RSS

Category Archives: Classics

The Yearling


  • Pengarang               :    Marjorie Kinnan Rawlings
  • Genre                      :    Classic
  • Tebal                       :    504 hlm ; 20 cm
  • Penerbit                   :    Gramedia
  • Harga                      :    55.000 IDR
  • Pertama terbit          :    Januari 1971
  • Cetakan                   :    Maret 2011
  • Tanggal Beli             :    5 September 2011

Jody Baxter dan keluarganya hidup di tanah pertanian mereka yang terpencil di Florida pada akhir tahun 1800-an. Sebagai anak tunggal, Jody sangat ingin mempunyai teman bermain. Ketika menemukan seekor anak rusa yatim-piatu di dalam hutan, Jody ingin memeliharanya. Ayahnya setuju, meskipun anak rusa itu mesti diberi jatah makanan dan susu yang sangat berharga bagi mereka.

Kasih sayang Jody kepada Flag, si anak rusa, sangat besar, dan ketika Flag semakin dewasa, mereka menjadi sahabat yang tak terpisahkan. Namun kemudian keluarga Baxter mengalami masalah berat ketika ayah Jody terluka parah dan Jody mesti menggantikannya bekerja di ladang. Pada saat-saat itulah Jody mesti menghadapi kenyataan dan mengambil keputusan yang sangat berat dalam hidupnya.

Review :

Satu lagi buku klasik yang aku rekomendasikan. Ceritanya sangat ─sangat─ bagus! Karakter Jody Baxter pun sangat kuat. Di awal cerita, bagaimana hubungan Jody dengan ibunya ─Ora Baxter aka Ma Baxter─ dan ayahnya ─Ezra Ezekiel Baxter aka Penny Baxter─ digambarkan dengan sangat apik, lucu, dan manis. Ibunya adalah sosok yang ‘besar’ dan sedikit keras. Namun ayahnya lah yang menjadi tameng Jody atas kekerasan sikap sang ibu. Walau begitu, hubungan Jody dan Ibunya baik-baik saja. Bahkan kadang diselingi dengan guyonan saat Jody menghadapi ibunya.

Diceritakan, Penny Baxter kala itu berusia tiga puluh tahun saat menikahi seorang gadis yang bertubuh besar, dua kali ukuran tubuh Penny Baxter. Kemudian ia membawa mempelainya ke sebuah peternakan yang cukup terpencil untuk memulai hidup disana. Tokoh Penny Baxter digambarkan sebagai lelaki yang lemah namun sangat sabar, penyayang, dan baik hati. Sayangnya benih Penny sama lemahnya dengan dirinya. Bayi-bayinya lemah, begitu lahir bayi-bayi itu sakit dan mati. Beberapa bayinya memiliki nama, namun yang lainnya hanya legenda, seperti Baby Baxter, tiga bulan enam hari, tidak pernah melihat cahaya fajar 😦

Ada jeda setelah kelahiran-kelahiran itu. Lalu ketika kesunyian tempat itu mulai membuat Penny sedikit takut, dan istrinya nyaris melewati usia subur, lahir Jody Baxter yang kemudian tumbuh sehat. Walaupun Ibu Jody menyambut kelahirannya dengan sikap sedikit menjauh, Penny menyayangi anak lelakinya itu dengan sepenuh hati 🙂 Ia selalu berusaha memahami sikap anaknya yang ingin kebebasan. Bermain kesana kemari. Mengagumi segala sesuatunya. Dan Penny memberi Jody sesuatu yang lebih dari sekadar sikap kebapakan.

Suatu malam, salah seekor babi betina gemuk peliharaan mereka dicabik-cabik oleh beruang Slewfoot Tua. Beruang yang sudah mereka hafal betul karena dari jejak kaki depannya, salah satu jari beruang itu buntung. Pagi harinya, Penny pun mengajak putranya untuk memburu beruang ini dengan disertai tiga anjing piaraan mereka. Sayang, disaat mereka hampir mendapatkannya, senapan tua Penny malam meletus kebelakang dan melukai pipinya, namun tidak parah. yang membuat sedih Penny adalah Julia ─anjing setia Penny─ terluka parah karena bergulat dengan Slewfoot Tua. Penny pun merawat Julia dengan sepenuh hati.

Hari berikutnya Penny memutuskan untuk berkunjung ke Keluarga Forrester dan melakukan barter untuk mendapatkan senapan baru karena ia terlalu miskin hingga hampir tidak memiliki uang. Sesungguhnya, tanah yang ia tempati sekarang dulunya ia beli dari Keluarga Forrester ini. Jadi tetangga satu-satunya Keluarga Baxter adalah Keluarga Forrester yang berjarak enam kilometer dari rumahnya. Perjalanan kali ini, Jody diajaknya. Jody berteman baik dengan anak bungsu di Keluarga Forrester. Fodder-wing panggilannya. Anak ini memang cacat, namun ia tidak merasakan aneh pada diri Fodder-wing. Ia menyukai sifat Fodder-wing yang ramah, konyol dan ceria.

Suatu ketika, Penny dan Jody berkunjung ke Volusia agar Penny dapat menjual rusa hasil buruannya kepada seorang pedagang bernama Mr. Boyles. Mereka kemudian mengunjungi Nenek Hutto yang sudah Jody anggap sebagai neneknya sendiri. Anak Nenek Hutto yang bernama Oliver baru saja pulang dari berlayar. Nah, disaat inilah timbul ketegangan karena Oliver mendapati Lem Forrester merebut kekasihnya. Maka, anak-anak Forrester mengeroyoknya dan Penny serta Jody terpaksa ikut campur karena merasa perkelahian ini tidak adil. Anak-anak Forrester melawan Oliver yang hanya seorang diri.

Sebagai balasannya, anak-anak Forrester mengumpan dan menyandra babi-babi piaraan Penny. Mereka masih mendendam ─terutama Lem─ pada Penny karena sudah membela Oliver. Terpaksa Penny dan Jody mencari babi-babi mereka. Saat melintasi hutan inilah Penny digigit oleh ular derik. Dan, ya ampun. Masa-masa kelam ini digambarkan dengan sangat sendu oleh Rawlings. Tapi aku salut dengan kegigihan mereka. Apalagi Buck dan Mill-wheel Forrester yang tidak menyimpan dendam pada Keluarga Baxter dan malah membantu mereka. Buck dan Mill-wheel tidak pernah mengira hidup Keluarga Baxter begitu pas-pasan. Maka Buck pun membantu Jody mengurus pertanian yang otomatis kini menjadi tanggung jawab bocah kecil ini. Belum lagi sekarang Jody punya anak rusa kecil yang membutuhkan perhatian dan kasih sayangnya.

Setelah lewat seminggu Penny harus beristirahat sementara Buck mengurus pertanian, dan Jody mengasuh bayi rusanya, Buck pun pulang kerumah karena ia resah memikirkan kesehatan adik bungsunya yang sakit, Fodder-wing. Hari berikutnya Jody memutuskan untuk menjenguk sahabatnya itu. Sayang, Jody terlambat. Sahabatnya telah meninggal. Kesunyian di Keluarga Forrester sangat nyata. Keluarga yang biasanya begitu ramai, kini membisu. Si bungsu yang bungkuk telah tiada.

Hari berganti minggu dan minggu berganti bulan. Mereka melanjutkan kehidupan. Kemudian datang angin ribut timur laut disertai hutan lebat yang tak henti-hentinya. Tujuh hari mereka terperangkap dalam rumah. Tak elak hancurlah ladangnya. Penennya sebagian besar gagal dan persediaan makanan menipis. Berhari-hari kemudian mereka menemukan bahwa hewan-hewan liar pun terancam punah karena wabah.

Kemudian segerombolan serigala kelaparan menyerbu ternak-ternak keluarga Baxter. Kini keluarga Forrester dan Baxter bekerja sama untuk memburu serigala-serigala ini. Setelah masalah serigala diatasi, gantian Slewfoot Tua yang kembali berulah. Anak sapi Penny yang baru saja lahir, dimangsanya, hanya beberapa hari menjelang perayaan Natal. Hal ini sungguh membuat Penny geram dan murka. Segera ia memburu Slewfoot dengan didampingi Jody yang kesulitan mengikuti jejak ayahnya yang bergerak cepat.

Akhirnya Slewfoot Tua berhasil dibunuhnya.

Kehidupan berlanjut, pertanian mulai aman, tentram, dan damai. Mereka menanam berbagai macam tanaman dan tampaknya mulai tumbuh dengan subur. Namun sayang, ayahnya mulai tidak bisa bergerak dengan bebas karena masalah nyeri sendi hebat yang dialaminya. Jody lah yang kali ini menangani sebagian besar pertanian. Belum lagi karena sekarang gangguan timbul dari Flag sendiri. Rusa piaraan Jody ini mulai menjadi dewasa muda dan begitu aktif. Sayangnya, keaktifannya ini membuat rugi pertanian karena ia memakan bibit-bibit jagung yang sedang tumbuh.

Ma Baxter marah. Namun Penny masih membela Penny dan menganggap Flag pasti tidak sengaja. Dengan perintah Penny, Jody harus membangun pagar yang tinggi di sekeliling tanaman jagung sehingga Flag tidak bisa menyerang lagi. Berhari-hari Jody berusaha mendirikan pagar. Berhasil memang. Tapi ternyata Flag lebih pintar. Hewan ini berhasil melompati pagar yang tidak cukup tinggi bagi Flag. Lagi-lagi mereka terancam kelaparan karena tidak hanya tanaman jagung yang dirusaknya. Well, sebelumnya Flag memang pernah berbuat demikian. Namun baru sekarang dihiraukan oleh mereka. Akhirnya Penny memutuskan tidak bisa membantu Jody lagi. Ma Baxter pun menembak Flag.

Jody sedih dan marah. Ia berteriak mengatakan hal-hal buruk pada orangtuanya dan pergi meninggalkan rumah dengan perasaan hampa. Ia terus berlari menjauhi rumah dan memutuskan untuk pergi ke Boston untuk menemui Oliver Hutto. Ia menyusuri sungai dengan perahu berlubang hingga tiba ke pelabuhan dan akan menumpang kapal dari sana. Ia tidak sanggup pulang karena terlalu kecewa. Ia menganggap ayahnya telah menghianatinya. Nah, di saat bagian inilah aku sampai jengkel sama Jody. Benar-benar egoisnya anak kecil. Yaaah, aku bisa membayangkan kesedihannya karena kehilangan hewan piaraan yang sangat ia sayangi. Tapi ya ampun, sampai membenci ayahnya yang ─sangat─ sangat baik ituu?? Aduh..

Sebuah cerita yang menganggambarkan realita kehidupan petani miskin pada jaman itu. Bagaimana mereka hidup dari hasil pertanian dan peternakannya yang tidak seberapa, dan harus mengadakan barter untuk mendapatkan sesuatu yang mereka butuhkan. Well, aku baca novel ini sungguh membangkitkan sebuah impian terpendamku, dan naif ─atau apalah namanya─ karena aku nggak mungkin mencapainya. Yah, setidaknya nggak di dunia nyata ini. Sejak kecil aku punya bayangan tentang  aku tinggal di pertanian kecil dimana aku menanam sayuran dan memelihara beberapa hewan untuk memenuhi kebutuhanku sehari-hari. Di imajinasiku sih, wah, pasti asyik banget. Keren. Tapi entah kenapa aku ngebayanginya dengan setting pedesaan di Inggris atau Belanda. Wkakaka.. Dasar. Imajinasi tingkat tinggi!! 😛

Yah, kembali ke topik aja deh. Cause, kalo ngomongin impianku, nggak bakal kelar tar 😉 Umm, mengenai  buku ini, aku memang suka. Namun, untuk katergori Classics, aku masih tetap paling suka sama A Tree Grows In Brooklyn. Menurutku, ceritanya lebih mengena di hati. Sedangkan dibuku ini, lebih banyak mengambarkan tentang ‘sistematika’ kehidupan bertani, bagaimana hubungan seseorang dengan orang lain, juga tentang keegoisan anak kecil yang cukup dimanja oleh ayahnya hingga akhirnya ia harus mendapat sebuah pelajaran untuk merubah sifat kekanakannya menjadi seorang dengan pikiran  dewasa.  🙂

Ratingku buat novel ini : 7,8

 
2 Comments

Posted by on December 25, 2011 in Classics

 

The Strange Case of Dr. Jekyll and Mr. Hyde


  • Pengarang               :    Robert Louis Stevenson
  • Genre                      :    Classic
  • Tebal                       :    128 hlm ; 20 cm
  • Penerbit                   :    Gramedia
  • Harga                      :    30.000 IDR
  • Pertama terbit          :    1886
  • Cetakan                   :    Mei 2011
  • Tanggal Beli             :    8 Juli 2011

Dalam usaha mencari jati dirinya, Dr. Henry Jekyll yang cemerlang justru menemukan monster.  Dia berhasil memisahkan sisi baik dan sisi buruk dirinya, namun ketika sisi buruk itu mulai menguasainya, Dr. Jekyll menyadari bahwa dia tak mungkin terus menjalani kehidupan gandanya.

Kisah klasik yang mendebarkan ini merupakan kajian tentang dualitas sifat manusia, dan melalui karyanya ini Robert Louis Stevenson kian memantapkan reputasinya sebagai pengarang.

Review :

Kisah ini dipaparkan oleh seorang pengacara bernama Mr. Utterson. Inti masalah awalnya adalah Mr. Utterson menangani sebuah kasus surat wasiat atas nama Henry Jekyll, M.D., D.C.L., LL.D., F.R.S., &c. (Gelar di bidang kedokteran dan hukum, serta keanggotaan Royal Society), yang menyatakan bahwa semeninggalnya dirinya, maka semua harta miliknya akan diwariskan kepada “teman dan pelingdungnya Edward Hyde”. Selain itu juga terdapat pernyataan apabila Dr. Jekyll menghilang atau tidak bisa dijelaskan ketidakberadaannya selama jangka waktu apapun yang melebihi tiga bulan kalender, maka Edward Hyde akan mengambil alih posisi Henry Jekyll tanpa penundaan lebih lanjut, dan dibebaskan dari segala beban dan kewajiban, dengan pengecualian sejumlah kecil uang kepada para pembantu yang bekerja di rumah dokter tersebut. Masalahnya adalah, ia jengkel dengan ketidak tahuannya pada Mr. Hyde ini. Setiap ia mencari, ia tidak pernah menemukan kejelasan. Barulah setelah ia berbicara pada dua temannya secara terpisah, Mr. Richard Enfield dan Dr. Lanyon, ia mendapat sedikit gambaran. Di satu sisi, suatu hari saat sedang jalan-jalan dengan Mr. Enfield, Mr. Utterson mendapatkan sebuah kisah  dimana kemudian diketahui bahwa orang yang diceritakan oleh Mr. Enfield ini bernama Hyde. Namun saat didesak lebih jauh, Mr. Enfield sendiri tidak bisa memberikan informasi tambahan selain mengenai sebuah rumah yang dimasuki oleh Hyde, sebuah rumah tanpa jendela di lantai satu, tiga jendela di lantai dua yang selalu tertutup dan hanya berpintu satu. Disisi lain, Dr. Lanyon yang juga seperti Mr. Utterson, adalah sahabat lama Henry Jekyll, mengatakan bahwa ia belum pernah sekalipun bertemu dengan Jekyll sejak lama dan tidak tahu menahu tentang nama Hyde.

Well, disini aku mulai meyakini, novel ini semacam novel detective. Dengan sajian beragam misteri dan teka-tekinya, cukup menarik dan enak diikuti. Terlepas dari tuanya cerita ini (buku kali ini tahun 1886, oey! Ckck.. masih sering aku takjub melihat angka-angka tahun terbit buku-buku klasik.. padahal udah lumayan (banyak lah) novel klasik yang kubaca dalam setahun ini.. wow..), bahasa yang digunakan untungnya nggak sekaku beberapa novel klasik lainnya, malah menurutku penuturan novel ini terasa wajar saja. Tanpa kerumitan bahasa untuk mencernanya.

Mr. Utterson semakin menyelidiki identitas si Mr. Hyde ini. Ia menjadi lebih sering memperhatikan rumah berpintu satu itu, ingin melihat wajah Mr. Hyde yang diceritakan Mr. Enfield. Dan akhirnya kesabarannya membuahkan hasil. Suatu malam ia akhirnya bisa menyapa Mr. Hyde ini dan melihat wajahnya dinginnya. Namun Mr. Hyde dengan kasar meninggalkan Mr. Utterson karena tidak ingin lelaki itu ikut campur. Sepulangnya, Mr. Utterson mendatangi rumah Henry Jekyll, namun rupanya sahabatnya itu sedang tidak ada dirumah. Barulah dua minggu kemudian ia bisa menemui Jekyll saat jamuan makan malam. Mereka mengobrol, dan lagi-lagi Mr. Utterson mengangkat topik mengenai wasiatnya. Jekyll meminta Mr. Utterson untuk berjanji dan memastikan agar Hyde mendapatkan apa yang tertulis di wasiatnya, entah itu Mr. Utterson menyukainya atau tidak. Jekyll sendiri berjanji akan menyelesaikan masalahnya sendiri dengan Hyde tanpa campur tangan siapapun. Terpaksa, Mr. Utterson mengucapkan  berjanjinya.

Sebulan kemudian, sebuah peristiwa mengemparkan terjadi. Seorang laki terpandang bernama Sir Danvers Carew terbunuh dengan sadis. Seorang saksi mata mengenali Mr. Hyde sebagai pelakunya. Sayangnya, Sir Carew ini meninggal dengan memegang sebuah surat untuk Mr. Utterson. Yups, rupanya Sir Carew adalah salah satu klien dari Mr. Utterson. Kepada pihak berwenang, Mr. Utterson menunjukkan rumah dari Mr. Hyde. Ya ampunn.. Sebenarnya Mr. Hyde ini siapa sih. Habisnya karakter Dr. Jekyll sendiri digambarkan sebagai lelaki yang baik dan adem ayem.. Aku sampai mikir, jangan-jangan pemuda bernama Hyde ini anaknya yaa?? Huh.. Tapi kalau baca sinopsisnya, kayaknya lebih mengarah ke kepribadian ganda. Tapi kenapa perawakan mereka beda, dan Mr. Utterson nggak mengenalinya kalau emang mereka ternyata satu orang? Trus apa maksud dari “kehidupan ganda”? Alamak, ini semua Cuma satu spekulasi dariku 😉

Nah, dari saksi dan bukti-bukti, ternyata memang Mr. Hyde lah tersangka utamanya. Namun kini pemuda itu sedang buron. Mr. Utterson mendatangi Dr. Jekyll, namun lelaki itu bersumpah tidak menyembunyikan, dan berjanji tidak akan berurusan lagi dengan pemuda itu. Tapi kenapa Dr. Jekyll harus memalsukan tanda tangan Mr. Hyde? Lagi-lagi Mr. Utterson kembali dibingungkan oleh tindakan sahabat baiknya ini. Belum lagi, kini Dr. Jekyll lebih banyak mengurung diri dan menolak kunjungannya. Bahkan hampir dua bulan berlalu. Hanya Guest, penasihat di kantornya, yang bisa ia ajak diskusi mengenai kasus Dr. Jekyll ini. Saat Mr. Utterson mengunjungi sahabat satunya, Mr. Lanyon, keadaannya tidak jauh lebih baik. Beberapa minggu kemudian, Mr. Lanyon sakit, lalu meninggal dunia. Beliau meninggalkan sebuah surat bersegel untuk dibaca sendiri oleh Mr. Utterson. Saat Utterson membuka segelnya dan mengeluarkan suratnya, ternyata surat di dalamnya juga tersegel dan ada sebuah kalimat diatasnya, jangan dibuka sebelum kematian atau menghilangnya Dr. Henry Jekyll. Nah lhoo, kata-kata ‘menghilang’ muncul juga di surat ini. Ada apa sebenarnya? Kenapa kedua sahabatnya ini selalu menganggap Henry Jekyll akan menghilang.

Wah, aku suka banget ngikuti novel misteri ini. Disampaikan dengan sangat lugas dan jelas. Nggak bertele-tele. Enak buat diikuti dan terus mengambangkan rasa penasaran. Sampai akhirnya, kita dipuaskan dengan penjelasan yang panjang lebar oleh Dr. Jekyll sendiri, dari awal sampai akhir,  mengenai situasi yang aneh ini. Sebenarnya nggak masuk di akal ceritanya, tapi yah, seperti yang sudah di sebutkan dalam sinopsisnya, kisah ini memang MENGGAMBARKAN dualisme sifat manusia. Antara sifat baik dan sifat buruk. Dan setidaknya Dr. Jekyll sudah berusaha mempertahankan sisi ke-manusiawian-nya sampai akhir.

Ratingku buat novel ini : 8,2

 
3 Comments

Posted by on July 24, 2011 in Classics

 

Jane Eyre


  • Pengarang               :    Charlotte Brontë
  • Genre                      :    Drama
  • Tebal                       :    688 hlm ; 20 cm
  • Penerbit                   :    Gramedia
  • Harga                      :    80.000 IDR
  • Pertama terbit          :    1847
  • Cetakan                   :    Oktober 2010
  • Tanggal Beli             :    27 Juni 2011

Jane Eyre adalah salah satu karya fiksi klasik terpopuler sepanjang masa. Walaupun miskin dan tidak cantik, Jane memiliki jiwa dan semangat yang tak terkalahkan, serta kecerdasan dan keberanian besar. Sebagai anak yatim-piatu, Jane menghabiskan masa kecilnya bersama keluarga bibinya yang kejam. Setelah menyelesaikan pendidikannya di Lowood, dia bekerja sebagai pengajar bagi anak perempuan Mr. Rochester, seorang tuan tanah yang sinis dan misterius. Padang belantara Yorkshire menjadi latar belakang kisah cinta yang lambat laun berkembang antara Jane Eyre dan Mr. Rochester, namun begitu banyak rintangan dan tragedi yang mesti dihadapi, perpisahan yang mesti dijalani sebelum mereka bisa bertemu lagi.

Review :

Kisah Jane Eyre dimulai dari saat ia masih anak-anak berusia 10 tahun. Ia anak yatim piatu dan tinggal bersama dengan orang tua asuhnya, Mrs. Reed, beserta ketiga anaknya, Eliza, John, dan Georgiana Reed. Ketiga anak ini, terutama John sang anak lelaki tunggal, sangat senang menganggu dan bahkan menyiksa Jane. Walaupun tindakan ini dilakukan di depan Mrs. Reed sekalipun, wanita tua itu tidak pernah menyalahkan John, dan terkesan buta tuli terhadap kondisi lingkungannya. Jane yang sadar akan kedudukannya akhirnya hilang kesabaran saat suatu kali John mengganggunya lagi. Jane memberontak dan menyebabkan ia mendapatkan hukuman kurungan di ruang merah. Bahkan Bessie dan Miss Abbot, pelayan di rumah itu pun tidak menyukai sifat keras Jane. Hew, kasihannya Jane kecil..

Ruangan merah ini sebenarnya  adalah sebuah ruangan besar dan mewah, namun sangat suram. Ruangan ini adalah ruangan dimana Mr. Reed menghembuskan nafas untuk terakhir kalinya sembilan tahun yang lalu. Pada dasarnya Mr. Reed adalah pamannya, saudara lelaki ibu Jane, dan beliau lah yang memutuskan untuk merawat Jane sejak Jane yatim piatu, sejak ia masih bayi. Namun semenjak meninggalnya sang paman, Jane merasa seperti tinggal dengan keluarga asing, begitu juga dengan perasaan keluarga Reed terhadapnya.

Terlepas dari ruang merah, Jane di kurung di ruang anak-anak dan dipisahkan oleh sepupu-sepupunya. Selama tiga bulan dia hidup dalam kesendirian, hanya Bessie yang kadang-kadang dengan baik hati mengajaknya bicara. Pada pertengahan bulan Januari itulah akhirnya ia mendapat kabar bahwa ia akan dikirim ke sebuah sekolah berasrama. Mr. Brocklehurst lah lelaki jangkung yang akan mengurus tentang pendidikannya selama di sekolah Lowood. Setibanya di sekolah asrama ini, tenyata keadaannya sangat memprihatinkan, dalam artian pendidikan yang diterima seperti pendidikan sekelas ‘pelayan’, bukan pendidikan tempat orang kaya bersekolah. Jelaslah, cuma 12 Pound pertahun dan mereka disokong oleh dana perwalian, mungkin semacam beasiswa kali ya..

Nah, di Institut ini Jane berkenalan dengan seorang gadis yang lebih tua darinya namun ia banyak menerima teguran bahkan cambukan rotan dari gurunya, Miss Scatcherd. Gadis ini bernama Helen Burns. Dia sangat suka membaca dan melamun saat pelajaran. Oia, kalo aku nggak salah mengerti, sistem pembelajaran di sekolah ini tu dibagi jadi empat kelompok dan kegiatan belajar mengajar diadakan dalam satu ruangan besar semacam aula dan masing-masing kelompok mengelilingi satu orang pengajar. Wah wah.. Tapi setidaknya Jane lebih betah tinggal di sekolah ini dengan segala keterbatasannya di bandingkan dengan rumah keluarga Reed dengan segala kemewahannya. Walaupun sangat memprihatinkan kalau melihat kondisi kesehatan terutama asupan gizi mereka. Sebagian besar pengajar disitu sangat kejam dan tidak menyenangkan. Hanya Miss Temple ─pengawas sekolah ini─ yang dihormati Jane karena kepribadiannya yang baik dan hangat. Jane mulai banyak belajar dan semakin tumbuh dewasa. Terutama setelah wabah tifus menyerang dan menewaskan banyak penghuninya, tidak terkecuali sahabat Jane, Helen Burns yang meninggal karena tuberculosis. Akhirnya tersingkap penyebab wabah bisa menyerang sekolah ini, yaitu karena gaya hidup tidak sehat yang mereka jalani. Akhirnya sistem sekolah pun berubah, semacam ‘komite sekolah’ dibentuk sehingga sekarang Mr. Brocklehurst bukanlah pengelola sekolah ini satu-satunya. Kehidupan terasa lebih manusiawi, dan Jane Eyre tumbuh menjadi seorang murid dan guru, delapan tahun kemudian.

Sungguh. Aku sangat suka bagaimana cerita ini dituturkan. Sangat apik dan lugas. Diambil dari sudut pandang Jane Eyre sendiri dimana seolah ia sedang menceritakan kisah hidupnya, menulis autobiografinya, dan membawa kita untuk turut menyelami segala kejadian penting dan bermakna dalam hidupnya yang penuh warna. Dengan kata lain, cerita ini beralur mundur. Segala kejadian digambarkan dengan sangat nyata dan menarik segenap perhatian hingga membuatku terus membalik tiap halaman dan membacanya. Jane Eyre sendiri adalah sosok yang sangat berkarakter. Ia gadis yang pandai dan tangkas. Walaupun ia pantang menyerah dan keras, ia juga digambarkan tidak mudah puas sehingga ia selalu berusaha untuk memenuhi rasa penasarannya. Ia selalu ingin mencoba hal yang baru, bahkan walaupun suatu hal itu sangat beresiko tinggi.

Diceritakan akhirnya Jane Eyre keluar dari kehidupan asrama Lowood di usia 18 tahun dan menjadi seorang guru pribadi bagi bocah berusia 7 tahun bernama Adele Varens. Adele adalah bocah yang berbahasa Prancis dan kurang bisa berbahasa Inggris. Anak ini adalah anak asuh dari Mr. Rochester, seorang tuan tanah yang bahkan lumayan jarang tinggal di rumah megah bernama  Thornfield Hall. Jane berteman baik dengan Miss Fairfax, seorang wanita tua yang menjabat sebagai kepala pelayan, dan sangat ramah, baik hati, juga berwatak tenang. Hubungan Jane dan Adele sangat baik, apalagi hanya Jane ─selain Sophie, pengasuhnya sejak kecil yang mengikuti Jane kemana bocah itu singgah pasca kematian orang tua Adele─ yang dapat ngobrol dengan bocah itu. Pasalnya Adele berbahasa Prancis, dan beruntungnya Jane, ia mendapatkan pendidikan bahasa Prancis selama di Lowood, jadi ia tidak merasa kesulitan untuk berkomunikasi dengan Adele. Adele sendiri adalah anak yang lincah dan kadang bandel, pandai namun tidak mau berusaha. Kedepannya, Adele ini memiki peran yang cukup penting dan pribadi kecilnya sangat manis. Aku aja senyum membaca penggambaran tingkah Adele di novel ini. Belum lagi nanti diketahui bahwa ibu Adele ternyata memiliki sejarah asmara dengan Mr. Rochester. Ohoh..

Waktu terus bergulir, rupanya perlahan Jane menyimpan perasaan cinta pada sang majikan yang jarang dirumah. Perbedaan umur tidak menjadi masalah bagi Jane karena, teman-teman, umur Mr. Rochester tu hampir-hampir bisa jadi sosok ayah bagi Jane. 20 tahun oey, perbedaan umur mereka.. wow.. Tapi Jane hanya memendam perasaannya, bahkan ia mati-matian untuk membunuh perasaannya ini. Kenapa? Karena selain perbedaan status, sayangnya Mr. Rochester memiliki seseorang yang kabarnya akan ia pinang. Miss Blance Ingram yang jelas-jelas sederajat dengan majikannya dan sangat menawan. Bahkan Jane melihat kedekatan keduanya dengan mata kepala sendiri saat Thornfield Hall kedatangan rombongan tamu teman-teman Mr. Rochester selama kurang lebih dua minggu. Mr. Rochester dan Ms Ingram sangatlah dekat hingga tanpa sadar Jane cemburu. Namun apa yang bisa ia buat? Belum lagi ia tahu bahwa wanita itu bukanlah sosok yang tepat buat Mr. Rochester karena terlihat dengan jelas bahwa wanita ini hanya mengincar harta dan yang terpenting, wanita itu sangat tidak menyukai sosok mungil Adele. Untuk menentramkan hatinya sendiri, Jane memiliki satu keyakinan bahwa dua orang ini akan menikah hanya karena untuk kepentingan politik saja.

Suatu hari tiba-tiba panggilan datang, Jane harus mengunjungi bibi Reed nya yang sedang sakit. Belum lagi bersama dengan panggilan itu ia mendapat berita bahwa John Reed, sepupu yang dulu sering menindasnya, meninggal karena hidup berantakan dan terlilit hutang akibat kecanduan judinya. Dengan melupakan dendam masa lalu, Jane pun meminta ijin pada majikannya untuk mengunjungi bibinya. Sang majikan sangat berat melepas Jane, apalagi setelah tahu jarak yang ditempuh Jane mencapai seratus enam puluh kilometer. Dan memaksa gadis itu berjanji bahwa ia harus kembali segera setelah urusannya kelar. Walaupun sebenarnya ia hanya diberi waktu ijin seminggu, Jane membutuhkan waktu hingga sebulan untuk kembali. Rupanya dalam perpisahan mereka, semakin menguatkan perasaan diantara mereka.

Pada dasarnya teman-teman, aku suka dengan sikap romantis dan perasaan sayang yang Mr. Rochester tunjukkan pada Jane. Dan dari percakapan mereka pun kadang menimbulkan gelak tawa tersendiri, sangat manis, walaupun tidak aku pungkiri bahwa seringkali aku bingung dengan bahasanya yang cukup berat dan berbelit. Bahasanya kakuu bangeet 😉

Setelah perpisahan mereka, akhirnya Mr. Rochester melamar Jane. Dan wow, kejadiannya menurutku malah lucu walaupun sangat manis dan sedikit romantis. Hanya sedikit 😛 Sebulan kemudian mereka akan menikah, namun saat janji setia akan terucap, muncul seorang laki-laki yang meminta pernikahan ini tidak dilaksanakan. Akhirnya, sebuah rahasia besar terkuak. Rupanya ada sosok Mrs. Rochester dalam kehidupan Mr. Rochester! Yups, Mr. Rochester pernah dan masih berstatus menikah sejak lima belas tahun yang lalu hingga detik ini dengan wanita bernama Bertha Mason. Ya ampun.. Kebayang kan gimana patah hatinya Jane. Pernikahan pun dibatalkan dan ia bahkan memutuskan untuk meninggalkan Thornfield Hall. Huft..  Kasihan Jane.. Perjalanan panjang yang ia lalui dan hampir-hampir merenggut nyawanya karena gadis ini tidak memiliki uang sepeser pun untuk makanan, bahkan ia harus tidur beberapa malam dibawah naungan langit malam.. Disaat ia berada di puncak kemalangannya, seorang pria menyelamatkan nyawanya dan perlahan, kehidupannya mulai tertata lagi. Keberuntungan demi keberuntungan, kebahagiaan demi kebahagiaan mulai menghinggapinya dan pria ini menjadi bagian dari kehidupannya untuk selamanya. 😀

Lantas, gimana dengan perasaan Jane pada Mr. Rochester? Bagaimana nasib pria malang itu? Well, kalian temukan sendiri jawabannya ya guys.. Asal dari awal kalian udah meniatkan baca novel ini lho ya..Kenapa? Karena seperti yang aku sudah bilang sebelumnya, tata bahasa buku ini cukup baku dan menurutku buku ini lumayan padat, dalam satu halaman ada 35 baris (itu udah tergolong padat banget buat buku ukuran 20 cm) dan satu buku ada 686 minus 6 halaman awal. Ckck.. mantap lah ngebacanya. Tapi kelebihan dari novel klasik yang sudah berumur 164 tahun ini adalah penggambaran dari cerita yang diambil dari sudut pandang Jane, narasi yang disampaikan sangat pribadi, tanpa basa-basi dan sangat deskriptif. Dan bagaimana kita dihadapkan dengan sosok Jane sendiri yang pemberani, bijaksana, mandiri, dermawan, cerdas, dan teguh pada prinsipnya menjadi nilai positif tersendiri. Yang jelas, aku baca buku ini aku merasa membaca buku diary Jane. 🙂

Ratingku buat novel ini : 8,2

 
11 Comments

Posted by on July 15, 2011 in Classics

 

Secret Garden


  • Pengarang               :    Frances Hodgson Burnett
  • Genre                      :    Drama, Family
  • Tebal                       :    320 hlm ; 20 cm
  • Penerbit                   :    Gramedia
  • Harga                      :    35.000 IDR
  • Pertama terbit          :    1 Februari 1911
  • Cetakan ke-2            :    April 2010
  • Tanggal Beli             :    *

Setelah kematian orangtuanya, Mary Lennox si gadis manja dan pemarah datang dari India untuk tinggal di rumah pamannya, Mr. Archibald Craven. Dia merasa kesepian di rumah besar dan sunyi itu. Namun suatu hari dia menemukan jalan menuju taman rahasia yang sudah bertahun-tahun dikunci. Dengan bantuan Dickon, anak lelaki yang bisa “berbicara” dengan binatang, dia menghidupkan kembali taman itu dan membuatnya indah. Kegiatan mengurus taman perlahan-lahan membuat sifat Mary berubah, dan pada akhirnya bukan hanya Mary yang menjadi bahagia karena taman rahasia itu…

Review :

Satu lagi buku tua nih.. Kalau liat tanggal pertama terbitnya, wew, berarti buku ini sudah ada selama 100 tahun lebih dikit. Kereen..

Seperti hal nya buku Frances Hodgson Burnett yang lain, A Little Princess, tokoh utama buku ini ceritanya juga tumbuh besar di India. Kalau tokoh Sara Crewe pindah ke Inggris karena bersekolah, kali ini, Mary Lennox terpaksa dikirim ke Inggris karena karena kedua orangtuanya meninggal akibat wabah kolera. Mary dikirim ke Misselthwaite Manor untuk tinggal bersama pamannya, Mr. Archibald Craven yang bungkuk, aneh, dan penyendiri. Pamannya itu jarang dirumah, kalaupun sedang dirumah, ia hanya mengunci diri di sisi lain bangunan rumah.

Di awal cerita, sifat manja namun keras, angkuh dan pemarah Mary sangat tergambarkan. Ia sangat keras kepala. Namun muncul karakter Martha, seorang pelayan rumah tangga yang mengurus keperluan Mary, yang memiliki sifat terbuka, ramah namun terkesan kasar karena logat Yorkshire nya yang kental. Yang aku suka dari tokoh Martha ini adalah sifat santainya. Kepribadian dia terasa kuat dalam cerita ini. Ia digambarkan sebagai pelayan yang tidak memanjakan. Saat di India, Mary terbiasa dipakaikan baju oleh pelayannya, disini dengan santainya Martha mengatakan, “Yah,… sudah waktunya kau belajar. Belum terlambat. Akan baik untukmu kalau bisa mengurus diri sendiri…” wow.. Orang semanja Mary dibegitukan jelas saja marah. Tapi Martha selalu bisa menandingi amarah Mary dengan keteguhan hatinya.

Di rumah megah ini, Mary hanya bermain sendiri. Ia berkeliling taman, lalu mencari sebuah taman yang diceritakan sudah terkunci selama 10 tahun. Pamannya langsung mengunci taman itu setelah sang istri meninggal tiba-tiba. Ia tidak ingin  ada seorang pun yang memasuki taman istrinya. Di hari-hari ia berkeliling sendiri, ia kemudian berkenalan dengan Dickon, anak lelaki yang bisa “berbicara” dengan binatang dan sangat mencintai dan dicintai oleh binatang-binatang. Mary senang memiliki teman. Ternyata Dickon adalah adik Martha. Jadi nanti ada saat Matha sebagai perantara pesan dari Mary untuk Dickon.

Bersama-sama, mereka berdua mencari taman rahasia dan menemukannya. Mereka begitu terpukau dan bersemangat untuk menghidupkan kembali taman itu. Diam-diam mereka berdua menghabiskan hari-hari dengan bercocok tanam berbagai macam bunga yang bibitnya Dickon beli di kota terdekat. Kedekatannya dengan Dickon dan rutinitasnya setiap hari perlahan merubah sifat Mary menjadi berperasaan dan penyayang. Bagus untuk Mary. 🙂

Mereka sangat bersenang-senang hingga suatu hari Mary menemukan fakta bahwa sebenarnya ia memiliki seorang sepupu! Ya ampun. Ternyata tangis malam yang selama ini ia dengar adalah sepupunya yang terkurung di sebuah kamar dan tidak mau keluar dari kamar itu. Ia mengidap sebuah penyakit yang membuatnya tidak bisa beranjak jauh dari kasur. Ia terus merasa hidupnya tidak akan lama lagi.

Sepupunya bernama Collin. Seperti Mary, sifat anak ini juga sangat keras. Jadi ada saat-saat dimana kedua anak ini adu mulut dengan sengit karena mempertahankan argumen masing-masing. Tau lah, dua anak keras berhadapan. Tapi yang lucu, pelayan-pelayan di rumah malah pada senang karena menurut mereka, Collin memiliki semangat baru setelah bertemu Mary.

Pada dasarnya, Mary tidak membenci Collin, ia hanya tidak suka dengan sifat manja Collin (padahal dulu sifatnya juga begitu.. hhe..) dan bersama Dickon, Mary memutuskan untuk mengenalkan Collin pada taman rahasia yang mereka rawat. Seperti Mary, setelah mengenal taman itu, perlahan sifatnya yang pesimis mulai menghilang. Ia mulai memiliki rona wajah lagi karena lebih sering untuk keluar kamar dan menghilang bersama kedua sahabanya ke balik taman rahasia. Mereka bertiga menjadi sahabat karib.

Semakin hari, Collin semakin tersugesti bahwa taman ini mengembalikan kesehatannya lagi. Dengan dibantu kedua sahabatnya, ia belajar berjalan dan lama-kelamaan, ia benar-benar meninggalkan kursi rodanya. Tapi ini hanya saat mereka di dalam taman rahasia. Di depan para pelayannya, Collin tetap menggunakan kursi roda. Ia menjadikan kemajuannya ini sebagai kejutan untuk ayahnya yang sangat jarang ia temui. Begitu juga dengan taman mereka yang indah saat musim semi datang. Mr. Craven kehilangan kata-kata melihat dua hal terpenting di hidupnya yang selama ini ia abaikan berubah menjadi suatu hal yang kembali hidup dan menakjubkan.

Yang jelas teman-teman, novel klasik ini tidak akan mengecewakan. Setiap perjalanannya penuh makna.

Oia, novel ini dibuat versi filmnya lho.. Dengan judul yang sama, film ini dibuat pada tahun 1993 dan dibintangi oleh Kate Maberly , Heydon Prowse, dan Andrew Knott. Filmnya aja hampir setua aku.. hhe..

Ratingku buat novel ini : 8,4

 
22 Comments

Posted by on May 19, 2011 in Classics

 

Kisah-Kisah Tengah Malam


  • Pengarang               :    Edgar Allan Poe
  • Genre                      :    Horror, Mystery
  • Tebal                       :    248 hlm ; 18 cm
  • Penerbit                   :    Gramedia
  • Harga                      :    40.000 IDR
  • Pertama terbit          :    1995
  • Cetakan                   :    Desember 2010
  • Tanggal Beli             :    4 April 2011

Kisah-Kisah Tengah Malam berisi tiga belas cerita pendek karya klasik Edgar Allan Poe. Masing-masing cerita di sini akan membawa pembaca menuju pengalaman unik yang penuh ketegangan, teror, dan misteri. Beberapa cerpen Edgar Allan Poe yang terkenal seperti Black Cat, The Fall of the Usher, dan Tell-Tale Heart bisa Anda temukan dalam kumpulan cerpen ini.
Saat membaca Kisah-Kisah Tengah Malam, Anda akan diajak memasuki rumah tua misterius, pembalasan dendam, kegelisahan sang pembunuh, hingga terombang-ambing dalam badai di lautan. Dan pada akhirnya, cerpen-cerpen pilihan di sini akan membawa Anda terkagum-kagum pada master horor gotik, Edgar Allan Poe.

Review :

Ya ampun, tua nya cerita-cerita yang ada di buku ini. Rata-rata ya, cerita di sini dibuat antara tahun 1833-1845. Yang paling tua berjudul CATATAN DALAM BOTOL yang dibuat pada tahun 1833. Dari ketiga belas cerita, aku paling suka yang POTRET SEORANG GADIS (1842), OBROLAN DENGAN MUMMY (1845), dan KUCING HITAM (1843).

POTRET SEORANG GADIS ceritanya lebih ke arah menyedihkan. Seorang pelukis ternama melukis potret istrinya selama berhari-hari. Saking berambisi untuk menyelesaikan lukisan itu, ia mengabaikan istrinya yang terus berdiam diri untuk dilukis. Sang Istri hanya menyunggingkan senyum bahagia demi sang suami tanpa mengeluh atau apa sampai sang suami menyelesaikan lukisan itu.

“… Kemudian, di saat berikutnya, dengan pandangan masih terpaku pada lukisan itu, sang pelukis mendadak pucat, lalu berteriak lantang, “Lukisan ini adalah kehidupan! ” ―sebelum memutar tubuh untuk memandang istrinya : “Dia sudah mati!

Ckck.. Bodoh, konyol dan menyedihkan, kan?

Kalau cerita OBROLAN DENGAN MUMMY jauh lebih konyol, dalam artian lucu. Tapi cerita ini ada unsur fiksinya. Yah, cerita-cerita ini memang fiksi, tapi jauh lebih terasa fiksinya! Masa ada mummy kok hidup lagi, ngobrol pula sama para dokter yang mau bedah dia. Trus yang lucu, saat ada adu mulut antara si mummy dengan 4 orang  manusia ini. Mereka berusaha mencari-cari kelemahan antara dua budaya, yaitu budaya zaman mummy masih hidup dan zaman manusia sekarang. Bodoh banget.. Tapi berhasil bikin ketawa, bukannya ngeri.. Hhe..

Nah, buat cerita yang KUCING HITAM ini sadis dan serem. Pokoknya bikin.. iih. Amit-amit dah. Antara sadis dan seremnya tu jadi satu. Ceritanya tu ada lelaki yang sayang banget sama hewan piaraan, terutama kucingnya. Trus kok tau-tau dia mulai jengkel. Lama kelamaan jengkelnya dia membuat dia gelap mata. Dia nyungkil mata si kucing trus berhari-hari kemudian dia nggantung kucing itu. Yaks. Nah, tar dia di hantui rasa bersalah, trus nemu kucing lagi, trus dia rawat dengan niatan baik, nggak bakal mengulang kesalahannya. Sayangnya kejadian terulang lagi dan kali ini jauh lebih parah dampaknya kemarahannya. Ckck. Pokoknya orang ini gila..

Ratingku buat novel ini : 7,2

 
33 Comments

Posted by on May 4, 2011 in Classics

 

A Little Princess


  • Pengarang     :   Frances Hodgson Burnett
  • Genre            :    Drama
  • Tebal             :   312 hlm
  • Penerbit         :   Gramedia
  • Harga            :   26.250 IDR
  • Cetakan         :   November 2010
  • Tanggal Beli   :   18 November 2010

Ketika baru datang ke London dan menjadi murid di sebuah sekolah asrama bergengsi, Sara Crewe memiliki segalanya ―pakaian-pakaian indah, boneka-boneka cantik, dan ayah yang selalu memenuhi segala keinginannya. Hidupnya nyaris sempurna, sampai hari ulang tahunnya yang kesebelas. Sara mendapat kabar bahwa ayahnya meninggal dan tidak mewariskan apa pun padanya. Gurunya, Miss Minchin, membencinya dan memperlakukannya dengan kejam, karena dia telah jatuh miskin. Kini Sara mesti menghadapi kesulitan-kesulitannya dan membuktikan bahwa dia tetap seorang putri raja yang bisa bertahan dalam menghadapi masa-masa berat itu.

Pendapatku :

Aku memang suka serial klasik. Kenapa? Selain gaya bahasanya yang masih sopan ―jelas saja, buku ini PERTAMA kali terbit itu tahun 1905 lho!― tapi nggak kaku, buku ini juga memberikan banyak pembelajaran buat kita semua.

Pertama, Sara adalah seorang sosok yang baik hati, walaupun dia masih kecil dan hidup menderita, dia selalu tersenyum dan memberikan penghiburan kepada teman-temannya walaupun ia sendiri sangat membutuhkannya. Kedua, melalui imajinasinya lah ia menyakinkan diri sendiri dan teman-temannya bahwa semua akan baik-baik saja. Dan yang terpenting, sosok Sara selalu positive thinking. Ia juga selalu memikirkan segala sesuatunya masak-masak sebelum melakukan. Menurutku itu keren, karena dilihat dari segi umur, ia masih anak kecil, dan ia seorang anak kecil yang tegar. Percayalah. Kau tidak akan menyesal membaca novel ini.

Kalau mau nonton filmnya, ada. Film buatan 1995 ini di perankan oleh Liesel Matthews dan di produseri oleh Alan C. Blomquist.

Ratingku buat novel ini : 9

 
4 Comments

Posted by on April 10, 2011 in Classics

 

A Tree Grows In Brooklyn


a tree grows in brooklyn

  • Pengarang     :   Betty Smith
  • Genre            :   Drama
  • Tebal             :   664 hlm
  • Penerbit         :   Gramedia
  • Harga            :    63.750 IDR
  • Cetak            :    Januari 2011
  • Tanggal Beli   :   16 Maret 2011

Di sebuah kompleks pemukiman miskin di Williamsburg, Brooklyn, tumbuh sebatang pohon ailanthus yang kuat dan tahan cuaca. Beberapa orang menyebutnya Pohon Surga -satu-satunya pohon yang berjuang keras mencapai langit dan sanggup tumbuh subur di lahan sempit dan diantara semen. Daun-daun dan ranting-rantingnya yang hijau mirip payung yang terbuka, dan di dekat pohon itulah Francie Nolan suka menghabiskan hari-harinya.

Francie Nolan adalah anak perempuan 11 tahun dari keluarga imigran di Brooklyn. Buku ini menceritakan perjalanan hidupnya, bersama adik lelakinya, ayahnya, dan ibunya yang begitu gigih ingin memberikan pendidikan bagi anak-anaknya agar bisa keluar dari jerat kemiskinan.

A Tree Grows in Brooklyn adalah cerita klasik yang menggambarkan dengan sangat mengesankan tentang pentingnya cinta dan fondasi keluarga yang kuat dalam mengatasi masa-masa penuh kesulitan.

Pendapatku :

Menurutku novel ini keren banget! Bener-bener mantap dalam menggambarkan realita kehidupan keluarga yang hidup susah, dari yang hidup serba kekurangan lalu sedikit demi sedikit mereka mampu mengatasinya, hingga akhirnya dapat hidup berkecukupan.

Secara keseluruhan buku ini dapat merangkum segala kejadian dalam hidup kita. Itulah kenapa menurutku buku ini benar-benar istimewa. Wajib baca!

Dengan alur dan plot nya yang pelan tapi mantap, kita bener-bener dibawa untuk berimajinasi dan turut merasakan apa yang dirasakan Francie. Ada saat dimana kita dibuat tersenyum tulus, dan ada saat kita dibuatnya menangis. Serius! Aku aja sampe nangis karena aku ngerasa ada di posisi Francie.

Dan yang terpenting, kita mendapat banyak banget pelajaran tentang kehidupan!

Ratingku buat novel ini : 9!  hhehe..


 
2 Comments

Posted by on April 7, 2011 in Classics