- Pengarang : Marjorie Kinnan Rawlings
- Genre : Classic
- Tebal : 504 hlm ; 20 cm
- Penerbit : Gramedia
- Harga : 55.000 IDR
- Pertama terbit : Januari 1971
- Cetakan : Maret 2011
- Tanggal Beli : 5 September 2011
Jody Baxter dan keluarganya hidup di tanah pertanian mereka yang terpencil di Florida pada akhir tahun 1800-an. Sebagai anak tunggal, Jody sangat ingin mempunyai teman bermain. Ketika menemukan seekor anak rusa yatim-piatu di dalam hutan, Jody ingin memeliharanya. Ayahnya setuju, meskipun anak rusa itu mesti diberi jatah makanan dan susu yang sangat berharga bagi mereka.
Kasih sayang Jody kepada Flag, si anak rusa, sangat besar, dan ketika Flag semakin dewasa, mereka menjadi sahabat yang tak terpisahkan. Namun kemudian keluarga Baxter mengalami masalah berat ketika ayah Jody terluka parah dan Jody mesti menggantikannya bekerja di ladang. Pada saat-saat itulah Jody mesti menghadapi kenyataan dan mengambil keputusan yang sangat berat dalam hidupnya.
Review :
Satu lagi buku klasik yang aku rekomendasikan. Ceritanya sangat ─sangat─ bagus! Karakter Jody Baxter pun sangat kuat. Di awal cerita, bagaimana hubungan Jody dengan ibunya ─Ora Baxter aka Ma Baxter─ dan ayahnya ─Ezra Ezekiel Baxter aka Penny Baxter─ digambarkan dengan sangat apik, lucu, dan manis. Ibunya adalah sosok yang ‘besar’ dan sedikit keras. Namun ayahnya lah yang menjadi tameng Jody atas kekerasan sikap sang ibu. Walau begitu, hubungan Jody dan Ibunya baik-baik saja. Bahkan kadang diselingi dengan guyonan saat Jody menghadapi ibunya.
Diceritakan, Penny Baxter kala itu berusia tiga puluh tahun saat menikahi seorang gadis yang bertubuh besar, dua kali ukuran tubuh Penny Baxter. Kemudian ia membawa mempelainya ke sebuah peternakan yang cukup terpencil untuk memulai hidup disana. Tokoh Penny Baxter digambarkan sebagai lelaki yang lemah namun sangat sabar, penyayang, dan baik hati. Sayangnya benih Penny sama lemahnya dengan dirinya. Bayi-bayinya lemah, begitu lahir bayi-bayi itu sakit dan mati. Beberapa bayinya memiliki nama, namun yang lainnya hanya legenda, seperti Baby Baxter, tiga bulan enam hari, tidak pernah melihat cahaya fajar 😦
Ada jeda setelah kelahiran-kelahiran itu. Lalu ketika kesunyian tempat itu mulai membuat Penny sedikit takut, dan istrinya nyaris melewati usia subur, lahir Jody Baxter yang kemudian tumbuh sehat. Walaupun Ibu Jody menyambut kelahirannya dengan sikap sedikit menjauh, Penny menyayangi anak lelakinya itu dengan sepenuh hati 🙂 Ia selalu berusaha memahami sikap anaknya yang ingin kebebasan. Bermain kesana kemari. Mengagumi segala sesuatunya. Dan Penny memberi Jody sesuatu yang lebih dari sekadar sikap kebapakan.
Suatu malam, salah seekor babi betina gemuk peliharaan mereka dicabik-cabik oleh beruang Slewfoot Tua. Beruang yang sudah mereka hafal betul karena dari jejak kaki depannya, salah satu jari beruang itu buntung. Pagi harinya, Penny pun mengajak putranya untuk memburu beruang ini dengan disertai tiga anjing piaraan mereka. Sayang, disaat mereka hampir mendapatkannya, senapan tua Penny malam meletus kebelakang dan melukai pipinya, namun tidak parah. yang membuat sedih Penny adalah Julia ─anjing setia Penny─ terluka parah karena bergulat dengan Slewfoot Tua. Penny pun merawat Julia dengan sepenuh hati.
Hari berikutnya Penny memutuskan untuk berkunjung ke Keluarga Forrester dan melakukan barter untuk mendapatkan senapan baru karena ia terlalu miskin hingga hampir tidak memiliki uang. Sesungguhnya, tanah yang ia tempati sekarang dulunya ia beli dari Keluarga Forrester ini. Jadi tetangga satu-satunya Keluarga Baxter adalah Keluarga Forrester yang berjarak enam kilometer dari rumahnya. Perjalanan kali ini, Jody diajaknya. Jody berteman baik dengan anak bungsu di Keluarga Forrester. Fodder-wing panggilannya. Anak ini memang cacat, namun ia tidak merasakan aneh pada diri Fodder-wing. Ia menyukai sifat Fodder-wing yang ramah, konyol dan ceria.
Suatu ketika, Penny dan Jody berkunjung ke Volusia agar Penny dapat menjual rusa hasil buruannya kepada seorang pedagang bernama Mr. Boyles. Mereka kemudian mengunjungi Nenek Hutto yang sudah Jody anggap sebagai neneknya sendiri. Anak Nenek Hutto yang bernama Oliver baru saja pulang dari berlayar. Nah, disaat inilah timbul ketegangan karena Oliver mendapati Lem Forrester merebut kekasihnya. Maka, anak-anak Forrester mengeroyoknya dan Penny serta Jody terpaksa ikut campur karena merasa perkelahian ini tidak adil. Anak-anak Forrester melawan Oliver yang hanya seorang diri.
Sebagai balasannya, anak-anak Forrester mengumpan dan menyandra babi-babi piaraan Penny. Mereka masih mendendam ─terutama Lem─ pada Penny karena sudah membela Oliver. Terpaksa Penny dan Jody mencari babi-babi mereka. Saat melintasi hutan inilah Penny digigit oleh ular derik. Dan, ya ampun. Masa-masa kelam ini digambarkan dengan sangat sendu oleh Rawlings. Tapi aku salut dengan kegigihan mereka. Apalagi Buck dan Mill-wheel Forrester yang tidak menyimpan dendam pada Keluarga Baxter dan malah membantu mereka. Buck dan Mill-wheel tidak pernah mengira hidup Keluarga Baxter begitu pas-pasan. Maka Buck pun membantu Jody mengurus pertanian yang otomatis kini menjadi tanggung jawab bocah kecil ini. Belum lagi sekarang Jody punya anak rusa kecil yang membutuhkan perhatian dan kasih sayangnya.
Setelah lewat seminggu Penny harus beristirahat sementara Buck mengurus pertanian, dan Jody mengasuh bayi rusanya, Buck pun pulang kerumah karena ia resah memikirkan kesehatan adik bungsunya yang sakit, Fodder-wing. Hari berikutnya Jody memutuskan untuk menjenguk sahabatnya itu. Sayang, Jody terlambat. Sahabatnya telah meninggal. Kesunyian di Keluarga Forrester sangat nyata. Keluarga yang biasanya begitu ramai, kini membisu. Si bungsu yang bungkuk telah tiada.
Hari berganti minggu dan minggu berganti bulan. Mereka melanjutkan kehidupan. Kemudian datang angin ribut timur laut disertai hutan lebat yang tak henti-hentinya. Tujuh hari mereka terperangkap dalam rumah. Tak elak hancurlah ladangnya. Penennya sebagian besar gagal dan persediaan makanan menipis. Berhari-hari kemudian mereka menemukan bahwa hewan-hewan liar pun terancam punah karena wabah.
Kemudian segerombolan serigala kelaparan menyerbu ternak-ternak keluarga Baxter. Kini keluarga Forrester dan Baxter bekerja sama untuk memburu serigala-serigala ini. Setelah masalah serigala diatasi, gantian Slewfoot Tua yang kembali berulah. Anak sapi Penny yang baru saja lahir, dimangsanya, hanya beberapa hari menjelang perayaan Natal. Hal ini sungguh membuat Penny geram dan murka. Segera ia memburu Slewfoot dengan didampingi Jody yang kesulitan mengikuti jejak ayahnya yang bergerak cepat.
Akhirnya Slewfoot Tua berhasil dibunuhnya.
Kehidupan berlanjut, pertanian mulai aman, tentram, dan damai. Mereka menanam berbagai macam tanaman dan tampaknya mulai tumbuh dengan subur. Namun sayang, ayahnya mulai tidak bisa bergerak dengan bebas karena masalah nyeri sendi hebat yang dialaminya. Jody lah yang kali ini menangani sebagian besar pertanian. Belum lagi karena sekarang gangguan timbul dari Flag sendiri. Rusa piaraan Jody ini mulai menjadi dewasa muda dan begitu aktif. Sayangnya, keaktifannya ini membuat rugi pertanian karena ia memakan bibit-bibit jagung yang sedang tumbuh.
Ma Baxter marah. Namun Penny masih membela Penny dan menganggap Flag pasti tidak sengaja. Dengan perintah Penny, Jody harus membangun pagar yang tinggi di sekeliling tanaman jagung sehingga Flag tidak bisa menyerang lagi. Berhari-hari Jody berusaha mendirikan pagar. Berhasil memang. Tapi ternyata Flag lebih pintar. Hewan ini berhasil melompati pagar yang tidak cukup tinggi bagi Flag. Lagi-lagi mereka terancam kelaparan karena tidak hanya tanaman jagung yang dirusaknya. Well, sebelumnya Flag memang pernah berbuat demikian. Namun baru sekarang dihiraukan oleh mereka. Akhirnya Penny memutuskan tidak bisa membantu Jody lagi. Ma Baxter pun menembak Flag.
Jody sedih dan marah. Ia berteriak mengatakan hal-hal buruk pada orangtuanya dan pergi meninggalkan rumah dengan perasaan hampa. Ia terus berlari menjauhi rumah dan memutuskan untuk pergi ke Boston untuk menemui Oliver Hutto. Ia menyusuri sungai dengan perahu berlubang hingga tiba ke pelabuhan dan akan menumpang kapal dari sana. Ia tidak sanggup pulang karena terlalu kecewa. Ia menganggap ayahnya telah menghianatinya. Nah, di saat bagian inilah aku sampai jengkel sama Jody. Benar-benar egoisnya anak kecil. Yaaah, aku bisa membayangkan kesedihannya karena kehilangan hewan piaraan yang sangat ia sayangi. Tapi ya ampun, sampai membenci ayahnya yang ─sangat─ sangat baik ituu?? Aduh..
Sebuah cerita yang menganggambarkan realita kehidupan petani miskin pada jaman itu. Bagaimana mereka hidup dari hasil pertanian dan peternakannya yang tidak seberapa, dan harus mengadakan barter untuk mendapatkan sesuatu yang mereka butuhkan. Well, aku baca novel ini sungguh membangkitkan sebuah impian terpendamku, dan naif ─atau apalah namanya─ karena aku nggak mungkin mencapainya. Yah, setidaknya nggak di dunia nyata ini. Sejak kecil aku punya bayangan tentang aku tinggal di pertanian kecil dimana aku menanam sayuran dan memelihara beberapa hewan untuk memenuhi kebutuhanku sehari-hari. Di imajinasiku sih, wah, pasti asyik banget. Keren. Tapi entah kenapa aku ngebayanginya dengan setting pedesaan di Inggris atau Belanda. Wkakaka.. Dasar. Imajinasi tingkat tinggi!! 😛
Yah, kembali ke topik aja deh. Cause, kalo ngomongin impianku, nggak bakal kelar tar 😉 Umm, mengenai buku ini, aku memang suka. Namun, untuk katergori Classics, aku masih tetap paling suka sama A Tree Grows In Brooklyn. Menurutku, ceritanya lebih mengena di hati. Sedangkan dibuku ini, lebih banyak mengambarkan tentang ‘sistematika’ kehidupan bertani, bagaimana hubungan seseorang dengan orang lain, juga tentang keegoisan anak kecil yang cukup dimanja oleh ayahnya hingga akhirnya ia harus mendapat sebuah pelajaran untuk merubah sifat kekanakannya menjadi seorang dengan pikiran dewasa. 🙂