, Setelah itu mereka membicarakan tentang kegiatan Sapta Siaga yang akan mereka lakukan.

Usai perkumpulan, mereka pergi ke sebuah lapangan untuk bermain-main. Mereka membuat sepasukan boneka salju. Namun saat tiba dirumah, Jack baru sadar kalau ia kehilangan lencananya. Karena sudah kena marah Miss Ely ─pengasuh Susie, adik perempuan Jack─ dan tidak diperbolehkan keluar rumah lagi, maka ia terpaksa menyelinap malam harinya.

Untung lencana itu cepat ia temukan. Saat akan pulang, lampu senternya mati, dan ada sebuah mobil gandeng yang berhenti di depan sebuah rumah tua kosong. Umm, sebenarnya ada si penjaga rumah yang galak dan tuli yang tinggal di rumah itu. Hanya saja, ia pasti tidak mendengar kalau ada mobil yang datang.

Jack terpaksa bersembunyi di balik pagar dan mendengarkan perbincangan dua orang yang saling menyapa Nibs dan Mac itu. Kemudian Jack memutuskan untuk pergi dengan mengendap-endap. Tapi lantas ia lari tunggang langgang karena ia mendengar sesuatu yang mengerikan saat kedua orang itu membuka gandengan mobil. Ia mendengar bunyi dengusan marah yang disusul pekik melengking tinggi. Sesudah itu keributan pergumulan, diselingi nafas terengah-engah yang berasal dari kedua orang yang dilihatnya tadi. Jack tidak bisa menerka, bunyi apa gerangan tadi??

Sesampainya di rumah, Jack kembali bersemangat. Inilah misteri yang harus dipecahkan Sapta Siaga! Ia segera menulis surat dan pergi ke gudang pertemuan, menyelipkan surat yang berisi permintaan untuk segera diadakan rapat, yang besok pasti sudah dibaca oleh Peter, sang ketua Serikat.

Benar saja, pagi harinya Janet yang menemukan surat itu dan menyerahkannya pada Peter. Akhirnya mereka mengundang kawan-kawannya untuk rapat dadakan ini. Jack pun menceritakan kejadian yang ia alami semalam. Mereka dengan semangat mendiskusikannya. Yang terjadi berikutnya, mereka sudah membagi tugas atas apa yang harus mereka lakukan untuk menyelidiki misteri ini.

Siang harinya mereka berkumpul lagi dan melaporkan hasil pengamatan serta penyelidikan mereka. Karena sebuah spekulasi tentang kemungkinan kembalinya si dua orang asing itu lagi, maka keempat anak laki-laki memutuskan untuk mengintai rumah kosong malam nanti. Tentu saja mereka harus menyamar sebagai manusia salju dan mengajak anjing Peter yang bernama Skippy untuk jaga-jaga. Wahwah, semakin seru nih. Apalagi setelah itu mereka mendengar suara pekikan dari dalam rumah. Peter dan Jack pun pergi menyelinap ke dalam rumah sementara Colin dan George berjaga di luar. Hhe..

Pada dasarnya, saking ringannya cerita buku ini, aku sampai udah bisa menebak siapa yang sebenarnya terkurung di rumah itu sejak Sapta Siaga mengadakan penyelidikan pertama kali. Dan dugaanku benar saja. Ahhahai.. Dasar buku anak-anak 😀 Tapi overall, aku suka!

 
2 Comments

Posted by on September 25, 2011 in Kids

 

Lima Sekawan 13 – Rawa Rahasia


lima sekawan 13-rawa rahasia

  • Pengarang               :    Enid Blyton
  • Genre                      :    Adventure
  • Tebal                       :    256 hlm, 18 cm
  • Penerbit                   :    Gramedia
  • Harga                      :    23.000 IDR
  • Pertama terbit          :    1954
  • Cetakan ke-14          :    Juli 2008
  • Tanggal Beli             :    –

Petualangan KETIGA BELAS mereka yang seru dan mengasyikkan!

Apa sih yang membuat Rawa Rahasia dinamakan seperti itu? Mengapa kaum kelana selalu pergi ke sana di waktu-waktu tertentu? Apakah mereka melakukan sesuatu yang misterius di sana? Lima Sekawan begitu ingin tahu, hingga nekat membuntuti kaum kelana yang akan berkemah di Rawa Rahasia… Tapi tiba-tiba kabut tebal turun dan menyelimuti rawa itu, hingga LIMA SEKAWAN tersesat dan tercerai berai…

Review :

George dan Anne terjebak satu minggu liburan di sebuah peternakan kuda. Well, kalau Anne sih senang-senang saja karena ia sangat suka menunggang kuda. Tapi George bosan setengah mati. Apalagi ada anak perempuan yang tingkahnya mirip George. Namanya Henrietta dan hanya mau menyahut kalau dipanggil Henry, sama seperti Georgina yang hanya mau menyahut kalau dipanggil George. Hha..

Di Captain Johnson’s Riding School ini, banyak anak-anak yang menghabiskan waktu liburan disini. Saat ini setidaknya ada sepuluh anak dan mereka menikmati saat-saat mereka menginap di Istal, termasuk Anne, walaupun tidak dipungkiri, sama seperti George, ia juga merindukan kedua abangnya ─Julian dan Dick─ yang sedang berkemah bersama kawan-kawan sekolah mereka. Untung kemudian datang telegram dari Julian dan Dick yang mengatakan bahwa mereka akan datang ke Istal. Jadi George bisa kembali bersemangat mengingat akan bertemu dengan sepupu-sepupunya lagi.

Akhirnya Julian dan Dick tiba. Sayang George harus marah karena yang menjemput kedua sepupunya ini malah Henry karena suatu sebab. Wah wah, perang antara George dan Henry rupanya sulit untuk di padamkan nih. Hhe.. Sama-sama keras kepala. Keduanya di gambarkan oleh Enid Blyton dengan miripnya 🙂

Saat Lima Sekawan sedang bersantai, muncul anak kaum pengelana yang biasa di panggil Si Ingus. Si Ingus ini datang untuk mengambil kudanya ─Clip─ yang sebelumnya ia titipkan pada Kapten Johnson untuk diobati luka di kakinya. Tapi kemudian Si Ingus ditempeleng oleh ayahnya dan diperintahkan untuk mengambil Clip lagi karena kelompok pengelana mereka harus segera berangkat ke Rawa Rahasia.

Untuk mempermudah, Si Ingus menyarankan agar ayahnya tetap berangkat dengan menumpang salah satu karavan yang lain sementara Si Ingus akan menyusul sehari dua hari kemudian. Umm, buat kaum pengelana rupanya tidak sulit untuk mencari jejak karena mereka punya isyarat jejak patrin yang biasanya di tinggalkan oleh pengelana sebelumnya untuk mereka yang tertinggal di belakang.

Malam harinya Julian dan Dick tidur di dalam Istal bersama dengan Clip, kuda Si Ingus. Tapi ada seseorang yang tersandung kaki Julian yang melintang. Ternyata ayah Si Ingus yang ingin mengambil Clip! Dan ternyata kepala rombongan pengelana ─Barney Boswell─ menghendaki kelompoknya pergi semua bersama-sama. Jadi ia marah pada ayah Si Ingus. Namun dengan ancaman dari Julian bahwa ia akan membangunkan Kapten Johnson, si ayah memutuskan untuk pergi walau dengan bersungut-sungut. Dick dan Julian jadi penasaran, apa yang kelompok ini lakukan di Rawa Rahasia sebenarnya, karena menurut cerita yang mereka dapat, di sana tidak ada sesuatu yang menarik yang bisa mereka lakukan.

Hari berikutnya, Lima Sekawan memutuskan akan pergi berkuda ke Rawa Rahasia. Namun kemudian Julian beserta adik-adiknya memutuskan untuk mengajak Henry. Tentu saja George marah dan merajuk. Dengan alasan sakit kepala, George dan Timmy akhirnya tidak jadi ikut. Kali ini mengikuti saran Bu Johnson, Julian dan kedua adiknya membiarkan saja keputusan George dan meninggalkannya untuk sekedar pelajaran bagi George agar tidak mudah merajuk. Well, ternyata George juga menyesali sikapnya yang keras kepala hingga membuat ia tidak bisa ikut bersenang-senang dengan saudara-saudaranya.

Di Rawa Rahasia, rombongan Julian bertemu dengan rombongan kaum kelana, namun sikap mereka sangat tidak bersahabat. Akhirnya Julian dkk memutuskan untuk melanjutkan petualangan. Saat akan kembali ke Milling Green, mereka malah tersesat. Untung mereka menemukan jalur rel tua yang sudah terpendam pasir dan tanah dan nyaris tidak tampak lagi. Pasti rel itu sudah sangat lama berada di sana. Mereka pun memutuskan untuk mengikuti jalur itu dan berharap semoga membawa mereka ke arah Milling Green. Benar saja! Akhirnya mereka bisa kembali dan mereka memutuskan untuk menjelajahi ujung rel yang satunya, besok.

Sementara itu, ternyata seharian George tidak kesepian, ada Si Ingus dan Liz ─anjing Si Ingus─ yang menemaninya. Ia merasa terhibur dengan ulah Liz yang memang bentuknya seperti segumpal wol hitam. Liz campuran berbagai jenis anjing, termasuk pudel, spanil, dan berbagai macam ras lainnya. Biar kecil, ternyata anjing itu sangat lucu dan lincah. Bahkan Timmy digambarkan sangat keheranan melihat tingkah Liz 😀 Selain itu, George pergi ke karavan Si Ingus dan diajari patrin olehnya.

Sore harinya, George dan kawan-kawan kembali berkumpul. Bahkan George dan Henry sudah berbaikan, tidak saling mengejek lagi. George menceritakan pengalamannya dan Julian serta yang lain juga menceritakan perihal penemuan mereka. Kapten Johnson sangat tertarik mendengar tentang rel itu. Ia tidak tahu menahu kalau pernah ada lintasan kereta di Rawa Rahasia karena memang beliau dan Bu Johnson baru tinggal di daerah situ selama lima belas tahun. Kapten pun menyarankan anak-anak untuk bertanya pada Pak Ben, pandai besi di desa itu yang sudah berumur delapan puluh tahun dan tinggal disini sejak beliau lahir. Jadi mungkin beliau tahu tentang rel itu.

Disisi lain, Julian dan yang lainnya tak habis pikir, kemana sebenarnya rombongan pengelana itu pergi. Pasalnya, ujung lain dari rel ternyata mengarah ke pesisir Rawa Rahasia, dimana yang ada hanya tebing-tebing curam yang tidak bisa di daki, tidak bisa untuk berenang atau berperahu, bahkan tidak ada pantai, padahal kelompok ini rutin pergi kesana, setidaknya tiga bulan sekali. Karena penasaran, anak-anak pun memutuskan untuk menyelidikinya besok.

Berbekal informasi yang di dapatkan dari Pak Ben si pandai besi dan  patrin-patrin yang banyak dibuatkan Si Ingus, anak-anak pun mengikuti jejak rombongan kelana, dan yang mengejutkan, mereka menemukan sesuatu yang diluar dugaan. Umm, as usual kan.. Petualangan mereka kali ini pun nggak kalah seru.  Apalagi ada Henry yang turut meramaikan suasana 😀

COVER BARU (NC)

 
5 Comments

Posted by on September 18, 2011 in Kids

 

Lima Sekawan 12 – Dalam Lorong Pencoleng


lima sekawan 12-dalam lorong pencoleng

  • Pengarang               :    Enid Blyton
  • Genre                      :    Adventure
  • Tebal                       :    256 hlm, 18 cm
  • Penerbit                   :    Gramedia
  • Harga                      :    23.000 IDR
  • Pertama terbit          :    1953
  • Cetakan ke-10          :    Agustus 2002
  • Tanggal Beli             :    –

Petualangan KEDUA BELAS mereka yang seru dan mengasyikkan!

Kali ini LIMA SEKAWAN yakin di daerah pesisir Cornwall yang sepi ini tak akan ada petualangan. Tapi, ketika suatu malam mereka melihat sinar memancar dari sebuah menara tua, mereka jadi bertanya-tanya. Betulkah di zaman sekarang ini masih ada pencoleng yang merampok kapal-kapal yang lewat dengan menyalakan suar palsu?

Akankah besok mereka menemukan kapal yang pecah berkeping-keping karena dijebak oleh para pencoleng itu?

Review :

Liburan kali ini Lima Sekawan akan melancong ke Tremannon Farm di Cornwall. Mereka membawa serta sepeda mereka dengan kereta api dari stasiun Kirrin. Setelah berkali-kali berganti kereta, akhirnya mereka tiba di Halte Polwilly, stasiun yang paling dekat dengan Tremannon Farm. Dari Halte Polwilly, mereka melanjutkan perjalanan dengan mengendarai sepeda. Halte ini sendiri sangatlah kecil, hanya berupa pangkalan kecil yang terbuat dari kayu, letaknya terpencil, dikelilingi padang rumput dan bukit-bukit rendah. Bahkan kemanapun mata memandang, tidak satupun tampak bangunan. Tapi mereka bisa melihat birunya lautan di kejauhan. Digambarkan dengan sangat indah pula. Wew..

Setelah 4 mil berkendara, mereka akhirnya tiba di Tremannon Farm dan disambut oleh Bu Penruthlan yang ramah, sang pemilik pertanian. Beliau sudah mempersiapkan hidangan yang lezat dan mengenyangkan bagi perut Julian dan adik-adiknya. Saat makan, muncul Pak Penruthlan yang gagah tinggi besar dan setiap ditanya Bu Penruthlan, beliau hanya menjawab ‘ah’ atau ‘kok’ dan rupanya Bu Penruthlan pun mengerti yang dimaksud si Bapak. Hhahaha.. Nah, dari Pak Penruthlan lah anak-anak tahu kalau akan ada pertunjukan sirkus yang datang ke desa itu. Namanya The Barneys. Biasanya kalau mereka datang, pertunjukan akan diadakan di lumbung pertanian Tremannon. Ah, anak-anak senang mendengarnya. Mereka bahkan udah nggak sabar buat nonton The Barneys.

Ada seorang bocah yang terus membuntuti Lima Sekawan sejak mereka jalan-jalan usai makan di hari pertama. Anak itu sangat kumal dan tampak bodoh. Namanya Yan. Bocah ini hanya tinggal bersama kakek buyutnya yang beda umur delapan puluh tahun dengannya. Alamak.. Walaupun kasian, tapi kehadiran bocah ini semakin membuat Dick, George dan Julian jengkel. Bahkan malam pertama mereka di pertanian, Julian terbangun karena Yan yang mengendap-endap di bawah jendela kamarnya. Ohoh..

Selama tiga hari pertama mereka berlibur, mereka hanya bermalas-malasan. Lalu mereka pergi ke pantai dimana banyak terdapat bebatuan, namun mereka memilih sebuah palung yang airnya tenang untuk berenang. Well, bukan suatu hal yang mengejutkan lagi kalau mereka memergoki Yan mengintip dari balik karang. Aduh, kasihan juga sebenarnya. Tapi karena suatu hal, kini anak-anak itu mulai mengajak bicara Yan, kecuali George tentu saja. George tidak suka kalau Timmy bercanda-canda dengan orang lain yang baru dikenalnya. Dasar George, lebih sering bermuka masam dia 🙂

Sore hari berikutnya, Lima Sekawan mengunjungi kakek Yan. Si kakek tua ini banyak bercerita tentang masa para pencoleng beraksi di pantai Tremannon. Namun beliau tidak mau bercerita tentang Lorong Pencoleng yang digunakan para pencoleng dulu. Beliau bilang kalau letak Lorong Pencoleng adalah rahasia keluarganya, dan tidak ada orang lain yang tahu. Yups, kakek buyut Yan ini dulu termasuk dari keluarga pencoleng sih. Ckck.. Lima sekawan kecewa karena mereka sangat penasaran dengan Lorong Pencoleng. Tapi ada hal lain yang juga bikin penasaran, tentang lampu suar tersembunyi yang akhir-akhir sering dilihat si kakek menyala kembali. Padahal bangunan tua tempat suar palsu dulu dibuat itu sudah rusak dan hampir runtuh. Siapa gerangan yang menyalakannya? Apakah akan ada kapal yang terjebak lagi dengan suar palsu ini?

Karena menurut cerita kakek Yan suar palsu akan menyala saat badai, maka malam itu Lima Sekawan memutuskan akan menyelidikinya. Malam hari, Julian dan Dick beneran pergi ke bangunan tua itu untuk melihat siapa yang menyalakannya. Waktu dalam perjalanan, Dick melihat seseorang yang berjalan di depan mereka. Berdua, mereka mendekat dengan mengendap-endap. Saat akan meloncat pagar, seseorang mencengkeram pundak Dick dan berusaha menangkap Julian. Untung kedua anak ini berhasil mengelak dan bersembunyi. Rupanya orang itu adalah Pak Penruthlan!

Esok harinya Julian dan Dick menceritakannya pada George dan Anne. Lalu datang Yan yang mengabari kalau semalam ia dan kakeknya melihat suar itu lagi. Hadoo.. Tentu saja anak-anak ini ingin mendatangi bangunan suar palsu itu lagi. Malam harinya Julian dan Dick akhirnya melihat suar palsu itu berkat bantuan Yan. Sekembalinya ke peternakan mereka menemukan seseorang sedang memeriksa isi barang bawaan The Barneys yang sekarang sudah tiba disana dan tidur di gudang-gudang peternakan. Dan ternyata, lagi-lagi orang itu adalah Pak Penruthlan! Wow. Segera setalah kedua anak ini kembali ke dalam rumah mereka membangunkan George dan Anne dan menceritakan pengalaman mereka.

Keesokan harinya anak-anak ini hampir lupa dengan kejadian semalam karena mereka terlalu sibuk membantu Bu Penruthlan mempersiapkan hidangan super banyak untuk mereka dan para artis pertunjukan. Ohoh. Pesta besar.. Mereka juga membantu para artis mempersiapkan properti pertunjukkan. Tentu saja malamnya pun pertunjukan The Barneys berjalan sukses. Para penonton bersenang-senang, termasuk Lima Sekawan 😀

Barulah hari berikutnya Lima Sekawan melakukan perjalanan ke arah menara suar palsu. Menara Pencoleng ini berupa sebuah rumah yang memiliki menara yang masih cukup untuh, walaupun rumahnya sendiri sudah sangat rusak. Di pintu depan rumah mereka menemukan tumpahan minyak tanah di tiap-tiap anak tangga menuju ke atas menara. Dengan hati-hati anak-anak ini menyusuri tangga naik ke atas dan menemukan bahwa bahwa bangunan ini benar-benar spot yang ideal untuk mengamati kapal-kapal yang melintas. Lima Sekawan pun berspekulasi panjang lebar mengenai bagaimana cara kerja Para Pencoleng dulu, dan sekarang.

Saat menjelajahi bangunan inilah mereka menemukan sebuah lorong di dalam perapian. Tentu saja mereka kemudian masuk dan menjelajahi lebih jauh. Mereka menemukan bahwa lorong ini mengarah ke berbagai tempat. Namun ternyata ada seseorang disitu dan Lima Sekawan terkurung di dalam salah satu gua. Wahwah.. Ini nii, petualangan Lima Sekawan jadi semakin seru deh. Belum lagi ternyata malam itulah saatnya para Pencoleng beraksi 😀

COVER BARU (NC)

 
1 Comment

Posted by on September 2, 2011 in Kids